Mengapa kita dianjurkan untuk membaca surat Al-Ikhlas, Al-Falak dan Annas setelah solat? Jika direnungi dengan seksama, ketiga surat itu sangat bermanfaat untuk melindungi diri kita dari ancaman fisik maupun metafisik. Dari ketiga surat tersebut, dapat diketahui bahwasanya marabahaya itu ada yang muncul dari faktor eksternal dan internal diri kita. Bahaya eksternal datangnya dari makhluk-Nya yang lain, misal gunung meletus, angin kencang, gempa bumi, kebakaran, sihir, dan dari orang-orang yang jahat. Sedangkan bahaya internal munculnya dari bisikan setan ke dalam diri sendiri, seperti bimbang, was-was, gundah, gelisah, maupun iri dengki.
Surat Al-Ikhlas merupakan sumber energi bagi jiwa manusia. Didalamnya, kita mengetahui bahwa Tuhan hanya ada satu (Ahad), hanya kepada-Nya kita menggantungkan nasib (Ash-Shomad), Dia tidak dilahirkan dari orang tua manapun dan tidak pula berkembang biak, dan tidak ada makhluk di alam semesta ini setara dengan kekuatan dan kekuasaan-Nya. Dengan mengetahui siapa pencipta dan penguasa alam semesta, maka kita menjadi tahu, pada siapa hati ini harus bersandar dan menggantungkan nasibnya. Ketika hati telah bersandar kepada sandaran yang benar, maka hal itu akan memunculkan harapan yang kemudian menjadi energi pendorong bagi seseorang untuk bergerak dan berbuat sesuatu bagi agama dan kehidupannya.
Tidak ada lagi keputusasaan karena sesulit apapun kehidupan, selalu ada secercah harapan. Manusia sangat membutuhkan harapan. Tanpa harapan, maka manusia menjadi malas untuk bergerak dan berbuat sesuatu. Hanya harapan yang mampu mendorong manusia untuk terus hidup. Oleh karena itu, jika manusia tidak memiliki harapan, maka ia akan mengakhiri hidupnya sendiri. Dan harapan itu datangnya hanya dari pertolongan Allah, Tuhan semesta alam
Dari surat Al-Falak, kita mengetahui beberapa ancaman bahaya yang muncul dari makhluk lain. Entah itu dari langit, bumi, laut, makhluk ghaib, atau manusia itu sendiri. Sebesar dan sekuat apapun makhluk itu, mereka tetaplah hanya makhluk, tidak setara dengan Tuhan. Meskipun langit teramat luas, angin begitu kencang, bumi teramat besar, gunung tinggi menjulang, ombak kuat menerjang, dan gendoruwo; kuntilanak; suster ngesot; pocong tampak menyeramkan, kebesaran dan kekuatan mereka tidak sebanding dengan Tuhan.
Jadi, Tuhan adalah sumber perlindungan kita. Hanya pada-Nya kita menggantungkan keselamatan ketika diri kita terancam oleh penyakit, bencana alam, teror dari penjahat, maupun serangan sihir. Jangan menggantungkan nasib pada pekerjaan, penguasa, apalagi pada dukun. Pekerjaan bisa hilang, penguasa akan berganti, dukun pun bisa mati, sementara Tuhan akan kekal selamanya. Kebanyakan orang justru banyak menggantungkan nasib dan berkeluh kesah pada orang lain, padahal tidak ada orang di dunia ini yang tak lepas dari masalah. Maka aneh jika kita menggantungkan nasib pada orang yang sama-sama punya masalah.
Sedangkan dari surat Annas, kita mengetahui bahwa was-was, kegelisahan, ketakutan, atau kecemasan, itu semua ada di dalam jiwa manusia. Was-was muncul akibat lemahnya keimanan dan ketawakalan pada Tuhan. Gangguan was-was datangnya dari bisikan jahat setan, baik dari kalangan jin dan manusia. Setan merupakan gambaran karakter atau sifat yang sangat jahat, sedangkan pelaku kesetanannya bisa berwujud jin dan manusia. Jika ada manusia yang suka berbuat jahat, maka dia dapat dikatakan sebagai setan.
Nah, setan dari bentuk jin dan manusia ini, suka berbisik-bisik menebar rayuan syahwat, pikiran sesat, ancaman, teror, ramalan dusta yang tujuannya agar hati manusia menjadi was-was, bimbang, dan ketakutan. Intinya, ingin membuat menusia menjadi ketakutan. Saat seseorang merasa takut, maka setan bisa mengendalikan orang tersebut. Orang itu disuruh apapun, pasti akan menurut. Orang yang sudah ketakutan, jika diperintah maksiat atau sesat, hingga diminta bersujud dan menyembah pun pasti bersedia melakukannya. Orang-orang yang lemah hati dan ketakutan seperti inilah para pengabdi setan. Oleh sebab itu, ketika was-was itu muncul di dalam jiwa, segera kembali pada Tuhan dan banyak menyebut nama-Nya.
Salah satu hal yang menarik dari isi surat Al-Falak adalah, kita diminta untuk waspada dari orang-orang yang dengki. Bisa dikatakan, pendengki termasuk pada golongan orang-orang yang berbahaya. Pendengki tidak hanya iri pada kesuksesan yang kita raih, namun juga ia berusaha untuk melenyapkan atau menghancurkan kesuksesan tersebut dari diri kita. Para pendengki akan berbuat segalanya agar kita terpuruk. Bahkan pada pendengki yang sudah level ekstrim, nyawa kita pun menjadi incarannya.
Jika kita mengamati dan merenungi isi surat Al-Falak lebih mendalam, ketika ancaman itu datangnya dari makhluk lain, kita diperintah memohon perlindungan pada-Nya hanya menggunakan satu nama-Nya, yaitu Al-Falak, yaitu Tuhan Yang Menguasai Subuh. Sementara di surat Annas, dimana kita berlindung dari bisikan setan yang memunculkan was-was, ketakutan, dan kecemasan, maka kita diperintahkan untuk berlindung dengan menggunakan tiga nama-Nya, yaitu Rabb (Pencipta), Malik (Raja Diraja), dan Ilah (Tuhan yang disembah).
Mengapa berlindung dari bisikan setan menggunakan tiga nama Tuhan, sedangkan berlindung dari bahaya makhluk lain, sihir, pendengki, hanya menggunakan satu nama Tuhan? Ini mengindikasikan bahwa bahaya syahwat dan keragu-raguan yang muncul dari dalam diri seseorang lebih berbahaya, dibandingkan kerusakan yang diakibatkan dari ancaman makhluk lain. Jika bisikan setan tidak dilawan, maka orang tersebut akan berpotensi untuk menuruti kemauan setan dan akhirnya tersesat dari jalan Tuhan.
Ia akan meragukan ajaran Tuhan, bahkan dapat mempertanyakan Tuhan itu ada atau tidak? Tersesat dari kebenaran tentu lebih berbahaya dibandingkan rasa sakit pada tubuh atau lenyapnya kesuksesan. Sebab, tersesat dari kebenaran akan berdampak pada kehidupannya kelak di akhirat, sedangkan penyakit dan kemiskinan, selama ia bersabar, maka dampaknya hanya kesengsaraan yang sementara di dunia, tapi dia akan mendapat balasan kebaikan yang jauh lebih besar di akhirat kelak.