Jumlah Tunawisma dan pengemis setiap harinya kian meningkat dengan usia yang masi usia balita hingga manula. tidak hanya di kota Palembang saja akan tetapi di berbagai daerah kota-kota besar seperti Jakarta, Surabaya, dll. kebanyakan para tunawisma dan pengemis ini menjadi manusia gerobak maupun karung.
Mereka mengharapkan sedekah dari masyarakat sekitar yang merasa kasian kepada mereka, itu membuat mereka menjadi ketergantungan terhadap empati para masyarakat sekitar bahwa pasti mereka akan diberi uang walaupun sedikit. Dan akhirnya lebih memilih menjadi pengemis daripada mencari pekerjaan yang mudah di gapai.
Makin banyaknya tunawisma yang tidur di pinggir jalan itu karena kebanyakan mereka-mereka yang mempunyai rumah akan tetapi memiliki banyak utang yang akhirnya rumah mereka diambil atau disita, dan mereka entah mau pergi kemana lagi yang akhirnya memutuskan untuk menjadi tunawisma. Kebanyakan Tunawisma berasal dari keluarga yang masih memiliki balita yang akhir mereka ajak untuk tidur di pinggir jalan, hingga mengajak anaknya untuk mengemis yang membuat warga sekitar merasa kasian kepada mereka.
saat ini satpol PP sudah turun tangan dalam mengatasi hal ini seperti melakukan patrol secara rutin untuk menggusur parah tunawisma dan pengemis untuk mereka bawa ke panti untuk di rehabilitasi, akan tetapi para pengemis dan tunawisma ini lebih memilih lari jika ada satpol PP karena mereka beranggapan akan ditangkap dan dimasukkan kedalam sel yang membuat satpol PP lumayan kesusahan untuk membereskan masalah ini.
Cara yang efisien untuk dilakukan pemerintah adalah dengan cara memberikan bantuan sembako gratis untuk masyarakat miskin saja, itu membuat sedikit berkurangnya jumlah para pengemis dan tunawisma karena mereka sedikit terbantu dan masi mempunyai peluang untuk mendapatkan pekerjaan ringan.
Dan juga mengurangi bentroknya antar warga yang tidak suka terhadap para pengemis dan tunawisma karena sebagian orang merasa terganggu dan tidak enak diliat jika para tunawisma ini tidur di ruko-ruko pinggir jalan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H