Lihat ke Halaman Asli

Ada Apa Dengan Televisi

Diperbarui: 30 Desember 2016   08:06

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Dalam sebuah lingkaran politik ada yang namanya komunikasi politik, menurut Brian McNair, komunikasi politik adalah semua bentuk komunikasi yang digunakan oleh politisi dan aktor atau pelaku politik lainnya untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Di dalam komunikasi politik ada unsur-unsurnya; komunikator, pesan, khalayak/komunikan, media, serta efek.

Media televisi merupakan salah satu media dalam komunikasi politik. Media televisi adalah yang paling efektif dalam menyampaikan pesan politik, kelebihannya adalah bisa menjangkau masyarakat luas, cepat dalam mengabarkan, serta sangat mudah diakses.

Karena kelebihannya inilah banyak pelaku politik memanfaatkan media televisi sebagai alat untuk menyampaikan pesan-pesan politik mereka. Namun bagaimanakah jika media ini digunakan oleh lembaga/partai/organisasi politik untuk mempengaruhi khalayak agar mendapatkan kepercayaan (suara) mereka? Dibenarkankah sebuah stasiun televisi menayangkan iklan politik seperti iklan partai politik?

Dalam UU No. 32 Tahun 2002 tentang Penyiaran pasal 36 ayat (4) berbunyi Isi siaran wajib dijaga netralitasnya dan tidak boleh mengutamakan kepentingan golongan tertentu. Pada UU tersebut sudah jelas mengatakan bahwa dalam melakukan siaran, sebuah stasiun televisi tidak boleh menonjolkan kepentingan golongan tertentu dalam artian harus netral maka sudah sepantasnya stasiun televisi yang melakukan hal tersebut mendapat teguran dari pihak yang berwenang.

Namun pada kenyataannya peraturan tersebut dianggap tidak ada, masih saja para pelaku politik dan statiun televisi bekerja sama dalam rangka mempengaruhi khalayak dengan pesan-pesan politik mereka yang cenderung dilebih-lebihkan yang pasti tujuannya memberikan pengaruh kepada masyarakat luas.

Beberapa contoh nyata dari pelanggaran tersebut seperti Pilpres 2014 (bahasan kuno), dan yang lagi heboh sekarang adalah iklan partai yang mempromosikan diri melalui iklan di televisi. Seperti partai Perindo yang mana iklan mereka selalu tayang di semua saluran televisi MNC Group (RCTI, Global TV, dan MNC TV) yang menunjukkan betapa berpihaknya suatu stasiun televisi pada partai ini. Ini jelas, pentolan partai Perindo saja adalah direktur utama MNC Group -- Merupakan sebuah alasan yang pasti, namun patut dipertanyakan kebenarannya.

Adapun efek yang ditimbulkan dari tayangan iklan partai Perindo yang paling mengerihkan adalah hafalnya anak-anak terhadap lagu Mars Partai Perindo dimana hal ini membuat resah para orang tua, dikutip dari Merdeka.com (04/02/16). Bukan hanya anak-anak tetapi remaja juga turut menghafalkan lagu Mars Partai Perindo yang menurut saya sangat tidak masuk akal. Apakah ini salah satu strategi dari bapak Hary dalam mempromosikan partainya dengan mengajak masyarakat Indonesia bernyanyi bersama?

Kalau sudah begini mau bagaimana lagi? Setiap mengubah saluran tv ke RCTI muncul “marilah seluruh rakyat Indonesia...” yang bahkan sampai detik ini iklannya masih eksis di RCTI, MNC TV, dan Global TV.

Kembali pada komunikasi politik, bahwa media televisi merupakan salah satu media komunikasi politik yang paling mudah digunakan dan paling efektif sehingga banyak para pelaku politik memanfaatkan media ini untuk kepentingan mereka, tidak masalah selama itu tidak melanggar aturan, namun berbeda halnya disaat media televisi sudah tidak netral lagi, yang jelas tidak dibenarkan oleh UU yang berlaku. Sekarang tinggal khalayaknya (komunikan) yang harus bisa memfilter dari apa-apa yang disampaikan oleh komunikator melalui media tertentu supaya tidak mudah terpengaruh dan dapat memberikan feedback dari pesan yang diberikan, sehingga sebuah komunikasi politik yang baik itu akan  terjadi.

 

Referensi;           

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline