Lihat ke Halaman Asli

13 Agustus 2019

Diperbarui: 19 Agustus 2024   17:26

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

https://www.wattpad.com/1470544090-catatan-para-setan-13-8-2019

Pagi itu adalah ke tujuh kalinya Rehan menyiram air bunga yang sudah diberi doa tahlilan para tetangganya semalam. Ia membawa toples besar yang sudah kosong itu dan menyimpannya ke kantong kresek. Ada beberapa bunga basah yang masih membekas di dalamnya, potongan daun pandan juga beberapa tangkai melati yang masih tersisa bersama beberapa tetes air yang menggenang di sudut toples. Rehan menatap kelima makam yang masih segar itu, bahkan bongkahan tanahnya masih belum terbiasa tersiram cahaya matahari.

Di situlah terbaring adiknya, kakaknya, ibunya, ayahnya, dan pamannya. Berjejer. Mereka mengalami kecelakaan lalu lintas sepulang dari menjenguk Rehan di bumi perkemahan seminggu lalu. Mata rehan yang masih merah nan sembab itu sudah berkali-kali menangis. Tapi, mungkin matanya pun sudah lelah menangis, dadanya pun sudah letih naik turun, air matanya pun mungkin sudah habis, di hari ketujuh kematian keluarganya, Rehan hanya terdiam beberapa saat sembari bertatapan kosong.

Sepulang dari makam, Rehan masih melihat di rumahnya ada beberapa orang yang mengambil peralatan masak mereka masing-masing yang dipinjamkan ke Rehan untuk mengadakan tahlilan selama tujuh hari. Ada yang meminjamkan panci, dandang besar, kompor besar, pisau dan sebagainya yang kini mulai diangkut kembali oleh pemiliknya masing-masing.

"Kamu yang tegar ya Rehan, yang sabar, kalo perlu apa-apa tinggal ke rumah saja, ya?" kata seorang ibu paruh baya, istri Pak RT. Dia yang paling terakhir mengambil barangnya di rumah Rehan. Rehan hanya tersenyum mengangguk.

"Eh itu masih ada yang kotor, biar aku bersihkan saja, Bu RT!" Rehan melihat noda hitam di kuali besar milik Bu RT. Tidak enak jika kuali itu kurang bersih, padahal tadi pagi-pagi sekali ia sudah pastikan semuanya bersih. Masih saja ada yang kelewat.

"Eh? Bukan, ini tanda kalo wajan ini milik saya. Kan repot kalo ga ditandain?" Bu RT tertawa tipis. Yang Rehan lihat itu bukan tanda biasa, noda itu bergambar tiga buah batang tombak dengan ujung tombaknya masing-masing menembus tengkorak. Tanda yang aneh, Rehan pikir.

"Oh iya, tadi ada paket, udah ditaruh di ruang tamu, katanya buat paman kamu." Kata Bu RT, lalu pergi dengan peralatan masaknya.

Paket? Rehan tidak tahu jika akan datang paket ke rumahnya. Terlebih itu untuk pamannya yang baru saja meninggal. Rehan lalu kembali mengangguk dan memasuki rumahnya yang lenggang, hanya dia sendiri di rumah itu. Rasanya aneh bagi Rehan, rumah ini selalu ramai oleh kebisingan adiknya yang berlarian, kakaknya yang selalu bersenandung sembari menyisir rambut, pamannya yang sibuk dengan perkakas kayu di halaman belakang, ibunya yang memasak dan ayahnya yang sibuk teleponan dengan bos dan klien. Saat ini, rasanya begitu sunyi nan kosong.

Paket yang dimaksud adalah sebuah persegi yang tipis berukuran A1, mungkin sebuah bingkai? Paket itu terbungkus koran lama. Rehan melihat sudut koran itu bertanggal 13/8/2019, di sudutnya ada busa dan tali yang mengikat dari sisi ke sisi. Rehan menyobek koran demi koran dan berusaha mengeluarkan isinya. Sebuah lukisan dengan cat akrilik bergambarkan wanita berkulit pucat, berbaju merah kusam dan berbibir hitam, matanya merah dan bibirnya berekspresi datar, satu matanya tertutup rambut keriting yang panjang dengan background lukisan cenderung cokelat kusam dan dibuat dengan goresan seadanya. Lukisan itu terlihat sangat kusam, meski Rehan pikir itu adalah lukisan yang baru, namun terlihat kusam.

Rehan tidak tahu harus diapakan lukisan ini. Ia sandarkan saja di ruang tengah untuk sementara waktu, tapi saat ita berniat memindahkan lukisan itu dari ruang tamu ke ruang tengah Rehan melihat tulisan 13/8/2019 menggunakan spidol hitam di belakang kanvas lukisan itu. Rehan mengerutkan dahinya. Tidak asing dengan tanggal itu. Apa itu tanggal pemesanan lukisan ini? Tapi kenapa bisa sama dengan tanggal kematian lima anggota keluarganya? Rehan hanya menggeleng pelan dan tidak memikirkan kebetulan itu. Setelah ia pikir-pikir, lebih baik menaruh lukisan ini ke kamar pamannya bersama barang-barang artistik lainnya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline