Anime merupakan sebuah animasi asal jepang yang telah mendunia dan memiliki banyak penggemar hingga saat ini. Kata anime berasal dari bahasa Inggris animation. Anime adalah animasi bergaya khas Jepang yang mencakup berbagai genre dan tema untuk berbagai kalangan (Azuma, 2009). Penggemarnya pun berasal dari berbagai negara dari penjuru dunia, termasuk Indonesia.
Namun, dibalik euforia populernya anime ini, terdapat paradoks di Indonesia yang perlu kita cermati, yakni para penggemar anime yang terkadang dicap sebagai orang aneh, pun kelakuan mereka dalam kehidupan sehari-hari yang menuai pro dan kontra dari masyarakat.
Pernyataan konflik ini bukan terpapar tanpa dasar, menurut jurnalistik asal Indonesia, Marsha Bremanda TR, beliau mengungkapkan bahwa alasan wibu (penggemar anime) kerap dianggap sampah masyarakat karena karakteristik wibu yang hanya diam di kamar nonton anime, tidak pernah bersosialisasi dengan masyarakat, tidak ada kegiatan di luar rumah, dianggap hanya sebagai sampah masyarakat saja. Lebih dari itu, dalam Jurnal Universitas Sains dan Teknologi Komputer, mereka bahkan melakukan penelitian berjudul "Pengaruh Anime (kartun Jepang) Terhadap Perilaku Kekarasan Pada Remaja". Dan cukup banyak jurnal dan artikel yang telah beredar di media massa mengenai stigma terhadap para penggemar anime.
Penulis ingin memberikan solusi-solusi beserta penjelasan mengenai argumentasinya terhadap penggemar anime.
- Banyak penggemar anime yang menjadi seseorang yang sukses dan bermanfaat untuk tanah air, bukan seperti kata mereka, yang katanya penggemar anime hanya merugikan negara.
melalui pengamatan yang telah saya lakukan di lingkungan terdekat, mahasiswa dan mahasiswi di kampus saya, mereka yang menjadi penggemar anime bahkan ada berhasil masuk di Fakultas Kedokteran favorit yang banyak sekali diidam-idamkan dan tidak sedikit yang tertolak. Mereka juga mendapatkan eligible yang sangat tinggi semasa Sekolah Menengah Atas. Pengamatan lain menunjukkan bahwa terdapat seseorang yang banyak sekali memenangkan kejuaraan bahkan sejak awal masuk dunia perkuliahan. Jadi, apakah dengan segala prestasi yang membanggakan nama bangsa dan kampus kit aini mereka masih saja dipandang sebelah mata hanya karena mereka seorang penggemar anime?
- Memiliki kepribadian yang humoris dan membawa kehangatan tawa bagi sekitar.
Karakter dan sifat dalam dunia anime yang beragam secara tidak langsung membentuk kepribadian mereka, para penggemar anime. Sehingga penggemar anime sangatlah bisa untuk menjadi rekan yang setia dan baik dalam mewarnai kehidupan Anda. Tidak serta merta seluruh penggemar anime itu seperti stigma masyarakat bahwa mereka adalah orang yang anti sosial, tidak peduli lingkungan sekitar, bahkan hidup suka menyendiri tanpa ada guna.
- Nilailah seseorang secara subjektif, bukan general.
Menjadi seorang penggemar anime bukan serta merta Anda dapat menghakimi bahwa seluruh penggemar anime adalah seseorang yang apatis. Nilailah dari pribadi masing-masing kepada satu subjek, bukan langsung memberi cap kepada seluruh para penggemar anime bahwa mereka juga orang yang apatis. Dalam UU Nomor 39 Tahun 1999 Negara Kesatuan Republik Indonesia tentang Hak Asasi Manusia: Negara memberikan jaminan dan perlindungan terhadap kebebasan berpendapat. Sehingga Anda pun tidak perlu mempersoalkan secara besaran keyakinan serta pendapat orang lain yang tidak sejalan dengan Anda selagi apa yang para penggemar anime perbuat bukanlah hal yang merugikan bagi Anda ataupun khalayak luas.
Dapat ditarik kesimpulan bahwa bahwa hobi menonton anime, yang sering dicap negatif oleh sebagian masyarakat Indonesia, sebenarnya bukanlah suatu keanehan. Stigma bahwa penggemar anime apatis atau "sampah masyarakat" tidak selalu benar dan perlu dilihat dari sudut pandang yang lebih objektif. Banyak penggemar anime yang justru memiliki prestasi tinggi bahkan memberikan kontribusi positif bagi bangsa. Selain itu, sifat humoris dan kepribadian hangat yang dimiliki oleh penggemar anime menunjukkan bahwa mereka mampu menjadi individu yang bermanfaat di lingkungan sosial. Oleh karena itu, penilaian terhadap penggemar anime seharusnya dilakukan secara subjektif, berdasarkan individu, bukan digeneralisasi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H