Lihat ke Halaman Asli

Obat Alternatif Bee Venom sebagai Penakluk Penyakit Maut

Diperbarui: 11 Oktober 2015   14:17

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

BEE VENOM FOR CANCER DISEASE

“Lebih baik tersengat lebah daripada menderita penyakit kanker”. Pernyataan ini timbul dari salah satu sahabat saya yang tak perlu disebutkan namanya. Siapa yang menyangka bahwa pernyatan yang kelihatannya kontradiksi ini merupakan satu-kesatuan yang saling mendukung satu sama lain. Didunia kesehatan lebah digunakan sebagai alternative untuk penyemhbuhan berbagai penyakit termasuk kanker.

Ketika mengangkat tema mengenai bee venom segelintir orang pasti teringat akan sakitnya sengatan hewan yang satu ini. Hewan ini memang kerap kali ditemukan berkeliaran disekitar kita. Hewan yang memiliki banyak manfaat bagi dunia kesehatan secara umum. Salah satunya adaah adanya metabolit yang dihasilkan yang dikenal oleh masyarakat luas sebagai madu “honey” . madu dipercaya dapat digunakan untuk menghilangkan bekas luka atau menyamarkan noda flak hitam bekas jerawat dan cacar dikalangan masyarakat luas. Apalagi ketika kita menyentuh bagian masyarakat pedesaan, penggunaan madu sebagai pertolongan pertama dalam kesehatan kerap kali ditemukan.

Siapa yang menyangka bahwa penggunaan bee venom dalam bidang kesehatan telah diperkenalkan sejak berabad-abad silam.

terdapat cerita mengenai seorang anak dewa pada masa yunani kuno bernama eros yang lari ketakutan menghampiri ibunya bernama venus. Eros berlalu dengan sangat cepat menuju ibunya sambil melontarkan beberapa keluhan “ ibu, aku menangis, tolong bantu aku, aku akan mati,naga ini menggigit saya diwajah”. Sehingga, pada akhir peradapan kuno ditemukan bahwa terdapat kebajikan dibalik sengatan atau gigitan dari lebah yang satu ini. Diperadapan kuno cina, mesir dan yunani, racun lebah “bee venom” digunakan untuk mengobatan lini awal pasient arthritis.

Perkembangan mengenai bee venom dilanjutkan oleh para peneliti di Wasington University di St Louis telah menggunakan bahan dari racun lebah yang disebut melittin untuk mengecilkan atau menghambat pertumbuhan tumor pada tikus. Potensi anti-tumor melittin telah dikenal selama bertahun-tahun, tetapi belum digunakan sebagai obat karena juga menyerang sel-sel sehat, termasuk sel-sel darah merah yang vital.

Sekarang para peneliti telah menemukan cara, yaitu menggunakan bidang nanoteknologi yang sedang berkembang, untuk menentukan tumor untuk serangan melittin sementara sebagian besar melindungi sel-sel sehat. Hal ini dilakukan dengan membuat bahan lebah-racun dalam bentuk nanopartikel, yang ultra-kecil. Produk yang dihasilkan, disebut nanobees, yang disuntikkan ke dalam aliran darah di mana mereka beredar sampai mereka mencapai dan menyerang tumor kanker. Pendekatan ini juga memiliki potensi untuk menghindari beberapa efek samping toksik terlihat pada terapi kanker yang lebih tua seperti kemoterapi.

nanobees muncul dalam dunia pengobatan dengan menghancurkan sel-sel kanker dalam proses yang dikenal sebagai apoptosis, penyebab alami kematian sel. Sebaliknya, nekrosis, proses kematian sel yang disebabkan oleh faktor-faktor eksternal seperti infeksi, trauma dan beberapa bentuk kemoterapi, dapat menyebabkan kerusakan pada bagian lain dari tubuh.

Untuk sementaa waktu penelitian mengenai produk bee venom masih terus dikembangkan dikalangan para peneliti.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline