Lihat ke Halaman Asli

Selokan Kering Parangtambung

Diperbarui: 26 Juni 2015   01:16

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

tertampar sehelai lendir hitam pekat..
berbisik tak sengaja, kegilaanmu semakin terseret oleh jarum jam..
hari ini sudah sore.. berhentilah memprotes waktu yang polos..
mereka tidak mengerti ibu..
sautan sautan daun itu,, makin menangis tanpa air mata,, beteriak dalam kediaman, berlari tanpa kaki..!!

kasihan Indonesia..! pakunya sudah karatan,, airnya sudah kelaparan,,
kebingungan bagai akar yang tak tahu kenapa si tanah tak jua komandokan permisi??

bagaimana aku bisa menyapu ruang ini,, kalau keping-keping wajahmu tak dapat ku tembus??

aaaaahhhhh..... sudaaahlaaah..!!
Gumammu menjawab,, hari sudah gelap,, sebentar lagi matahari menuju kasur,, tampaknya senyum bengisnya tak setuju pada embun yang sok suci..!!
karena sesungguhnya,, dia kotor oleh kedustaan..

heeeyy.. Indonesia..!!! hidungmu mimisan, matamu memar, badanmu gatal-gatal..
ooh kasihan Indonesia.. sungguh kasihann..
kau korban senyum keliru di kanvas sok putih..
coklat kulitmu sekarang sudah putih, karena panu sustermu yang menular..

kasihaan.. sungguh kasihaann....
tapi,, 1 inci di balik awan, ada yang menonton tv..
selokan kering parangtambung,
Juni 2011

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline