Lihat ke Halaman Asli

andine natasha ahmad

Mahasiswi Hubungan Internasional di Universitas Islam Negri Jakarta

Peran Indonesia Dalam Menangani Perang Ukraina Untuk Mengakhirinya

Diperbarui: 6 Juni 2024   11:16

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sebab-Sebab Perang Ukraina

Pada 24 Februari, Rusia meluncurkan invasi skala penuh ke Ukraina, menandai dimulainya perang terbesar di Eropa sejak Perang Dunia Kedua. Organisasi berita besar di seluruh dunia telah menempatkan jurnalis di Ukraina untuk meliput pemboman dan kekerasan di kota-kota yang terkena dampak parah di seluruh media penyiaran, digital, dan cetak. 

Wartawan, warga sipil, dan politisi – terutama Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky – juga telah menggunakan jejaring sosial seperti TikTok, Telegram, dan Twitter untuk mendokumentasikan kengerian perang untuk audiens global secara real time. Krisis kemanusiaan yang terjadi di Ukraina, bersama dengan skala tanggapan Barat terhadap invasi Rusia, memiliki dampak politik dan ekonomi yang luas (Kompas.com, 2022).

Setelah ribuan kematian dan pemindahan lebih dari enam juta pengungsi Ukraina – dan dengan Rusia sekarang dituduh oleh komunitas internasional atas pelanggaran hak asasi manusia yang meluas – perang di Ukraina terus menarik perhatian global. 

Seperti yang telah kita lihat dengan peristiwa-peristiwa besar dunia lainnya, banyak orang beralih ke berita televisi untuk informasi terbaru tentang konflik – yang menggambarkan resonansi media penyiaran yang berkelanjutan pada saat krisis. Ini mungkin tidak mengejutkan, terutama mengingat kekhawatiran tentang informasi palsu atau menyesatkan yang beredar di platform media sosial. Namun di beberapa negara, seperti AS dan Polandia, perhatian terhadap berita dari sumber online (termasuk situs berita mainstream dan alternatif serta media sosial) juga tinggi (BBC News, 2022).

Peran Indonesia dalam Mengakhiri Perang

Berdasarkan rivalitas Tiongkok dan AS atau dalam masalah Perang Ukraina, Indnesia sendiri tidak bisa mengambil cara keberpihakan. 

Indonesia harus menjadi penengah bagi negara-negara yang berkonflik. Pertama, dengan urgensi Perang Ukraina, Jokowi di G20 sudah tepat menyatakan untuk menghentikan perang. Dalam suatu wawancara dengan seorang wartawan asing, Jokowi selalu menggunakan kata diskusi tanpa membuat ucaman yang menyalahkan salah satu pihak.  Pernyataan yang Jokowi lontarkan ini jelas tidak mengandung keberpihakan baik ke Ukraina atau Rusia. 

Indonesia menunjukkan pendirian dan independesinya untuk menyatakan apa yang menurutnya benar atau salah. Tentunya acuan ini berasal dari pembukaan UUD 1945 bahwa Indonesia harus menghapuskan penjajahan di atas dunia. Maka dari itu, Indonesia mengambil tindakan yang tegas untuk menghentikan perang. Kemudian, mengenai rivalitas Tiongkok dan AS, Indonesia tetap melandaskan cara berpolitiknya dengan politik bebas aktif dari Hatta. Politik bebas aktif ini sebenarnya terlihat dari keenganan Indonesia untuk ikut campur dalam rivalitas itu namun mengambil sisi kebermanfaatannya.

 Selama ini, meskipun kedua negara saling bertentangan, Indonesia justru mengambil kesempatan untuk bekerja sama yang dilakukan dari aspek-aspek yang sama maupun berbeda. Sebagai contoh, Indonesia sering melakukan kerjasama melalui pelatihan militer dengan Amerika Serikat serta melakukan kerja sama dengan China di bidang infrastruktur transportasi seperti kereta cepat Jakarta-Bandung.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline