Sulawesi Selatan, dengan kekayaan budayanya, memiliki berbagai tradisi unik yang mewarnai bulan Ramadan. Berikut beberapa tradisi yang masih lestari hingga saat ini:
1. Annyorong: Tradisi berbagi makanan dengan tetangga beberapa hari menjelang Ramadan. Masyarakat memasak hidangan khas seperti coto Makassar, sop konro, dan pallubasa, untuk dibagikan kepada tetangga. Tradisi ini merupakan bentuk rasa syukur dan kepedulian terhadap sesama.
2. Menre-Menre: Tradisi membersihkan diri dan rumah secara menyeluruh menjelang Ramadan. Hal ini dilakukan untuk menyambut bulan suci dengan hati dan lingkungan yang bersih.
3. Barzanji: Pembacaan kitab sastra yang berisikan sejarah Nabi Muhammad SAW, mulai dari kelahiran hingga wafat. Tradisi ini biasanya dilakukan di masjid-masjid dan rumah-rumah warga.
4. Songkolo Patang Rupa: Pembuatan makanan khas ketan berwarna empat (hitam, putih, kuning, dan merah) yang melambangkan perekat antar sesama manusia. Songkolo patang rupa sering disajikan saat buka puasa bersama.
5. Maddupa Keteng: Tradisi di Desa Cinennung, Kecamatan Cina, di mana warga menyembelih ayam atau sapi dan menyantapnya bersama-sama. Tradisi ini berlangsung sebelum sahur pertama hingga hari ketiga puasa Ramadan.
6. Suru' Maca: Tradisi di wilayah pedesaan Bugis-Makassar, di mana masyarakat mendatangi pemuka agama untuk memanjatkan doa dan memohon keselamatan selama Ramadan.
7. Kapurung: Tradisi makan bersama di masjid setelah salat tarawih. Biasanya, hidangan yang disajikan adalah kapurung, makanan khas Sulawesi Selatan yang terbuat dari sagu dan aneka sayuran.
8. Pabbola': Tradisi membangunkan sahur dengan memukul beduk atau kentongan. Tradisi ini dilakukan oleh anak-anak dan remaja keliling kampung.
9. Taraweh Berjamaah: Tradisi salat tarawih berjamaah di masjid. Masyarakat berbondong-bondong mendatangi masjid untuk menunaikan salat tarawih bersama.
10. Iktikaf: Tradisi berdiam diri di masjid selama beberapa hari terakhir Ramadan untuk beribadah dan merenungkan diri.