Sidoarjo dikenal sebagai kabupaten penyangga Kota Surabaya yang didalamnya banyak terdapat pembangunan nasional. seperti pembangunan Bandara Internasional Juanda, yang pembangunannya tentu membutuhkan suatu alih fungsi lahan. Wilayah Sidoarjo saat ini mencapai 72 meter peesegi. Lahan di Sidoarjo lebih banyak digunakan sebagai lahan industri dan pemukiman. Namun, 17% dari wilayah Sidoarjo diperuntukkan untuk lahan pertanian, khusunya adalah pertanian padi, serta budidaya ikan bandeng dan udang, hal ini sesuai dengan gambar yang tertera pada logo kabupaten sidoarjo yang didalamnya terdapat gambar ikan bandeng dan udang, yang berarti bahwa komoditas utama kabupaten sidoarjo yaitu ikan bandeng dan udang
Lahan pertanian di Sidoarjo kian menurun dari masa ke masa karena adanya alih fungsi lahan. semula 17% menjadi 14% wilayah sidoarjo diperuntukkan sebagai lahan pertania, hal ini terjadi karena adanya alih fungsi lahan dan bencana alam lumpur lapindo yang menggerus lahan pertanian disekitarnya. Untuk memaksimalkan pertanian di sidoarjo, BAPPEDA kabupaten sidoarjo dan BAPPEDA kabupaten mojokerto membangun waduk yang diberi nama "long storage kalimati" yang pembangunannya telah diselesaikan pada 2020 lalu. Waduk ini dibangun diperbatasan antara kabupaten sidoarjo dan kabupaten mojokerto, dimana pada daerah sekitar waduk banyak lahan pertanian. Waduk tersebut dikelola oleh PDAM Delta Sidoarjo untuk menyalurkan air bersih di rumah-rumah warga dan sebagian besar juga digunakan untuk mengairi sawah, agar saat musim kemarau sawah tidak kekeringan. Sehingga meskipun lahan pertanian berkurang, akan tetapi kualitas produksi padi semakin baik.
Selain infrastruktur penunjang pertanian di Kabupaten Sidoarjo, terdapat pula tradisi yang masih dikembangkan para petani yaitu melaksanakan Keleman dan Metik pada masa tanam padi dan musim panen padi tiba, yaitu adanya kepercayaan yang kuat pada masyarakat petani terhadap cerita mitos Dewi Sri yang dianggap sebagai Dewi Padi dan juga sebagai Dewi Kesuburan yang berperan sebagai penjaga tanaman pertanian dari marabahaya, hama tanaman, dan penyakit tanaman. Karena kepercayaan yang kuat terhadap cerita mitos Dewi Sri tersebut masyarakat petani tetap melaksanakan Ritual Keleman dan Metik di tengah era zaman modern seperti saat ini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H