Lihat ke Halaman Asli

Andi Mulyan

CANGADI-SOPEENG SULAWESI SLATAN, ALUMNI S1 UNHAS DAN S2 SOSIOLOGI UNM MAKASSAR

Sibuk dengan Jejaring Sosial, Akhirnya Membuang Waktu

Diperbarui: 12 Januari 2020   14:37

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

pictame.com

Seiring dengan perkembangan hasil pemikiran manusia yang mampu melahirkan berbagai hasil teknologi yang canggih, seiring pula dengan terjadinya perubahan prilaku pada manusia atau masyarakat. Tidak dapat dipungkiri lagi bahwa di era globalisasi seperti ini dimana  manusia dapat menyelesaikan berbagai bentuk aktifitas mereka dengan serba cepat dan tepat jika dibandingkan pada zaman sebelum masuknya teknologi modern. 

Contoh kecilnya, dulu ketika seorang mahasiswa yang kehabisan modal di tempat kostnya, ia pun harus mengirim surat ke orang tua yang tinggal jauh di pelosok. Tapi kini, berkat bantuan teknologi canggih, ia pun hanya mengirim  pesan lewat ponsel, dan tak lama kemudian ia mendapat pesan dari orang tua untuk mengecek kiriman berupa uang di ATM terdekat. Akan tetapi, di era globalisasi ini, walaupun keberadaan teknologi modern sangat membantu manusia dalam memenuhi berbagai kebutuhan, namun perlu dipikirkan tentang hal-hal yang bisa merugikan dalam diri kta.

Sebab, bukan berarti bahwa setiap bentuk fasilatas modern  yang dapat membantu manusia dalam melancarkan suatu aktifitas keseharian, tapi dampak negatif pun dapat  ditimbulkan. Contohnya, aneka ragam bentuk media sosial seperti facebook, bbm, path, dan twitter telah berperan penting daam memenuhi berbagai kebutuhan manusia. Namun terkadang seseorang bahkan ada banyak pengguna media sosial mengalami penurunan kedisiplinan waktu, dan atau sebagian waktu untuk beraktifitas terbuang.

Tiada hari tanpa berurusan dengan jejaring sosial. Fenomena sebelum sholat, sebelum mandi, sebelum berangkat ke kantor atau sekolah membuka ponsel lebih awal, bahkan mereka berlama-lama untuk berurusan dengan jejaring sosial, akhirnya terjadi keterlambatan untuk melanjutkan aktifitas. Inilah kebiasan pada masyarakat pengguna jejaring sosial yang seolah-olah menganggap dirinya kehilangan sesuatu jika tidak berurusan dengan media sosial lebih awal sebelum menjalankan suatu aktifitas keseharian.

Bisa jadi kepingin dianggap "kekinian" sehingga mereka membiasakan diri untuk selalu bersama dengan media soial lewat ponsel. Apalagi jika kita mencermati lebih jauh dimana perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi computer, khususnya tentang jejaring sosial semakin mengalami kecanggihan dari masa ke masa selanjutnya. Para pengguna jejaring sosial, tentu merasa tertinggal jika tidak mengenal perkembangan tersebut.

fenomena generasi pengguna jejaring sosial boleh dikata telah ditaklukkan oleh perkembangan teknologi modern, khususnya tentang perkembangan jejaring sosial. Kapan dan di mana pun, pandangan kita banyak terhias oleh orang-rang yang bersentuhan langsung dengan  smartphone. Iyya, sosial media dapat dikatakan sebagai penghibur dalam hidup kita, tapi perlu juga dipikirkan tentang efek negatif yang ditimbulkan dalam kehidupan bemasyarakat.

Tentu kita sering menyaksikan, atau mengalami bahwa ketika kita bertamu di rumah seorang kerabat atau siapa-lah, apa yang terjadi, kerabat kita itu lebih awal memainkan smartphone, dan seolah-olah kita terbaikan. Etika dalam menerima tamu, seharusnya mengedepankan pelayanan komunikasi yang baik, bukan dengan lebihawal mementingkan smartphone itu. Apalagi dengan berjam-jam kita duduk di depannya, kalimat-kalimat yang dilontarkan kepada kita sangat terbatas, dan kebanyakan tersenyum ke sebuah ponsel yang lengket di tangannya.

Dalam berbagai kegiatan seminar, atau rapat, terkadang pimpinan rapat, dan atau pun peserta rapat lebih terfokus dengan sosial media. Atau sedikit-sedikit mengintip ponsel, sedikit-sedikit membuka smartphone, sehingga kurang fokus pada kegiatan seminar atau rapat tersebut. Ini namanya tidak menhargai forum, dan bisa jadi tujuan seminar atau rapat tidak selesai gara-gara waktu mereka terbuang oleh smartphone.

Pada rombongan belajar mahasiswa pun di dalam kelas, masih seringnya kita menyaksikan langsung seorang mahasiswa dengan sembunyi-sembunyi memanikan sosial media. Mereka beralasan bahwa lagi mencatat materi lewat ponsel, padahal mereka berkomunikasi dengan temannya sendiri lewat facebook. Demikian juga pada seorang dosen, mungkin anda pernah mendengar atau menyaksikan langsung bahwa seorang dosen masih sering memainkan sosial media di saat melangsung proses pembelajaran di dalam kelas.

Padahal, dalam proses pembelajaran di dalam , yang mana seorang dosen itu diatur oleh waktu, akan tetapi tatkala seorang dosen selalu mengintip pada sebuah ponsel berarti sebagian waktunya tersita oleh jejaring sosial sehingga bisa jadi tidak mampu menyeesaikan materi yang sesuai dengan isi waktu yang telah tersedia.  

Kasus lain yang sering kita temukan tentang membuang watu gara-gara sosial media adalah di berbagai tempat kerja, baik di katoran maupun di lapagan. Contohnya, ketika kita berurusan dengan seorang stap di suatu kator, kita sudah duduk di depannya, namun dia lebih asyik memanikan smartphone. Di mana letak etika sebagi playan masyarakat? 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline