Stunting--kondisi anak yang ditandai oleh gangguan pertumbuhan dan perkembangan akibat kekurangan gizi kronis masih menjadi tantangan yang terus dihadapi oleh masyarakat dan berbagai pemangku kepentingan, salah satunya di Desa Sumberbulus, Kecamatan Ledokombo, Kabupaten Jember. Tingginya angka stunting di Desa Sumberbulus menjadi salah satu pendorong berbagai program yang disusun oleh Puskesmas Ledokombo dan posyandu (pos pelayanan terpadu) di desa. Pada minggu keempat KKN ini, setiap harinya mahasiswa KKN Kolaboratif 189 mendampingi program posyandu di desa serta menginisiasi beberapa kegiatan untuk mengupayakan pencegahan dan penurunan angka stunting yang efektif di Desa Sumberbulus. Kegiatan tersebut di antaranya bulan posyandu, pemeriksaan kehamilan (ANC), penyediaan PMT serta pembinaan kader posyandu terkait stunting.
Bulan posyandu di Desa Sumberbulus dilaksanakan selama enam hari yang terbagi menjadi delapan titik pos, yaitu Posyandu Flamboyan 14 sampai dengan Posyandu Flamboyan 21. Kegiatan ini diawali dengan registrasi ibu dan anak, pengukuran lingkar kepala, berat badan, dan panjang/tinggi badan, pemeriksaan kehamilan untuk ibu hamil, konsultasi bersama bidan serta penyaluran PMT (Pemberian Makanan Tambahan) untuk setiap peserta yang hadir. Mahasiswa KKN Kolaboratif 189 bersama kader posyandu membantu melakukan dan mengawasi pengukuran antropometri yang tepat, mengisi buku KIA, melakukan perekapan data, serta memberikan PMT. Adanya pendampingan mahasiswa juga membantu menurunkan kemungkinan kesalahan pengukuran yang dapat menghasilkan perbedaan data antropometri yang cukup signifikan.
Pada setiap kegiatan bulan posyandu, sehari sebelumnya beberapa mahasiswa KKN Kolaboratif 189 juga ikut membantu mempersiapkan PMT untuk peserta di rumah kader posyandu. Menu PMT yang dibuat pada bulan Agustus ini di antaranya puding pandan pisang, jenang putih, tahu rebus, telur rebus dan bubur candil. Setiap PMT diberikan kepada sasaran peserta yang berbeda sesuai kebutuhannya yakni untuk ibu hamil, ibu menyusui, anak baduta dan anak balita. Selain itu, mahasiswa KKN Kolaboratif 189 juga mempromosikan menu PMT berupa puding kelor kepada anak di atas usia 6 bulan. Adanya variasi menu PMT tersebut dapat mempromosikan menu-menu masakan yang lezat, murah dan bergizi kepada masyarakat dalam rangka pemenuhan gizi yang seimbang.
Setelah berakhirnya rangkaian bulan posyandu, pada sabtu sore (12/8/2023), mahasiswa KKN Kolaboratif menyelenggarakan pendekatan dan pembinaan kader posyandu terkait stunting di rumah salah satu kader. Pembinaan kader posyandu ini dilaksanakan dengan metode Focus Group Discussion (FGD) dan pemaparan kasus terkait stunting oleh mahasiswa dan 12 kader posyandu yang telah hadir. Diskusi tersebut membahas pengertian, cara pengukuran, faktor-faktor dan bahaya stunting serta pencegahannya di 1000 HPK (Hari Pertama Kehidupan). Kegiatan pembinaan ini dilaksanakan dalam rangka mengukur sejauh mana pengetahuan kader terkait stunting dan menentukan tolak ukur pengetahuan kader sehingga kader posyandu dapat mengajari masyarakat awam terkait stunting.
Dengan adanya seluruh rangkaian posyandu dan pendekatan kader secara terpadu, mahasiswa KKN Kolaboratif 189 berharap dapat mengurangi dan mencegah angka stunting secara berkesinambungan di Desa Sumberbulus. Setelah rangkaian acara ini, mahasiswa KKN Kolaboratif 189 berencana melaksanakan penyuluhan 1000 HPK di kelas ibu hamil dan Sekolah Orang Tua Hebat (SOTH) serta melakukan penyuluhan terkait pemenuhan gizi dan demonstrasi menu MPASI dari daun kelor untuk terus mewujudkan Desa Sumberbulus bebas stunting.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H