Lihat ke Halaman Asli

Matsushita & Winner Spirit

Diperbarui: 24 Juli 2015   23:31

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ekonomi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Caruizp

Hanya segelintir orang yang tetap tegar walau harus menghadapi masa-masa sulit dalam hidupnya. Kebanyakan orang larut dalam leputusasaan, muram durja, yang bisa berujung pada depresi berkepanjangan. Padahal kegetiran hidup bisa muncul kapan pun dengan cara apapun, mulai dari tidak naik kelas, dikucilkan dalam pergaulan, hingga mengalami kebangkrutan bisnis, dst.

Bagi seorang Kenosuke Matsushita, yang ditinggal pergi oleh ayahnya saat masih berusia 10 tahun, hidup adalah sebuah pilihan! Dan dirinya memilih untuk tumbuh menjadi pribadi ”pemenang” yang selalu memiliki cara dalam menghadapi setiap masalah.   Meski dirinya harus mewarisi kebangkrutan ayahnya dan sebagian besar saudaranya meninggal karena penyakit TBC. Matsushita kecil harus berperang melawan kemiskinan, putus sekolah dan bekerja keras untuk memenuhi kebutuhannya. Pada usia sembilan tahun ia telah menjadi  kuli kasar lalu menjadi pedagang sepeda. Hanya ketekunan dan prinsip hidup kuat membuatnya pantang menyerah termasuk ketika bisnis yang dirintisnya menghadapi banyak masalah. Sejarah mencatat, hingga akhir hayatnya, Matsushita mampu membangun kerajaan bisnisnya hingga mencapai 795 perusahaan dengan jumlah karyawan sebanyak 150 ribu orang.    Masa-masa suram serta kegagalan dalam membangun usaha, tak pernah membuatnya menyerah, termasuk saat menghadapi sikap sinis berbagai pihak yang meramalkan Matsushita Electric Manufacturing Company akan hancur menyusul kemerosotan ekonomi akibat Perang Dunia. Namun semuanya terbalik, usahanya terutama di bidang kelistrikan, suku cadang kapal laut dan pesawat terbang untuk Angkatan Perang Kerajaan Jepang ternyata mampu bertahan dan terus berproduksi.  Bagi sebagian orang saat itu, masa-masa perang adalah monster menakutkan, hampir seluruh level masyarakat terkena imbasnya mereka terpuruk dan kehilangan harapan. Namun, bagi Matsushita, krisis, kegagalan atau apapun namanya adalah sebuah kenormalan dalam kehidupan. Peluang dan ancaman selalu hadir dalam setiap situasi, dan semua pada mentalitas individunya.  Kenyataanya, saat perang usai dan situasi berangsur normal, Matsushita justru kehilangan pengaruhnya pada Kamar Dagang Osaka karena keterlibatannya dalam produksi suku cadang perang. Meski upaya pembelaan terus dilakukan, semuanya gagal dan berakhir dengan vonis larangan berbisnis disemua sektor yang berujung pada pembubaran tidak kurang 40 perusahaannya. Lalu, kiamatkah kehidupan Matsushita? Pergulatan hidup membuat Matsushita tumbuh menjadi pribadi pemenang yang selalu berbeda. Baginya setiap saat dalam hidup ini termasuk kegagalan  sekalipun adalah momen penting untuk terus berbuat, tumbuh untuk menjawab tantangan perubahan. Matsushita pun membangun perusahaannya kembali meski harus berada dibalik layar, upayanya yang pantang menyerah pun berbuah hasil. Perusahaannya bisa kembali tumbuh, upayanya menyejahterakan karyawan dengan mendorong terbentuknya serikat buruh mendapat sambutan banyak pihak hingga akhirnya pemerintah jepang pada tahun 1949 menghapus sangsinya. Tahun 1950 perang Korea pun meletup, krisis jilid selanjutnya kembali mengancam aktivitas masyarakat Jepang. Namun bagi Matsushita inilah saat yang tepat untuk kembali menata peluang bangkit dari keterpurukan usahanya. Seperti gayung bersambut perusahaannya mendapat order dari Angkatan Perang Amerika sebesar ¥400 juta. Modal awal kini sudah ditangan, siap digunakan untuk membangkitkan roda-roda bisnisnya. Pada tahun yang sama Matsushita melakukan perjalanan keliling Eropa dan Amerika, untuk melihat peluang usaha yang ada disana. Hasilnya, ia memutuskan untuk menjalin kerjasama dengan Philips dari Belanda. Berdirilah perusahaan patungan yang menjadi cikal bakal perusahaan Matsushita Electronics Company. Produk awalnya adalah bola lampu, lampu neon, lampu tabung hampa dan transistor radio untuk memenuhi kebutuhan pasar di Jepang yang sangat tinggi kala itu. Keuntungan yang diraih tidak saja membuat perusahaan mendapat keuntungan tetapi juga ekspansi usaha. Tahun 1967 kerjasama Matsushita dengan Philips berakhir, masing-masing pihak mendapatkan royalty 2,5% dari total keuntungan yang berhasil diraup.  Pribadi pemenang Kenosuke Matsuhita membuatnya berbeda dengan kebanyakan orang dalam memandang segala bentuk krisis dan kegagalan. Ia mampu berpikir berbeda, mengubah sudut pandang serta sangat visioner. Bagi Matsushita seseorang yang ingin berhasil dalam hidupnya harus memiliki motivasi tinggi dan bekerja keras, tidak panik dengan setiap kendala yang dihadapi sehingga mampu berpikir jernih saat orang lain terjebak dalam keruwetan dan menjadi  pecundang.

 

 




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline