Lihat ke Halaman Asli

Permainan Itu Pasti Berakhir

Diperbarui: 18 April 2019   07:40

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerita Pemilih. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Sebagai daerah dengan kemenangan Kubu 02 yang sangat tinggi, tentu sebagian warga Kalimantan Selatan sangat kecewa dengan hasil Hitung Cepat yang memenangkan pihak 01. 

Terlihat jelas sepulang dari sholat subuh tadi, jamaah Masjid yang biasanya memang kumpul2 sebentar untuk ngobrol, kecewa karena Perubahan yang diinginkan kemungkinan tidak bakal terwujud. 

Apalagi dengan adanya isu lingkungan hidup yang masih hangat di Kalsel. Jika sudah nonton film Asimetris dan Sexy Killers, pasti tahu permasalahannya. 

Ada juga yang kecewa karena selama ini banyak fitnah yang menyerang Guru-guru mereka, ulama-ulama mereka, sehingga mereka menginginkan perubahan kepemimpinan di negeri ini. Dan banyak lagi alasan-alasannya terutama masalah ekonomi dan daya beli.

Wajar saja kecewa, apalagi setelah mendominasi di wilayah sendiri, keoknya karena perolehan suara di wilayah lain, yang penduduknya mungkin tidak memahami persoalan di Kalimantan Selatan, yang tidak merasakan masalah-masalah di Kalsel, dan bahkan tidak tahu Kalsel itu ada dimana. 

Tapi, terlepas dari kontroversi hasil Quick Count atau Exit Poll, dan bahkan Real Count nantinya, Permainan ini Pasti Berakhir, entah kemenangan 01 atau mungkin 02 menyalip ditikungan. Pasti 'The End', suka tidak suka, terima atau tidak terima.

Saya sudah beberapa kali menulis status tentang Demokrasi, ini permainan yang 'brutal', jor-joran rebutan suara tanpa ada pembeda KUALITAS suara. 1 suara ulama = 1 suara professor = 1 suara orang gila. Jadi jika ada 10 ulama + 10 professor yang mendukung si A misalnya, maka tetap kalah kalo si B punya dukungan 30 suara orang gila. 

Ini perumpamaannya, bukan sindiran ke kontestan Pilpres lho ya. Ini juga ditambah fakta bahwa dalam alam demokrasi Indonesia, suara rakyat itu di hibahkan tanpa syarat, bukan di pinjamkan. Ibarat hibah kalo sudah diberikan ya tidak bisa ditarik lagi meskipun yang diberi hibah itu berkhianat atau ingkar janji.

Dari hasil sementara yang dimunculkan lembaga survey dan media, maka ini momen bagus untuk introspeksi. Saya teringat ceramah Buya Yahya ketika menjelaskan tentang Pemimpin, kenapa kadang pemimpin yang kita pilih tidak menang. 

Buya menjelaskan, itu tergantung Anda, berapa kali Anda bersimpuh berdoa memohon kepada Allah untuk diberikan pemimpin yang sesuai dengan harapan Anda. Kalo cuma berdoa saat kampanye saja ya jangan kecewa jika tidak terkabul, mintanya hanya momen-momen tertentu saja sih. Seharusnya setiap sholat, berdoa minta diberi Pemimpin yang Amanah.

Kedua yang perlu dicermati, dari data yang dikeluarkan lembaga survey itu ternyata banyak pemilih yang tidak punya akses ke internet, media sosial, dan pusat informasi yang valid. Mereka memilih tanpa pernah tahu informasi apa yang bisa dipertimbangkan terlebih dahulu. Tidak cuma di desa, di kota-kota juga banyak. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline