Sekolah adalah tempat anak-anak menuntut ilmu. Ilmu yang dimaksud tidak hanya yang bersifat akademik, namun juga yang non-akademik seperti pemahaman tentang nilai-nilai moral kemanusiaan. Salah satu nilai fundamental yang mesti dimengerti anak sejak dini adalah toleransi.
Mengapa toleransi menjadi begitu penting? Karena Indonesia adalah negeri yang majemuk. Bahkan, negara ini menjadikan semboyan Bineka Tunggal Ika sebagai landasan. Maknanya, masyarakat di sini memang berbeda-beda, namun hakikatnya satu jua: bersaudara.
Di sekolah, guru-guru punya tanggung jawab besar menyuntikkan spirit toleransi dalam jiwa anak-anak. Pelajaran tentang toleransi mesti dipaparkan sejak dini agar mereka tidak terlanjur menjadi intoleran.
Sejatinya, memberi wawasan tentang kebersamaan dalam perbedaan bisa dilakukan dengan cara yang sederhana. Sebagai contoh, berangkat dari istilah SARA atau Suku Agama Ras dan Antar-golongan. Prinsipnya, Indonesia punya banyak SARA sehingga tidak boleh menyinggung apalagi meremehkan suku, agama, ras, dan golongan tertentu.
Di sebuah ruang kelas, pasti ada siswa-siswi yang punya suku berbeda-beda. Mereka bisa dipersilakan ke depan sebagai contoh perbedaan. Disampaikan pula bahwa meskipun suku mereka berbeda, selama ini mereka bisa dengan nyaman bermain bersama. Artinya, perbedaan yang ada tidak lantas memberikan dampak negatif. Oleh karena itu, perbedaan tidak boleh menjadi pertimbangan dalam memilih atau memilah kawan. Jangan hanya berkawan dengan anak-anak dari suku tertentu atau agama tertentu.
Siswa dan siswi harus paham bahwa perbedaan suku, agama, ras dan golongan tidak mempengaruhi kualitas seseorang. Kalaupun orang itu baik, bukan berarti karena berasal dari suku tertentu. Kalau pun orang itu jahat, tidak bermakna karena dia memeluk agama tertentu.
Baik atau jahat adalah karena pribadinya sendiri. Bukan karena suku, agama, ras, atau golongan yang melekat pada dirinya.
Perbedaan yang ada di antara masyarakat hanya bersifat artifisial. Semua merupakan keniscayaan. Tuhan menciptakan manusia bersuku-suku dan berbangsa-bangsa agar semua saling mengenal. Dengan kata lain, toleransi mesti diimplementasikan. Toleransi membuat orang lain menjadi nyaman dalam kehidupan sehari-hari. Sebaliknya, mereka yang bertoleransi pada orang lain, juga akan dibalas dengan sikap toleran dari pihak lain tersebut.
Saat ini, memperuncing perbedaan bukan sebuah pilihan. Apalagi, tantangan zaman di bidang ekonomi dan sosial semakin banyak. Energi mesti dicurahkan pada hal-hal yang lebih produktif. Merasa diri eksklusif justru akan mempersempit ruang gerak diri sendiri. Kolaborasi merupakan jalan terbaik.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H