Lihat ke Halaman Asli

andi darpanio

fotografer

Jangan Lagi Bangun Sekat Pemisah

Diperbarui: 28 Januari 2023   12:22

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

money.id

 

Ibarat takdir, Indonesia terbangun dan dibangun atas darae kemerdekaan. Sejak awal, Nusantara (sebutan Indonesia sebelum kemerdekaan) adalah berbineka dengan ribuan perbedaan yang ada di tanah dan warganya. Itu sebabnya juga pendiri bangsa ini memilih Pancasila sebagai dasar negara. Iabarat Kompas, Pancasila adala adalah Kompas yang pas untuk bangsa Indonesia.

Seperti kita tahu, pendatang dari China memang datang ke Indoensia berabad lalu dengan beberapa gelombang kedatangan. Ada yang mendarat di Sumatera bagian Utara, yang kemudian kita kenal sebagai China Medan. Mereka kemudian mencari penghidupa di Sumatera dan menyebar di pulau itu. Ada juga yang mendarat di pesisir pulau Jawa. China Jaw aini yang oaling getol berakulturasi dengan warga lokal sehingga banyak cengkok-cengkok khas China Jawa yang muncul. Lalu ada China Singkawang. Satu komunitas China yang mendarat di Kalimantan barat, mencari menghiduan di sana dan menyebar.

Sebanrnya Indonesia tak hanya menerima pendatang dar China saja. Banyak gelombang masyarakat Yaman dan wali sendiri adalah keturunan Yaman (arab) sehingga bisa dimengerti bahwa ada komunitas Arab yang cukup besar di Indonesia. Begitu juga India dll.

Hanya saja memang, ada satu masa dimana pemimpin Orde Baru membangun sekat pemisah terutama untuk saudara kita  yang keturunan China. Rezim Orde baru sampai menerbitkan aturan resmi yang melarang budaya China berkembang secara terbuka di sini. Rezim juga mengharuskan penggunaan nama Melayu (Indonesia) untuk nama-nama mereka.

Ada kisah sedih yang dituturkan oleh mantan pebulutangkis Hendrawan yang pernah meraih emas di Olipiade Sydey. Dia mengatakan bahwa dirinya dan keluarga sangat kesulitan untuk mendapat SKBRI suatu surat yang diperukan bagi keturunan China untuk mengurus ini itu.  Akhirnya dia terpaksa meminta bantuan kepada Presiden RI Megawati Soekarnoputri (waktu itu) agar bisa menguus surat itu. Atas bantuan Presiden ybs mendapatkan haknya. Padahal dari kacamata prestasi, Hendrawan adalah pahlawan karena sudah mempersembahkan prestasi membanggakan di kancah dunia.

Dalam perkembangan keberagaman di Indonesia, sekat-sekat ini sepertinya muncul kembali. Bukan karena aturan atau pemimpin negara, tapi karena penafsiran salah soal agama. Sehingga kita bisa melihat intolerasi bahkan kemudian radikalisasi menguat di masyarakat, tidak saja di kalangan dewasa tapi juga di sekolah-sekolah bahkan PAUD. Inilah fenomena sekat itu.

Semoga kita bisa menghargai perbedaan dan keberagaman dengan baik dan mengenyahkan sekat itu selamanya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline