Satu minggu ini kita dikejutkan oleh pemberitaan media tentang aneka badai. Yang paling dahsyat adalah badai yang menimpa wilayah Amerika Serikat. Negara itu mengalami musim dingin yang dicatat terburuk dalam sejarah. Beberapa wilayah di sana suhunya bisa mencapai -- 10 derajat celcius, di mana bisa ditemukan ombak di danau menjadi beku dan air yang berada di pancuran juga membeku.
Sekitar 50 orang tercatat meninggal dunia karena kedinginan, sebagian terjebak di mobil, di rumah bahkan di pinggir jalan. Beberapa tempat tidak bisa mendapatkan pemanas suhu karena jaringan listrik juga mati. Pejabat AS dan beberapa negara bagian menyebut bahwa musim dingin ini adalah 'badai salju ganas abad ini'
Bencana itu dimulai sejak malam natal dan diperkirakan akan berlangsung sampai tgl 3 Januari ke depan. Otoritas setempat menghentikan ribuan penerbangan dan pemadaman listrik berlangsung secara bergilir.
Apa yang bisa kita petik dari hal ini ?
Bahwa kita harus bersyukur hidup di tengah wilayah dengan kehangatan sepanjang tahun. Tidak ada musim dingin yang mengancam seperti badai di AS. Memang kita sering tertimpa gempa bumi dan kita sudah sekian lama belajar bagaimana mengantispasinya.
Hal yang juga harus kita syukuri adalah kita diberi bangsa dengan berbagai kekayaan alam dan kekayaan budaya, dari Sabang sampai Merauke, dari Miangas sampai Pulau Rote. Wilayah geografi yang sedemikian luas itu membuat kita punya budaya yang beraneka, keyakinan Kita senantiasa harus hidup produktif dan tidak merusak hal-hal baik dengan sesuatu yang tak perlu seperti pertentangan agama, penafsiran salah soal ajaran agama dan lain-lain.
Padahal jika kita runut di skala global, sungguh tidak mudah mengelola negeri dengan beragam perbedaan. Di beberapa negara ada yang hanya satu warna kulit, tapi beda etnik sudah menimbulkan persoalan serius pada bangsa itu. Belum lagi sisi geografis yang membuat banyak persoalan pada bangsa kita menjadi kompleks yang harus diselesaikan oleh pemimpin negara.
Karena itu seharusnya kita bersyukur atas semua hal yang diberikan Allah SWT kepada kita. Sudah selayaknya kita merawat semua perbedaan itu dengan hidup rukun, saling menghormati dan menghargai. Kita senantiasa harus hidup produktif dan tidak merusak hal-hal baik dengan sesuatu yang tak perlu seperti pertentangan agama, penafsiran salah soal ajaran agama dan lain-lain.
Menghargai bahwa bangs akita pluralis dan menerima semuanya itu dengan karya positif seharusnya menjadi tantangan kita semua, baik tahun yang sudah kita lewati maupun pada tahun yang baru.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H