Sebagai blogger yang mencoba mengasah dan menempa diri dalam tulis-menulis tentu punya caranya sendiri meramu sebuah tulisan yang enak, gurih namun tetap nikmat untuk dibaca. Terlebih santun untuk diamati dan dicermati isinya.
Menjadi blogger adalah sebuah kebaggaan. Karena selain sebagai pewarta warga atau citizen Journalist namun tetap punya ruang privasi untuk mengekplore lebih jauh tentang sudut pandang—rasa dalam melihat aspek kehidupan—yang kemudian kita tuangkan dalam lembaran kertas atau blog page.
Dewasa ini rasa-rasanya sudah tidak ada sekat berarti tentang blogger dan jurnalis. Pada setiap sisi memang punya perbedaan tapi perbedaan yang membuat setiap keduanya punya porsi memberitakan yang unik. Kalau seorang blogger akan mengedepankan pemberitaan yang subyektifitasnya lebih kentara, punya ruang bebas untuk meninterpretasikan bahkan mampu menciptakan medium tersendiri dalam gaya pemberitaan. Mulai dari kesan jurnalistik yang kental, curhat konvensional yang mengharu biru hingga menyastrakan pemberitaan yang menjadi sentimentil untuk dibaca.
Tentu ruang-ruang kebebasan para blogger tidak bisa untuk ditembus oleh jurnalis yang notabene tunduk pada kaidah jurnalistik dan undang-undang pers. Seorang blogger hanya dibatasi garis normatif pemberitaan yang ditegaskan dalam undang-undang ITE. Artinya blogger sudah mampu mesejajarkan diri dalam pemberitaan dengan punya wajah dan rasa yang sesuai pembacanya. Bahkan blogger lambat laun akan bertransformasi dalam skala yang lebih luas di abad generasi Y ini.
Blogger Generasi Y
Maka dunia blogger adalah dunia privasi dan kelas bawah. Anggapan itu udah terlalu jadul, barangkali. Apalagi ketika kita bicara blogger di era generasi Y—adalah sebuah pembicaraan yang akan mengubah mindset kita tentang dunia pemberitaan dan tulis menulis. Karean blogger generasi Y yang akan nengawal tranformasi informasi.
Karena transformasi sekarang sudah sedemikian massif dan agaknya seolah-olah mengambil bentuk sendiri. Mutasi jurnalistik sekarang telah bergeser secara perlahan namun meyakinkan menjadi semi-bloggeristik. Sebuah pemberitaan yang mengarahkan pembacanya pada jenis tulisan berita yang aktual tapi dikemas renyah, fresh dan kekinian. Menempatkan berita atau informasi menjadi sedekat mungkin dengan pembacanya—intim.
Karena tidak mungkin dan mustahil kalau sekarang ini adalah dunia sudah berubah. Dunia sekarang adalah sebuah dunia yang digerakkan oleh informasi. Dan informasi berkembang begitu cepat dan dahsyatnya. Memaksa kita melakukan percepatan dalam berfikir dan menyimpulkan. Pun begitu dengan dunia informasi yang diwakili oleh kaum jurnalis dan blogger menjadi acuan untuk menunjukkan arah pemberitaan ke depan seperti apa.
Di sebut-sebut sekarang inilah era generasi Y mengubah peradaban. Sebuah generasi yang lahir di awal 80-90an yang juga disebut sebagai generasi millenial. Generasi inilah yang banyak dan mendominasi menggunakan teknologi komunikasi instan seperti email, chatting dan media sosial seperti twitter, facebook, instagram. Salah satu yang mencengangkan adalah generasi Y inilah yang punya peran menggerakkan informasi abad ini dan berperan mempermark wajah informasi dan peradaban ke depannya.
Jadi kita tidak heran dunia blogger dan jurnalistik akan lebih banyak didiminasi oleh generasi Y ini. Apalagi dengan sifat dari generasi Y yang berkarakteristik masing-masing individu berbeda. Pola komunikasi yang sangat terbuka dibanding generasi sebelumnya. Pemakai media sosial yang fanatik dan kehidupan sehari-harinya sangat terpengaruh dengan perkembangan teknologi.
Bagaimana tidak, generasi Y bisa sanggup melakukan sesuatunya secara simultan. Generasi multitasking ini ketika diberi gadget sanggup mengetik sekaligus memberitakan. Ketika ia nyemplung dalam profesi jurnalis atau blogger ia sanggup mengetik tanpa melihat. Mengetik hanya dengan mendengar setiap yang ia dengar dari narasumber. Kegesitannya juga mengalahkan generasi-generasi sebelumnya.