Lihat ke Halaman Asli

Andika Tirta

Mahasiswa

Relevansi "Christus Vivit" Bagi Orang Muda dalam Hidup Sebagai Calon Imam

Diperbarui: 23 April 2024   16:54

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Pertama-tama marilah kita melihat orang muda itu adalah tempat adanya Kristus yang hidup Kristuslah yang hidup dan ingin mereka tetap hidup. Paus Fransiskus juga menyerukan kepada semua orang muda Katolik di seluruh dunia  untuk berkembang dalam hidup kekudusan dan komitmen panggilan (bdk.christus vivit 1,3). Di lain sisi ,lain Yesus mengajak para orang muda mewartakan  apa yang membuat hidup mereka itu berharga dengan juga ikut serta dalam kebaruan kebangkitannya.  

Di satu sisi, dalam kerinduan besar akan Tuhan, datanglah seorang pemuda penakut yang mencoba untuk mengikuti Yesus tetapi lari dengan telanjang (bdk Rom 14:51-52), seorang pemuda yang tidak memiliki kekuatan untuk mempertaruhkan segalanya demi mengikuti Tuhan. Sedikit melihat riwayat hidup Santo Aloysius Gonzaga yang berani keluar dari zona nyamannya sebagai kaum bangsawan khususnya sebagai kaum muda untuk  mewartakan kebangkitan kristus melalui pelayanannya kepada orang-orang yang terkena wabah sebuah penyakit  hingga menerima mahkota kemartiran. Di sini Roh Kudus bergerak kepada para kaum muda agar terinspirasi dengan sabda Allah sendiri . 

Buluh yang rapuh namun tidak patah (bdk Yes 42:3) ini adalah tatapan Allah Bapa, yang mampu menghargai dan memelihara benih-benih yang ditaburkan di hati orang muda.Orang muda harus menganggap dirinya sebagai "Tanah yang kudus. Pembawa benih-benih hidup yang di hadapannya aku harus "Menanggalkan kasut"[lih.christo vivit 67].  

Bisa dilihat bahwa orang muda adalah tanah yang ditanami oleh benih-benih Allah di hadapan-Nya aku harus merendahkan hatiku untuk memelihara benih itu lain daripada itu melalui Nabi Yeremia Allah berjanji untuk mengangkat dan menggembalakan umatnya dengan adanya para gembala itu akan terwujud ketaatan perintah Yesus untuk "pergi menjadikan semua bangsa menjadi murid-Nya"(lih.Mat 28:19). 

Hal yang perlu diperhatikan untuk orang muda adalah merefleksikan bagaimana cara menjadi sahabat Yesus. Menjadi sahabat Yesus juga berarti menjadi sahabat bagi semua orang melalui teman-teman, Tuhan memurnikan kita dan membuat kita semakin dewasa. Sekaligus, teman-teman yang setia, yang berada di samping kita dalam masa-masa sulit, adalah cerminan kasih sayang Tuhan, penghiburan-Nya dan kehadiran-Nya yang penuh kasih. 

Dengan demikian bisa dilihat bahwa orang muda dipanggil untuk menjadi seorang clericus melalui seminari menengah. Seminari Menengah adalah tempat para kaum muda pada umumnya merasakan adanya panggilan, dibimbing sejak usia dini dengan mengenali benih panggilan itu dan mengembangkannya  dan berusaha menjawabnya dengan penuh pertimbangan , kebebasan dan tanggung jawab. 

Dengan semangat "Deus caritas est". Allah adalah kasih hendaknya orang muda yang "Terpanggil ". Tidak meragukan bahwa mereka dipanggil oleh-Nya karena mereka dikasihi dalam segala keadaan (bdk.christus vivit 112). Dengan semangat dalam menghayati Kristus yang tersalib dan bangkit orang muda diharuskan untuk termotivasi untuk semakin mencintai panggilannya melalui tindakan 

Contoh konkretnya adalah mengikuti kegiatan - kegiatan yang ada dalam  dalam seminari. Lain daripada itu dimensi pastoral dewasa ini perlu memperhatikan kreativitas kaum muda hal  memungkinkan yang "Terpanggil" khususnya kaum muda untuk membagikan hidup, bergembira, bernyanyi, mendengarkan kesaksian nyata, dan mengalami perjumpaan komunitas dengan Allah yang hidup. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline