Lihat ke Halaman Asli

Ra [96]; Surat Pertama

Diperbarui: 17 Juni 2015   07:47

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Teruntuk perempuan 100 persen sempurna,

Semoga Tuhan tetap menjaganya.

Sebentar lagi Ra, aku akan melihatmu setiap hari, memberimu senyum yg orang lain tidak pernah mendapatkan senyuman itu. Mendengar kidung yg paling indah yg kupersembahkan hanya untukmu. Bersabarlah Ra, kerinduan ini segera kuakhiri, kesunyian ini segera aku lewati. Kau cukup berdoa dalam pengharapanmu bersamaku kepada Tuhanmu. Di sini aku bertasbih dalam gelap dan terangku, menyanyikan syair-syair kerinduan yg membuatku tenang. Begitu keras pergulatan hidup ini, aku segera kembali mengembara dalam sajak dan bercerita dalam kata yg membuatmu teduh di pangkuan hati yg telah lama menahan deru. Manakala kita bertemu nanti, di suatu tempat yg pernah kuucap dalam mimpiku, aku ingin mengecup keningmu dg hati, mendekap erat tubuhmu dg sanubari.Namun, kita tidak boleh lupa bahwa Tuhan sedang memperhatikan kita. Memperhatikan ketulusan rasa ini untuk selalu menjadi ingkar. Memperhatikan niat baik ini untuk menjadi benci. Percayalah Ra, ketika itu terjadi dalam ikatan suci kita nanti, tidaklah kita bersedih dan memaki satu samalain. Sebab Tuhanlah yg pantas menentukan kehendak hati. Kita hanya sebatas insan kecil yg dituntut memperjuangkan kesucian rasa ini. Hingga keikutsertaan Tuhan dapat kita nikmati.

Ra, sering kali aku berfikir, kamulah perempuan satu-satunya yg membuatku terpesona hingga tak ada lagi tempat di hatiku buat perempuan-perempuan itu. Kamulah cinta pertama dan terakhirku, mungkin kau ragu, tapi yakinlah, bahwa kau bertemu dengan lelaki yg tak pernah merasakan cinta. Hanya kepadamu cinta ini kuberi, dan bersamamulah cita-cita tertinggi dalam hidupku.

Ra, Apabila aku dalam sepi, kuingat rekah senyumu. Apabila aku dalam takut, kuingat matamu yg tajam. Apabila aku dalam sedih, kuingat tawamu yg memecah kesedihan. Kau mampu membuatku hingar, kau mampu membuatku berani, kau mampu membuatku bahagia.

Ra, manakala kesalahan waktu itu menjadi tirai penghalang niat baik ini, katakanlah padaku, aku akan menjadi pelengkap dalam hidupmu, menjadi teman dalam sepimu, menjadi angin untuk nafasmu, menjadi selimut dalam dingginmu, menjadi taman dalam sedihmu. Namun ketika kau pinta aku untuk menjauh dari kehidupanmu, saat itulah aku menjadi lelaki yg tiada guna.

Dari yang menyayangimu.

Andika DH.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline