Lihat ke Halaman Asli

Suka Duka Pedagang Asongan Buta

Diperbarui: 26 Juni 2015   04:52

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di masa reformasi mencari pekerjaan sangat susah ,lulusan Perguruan Tinggi apabila tidak mempunyai pengalaman akan sulit mencari pekerjaan, meskipun mempunyai kenalan orang penting tidak menjamin akan mendapatkan pekerjaan.Apalagi lulusan SMA sederajat, pastinya akan lebih sulit mencari pekerjaan.

Kebanyakan lulusan SMA,setelah lulus bingung untuk mencari pekerjaan,mungkin bidikan yang terahkir bekerja jadi kuli bangunan,pabrik kayu dan lebih parah lagi yaitu nganggur.Pasalnya,sudah terbukti di berbagai tempat,mereka tidak pernah berpikir untuk menjadi seorang pedagang atau wirausaha.

Sebenarnya mereka malas untuk berusaha ,padahal kesempurnaan fisik dan kemampuan pemikiran lebih maju dari pada orang-orang yang tidak mengenyam bangku pendidikan.Orang-orang yang tidak mengenyam bangku pendidikan seperti Bapak Asim (59 tahun) seorang pedagang Asongan.Meskipun kondisi bapak Asim tidak bisa melihat alias Buta tetapi dia tetep berusaha untuk menjadi seorang pedagang.

Untuk bertahan hidup tanpa keluarga, bapak Asim menjadi pedagang Asongan yang berjualan Makanan ringan,minuman dan permen.Menawarkan ke para pengendara truk yang berhenti,orang yang berjalan kaki dan penumpang bus.Supaya membeli dagangannya.

Berjualan seperti ini sudah saya jalani selama 20 tahun,meskipun saya cacat tidak bia melihat.Tetapi saya berusaha unuk bekerja,supaya tidak tergantung kepada orang lain.Penghasilan yang saya dapatkan setiap hari kalau lagi rame sekitar 25 ribu,kalau lagi sepi sekitar 10 ribu,tidak tentu tiap harinya,yang penting bisa buat beli makan.Ujar Asim

Meskipun panas matahari menyengat,bapak Asim terus berjalan menawarkan dagangan kepada orang yang lewat (ron maxs)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline