Lihat ke Halaman Asli

Andika NugrahaFirmansyah

Aktif di Sokola Sogan, Komunitas Belajar berbasis minat dan bakat.

Saat Berada di Titik Terendah

Diperbarui: 8 Januari 2024   20:56

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dokumen Pribadi Penulis

Malam ini Sokola Sogan bersama dengan Adwika Kota Pekalongan mengadakan diskusi santai dengan topik Genosida Mimpi. Topik ini dibawakan oleh Mas Ilyan selaku ketua Adwika Kota Pekalongan. Mas Ilyan membawakan materi dengan baik. Sesuai dugaan kami, topik ini berhasil menyedot banyak perhatian. Sehingga ruangan di Sokola Sogan penuh. Bahkan ada anak-anak yang juga tertarik dengan apa yang sedang kami obrolkan.

Saya belum akan menceritakan topik tersebut panjang lebar kali ini. Karena ada hal-hal emosional yang sedang saya alami. Dan tidak mudah bagi saya untuk menuliskannya. Karena, perasaan dan pengalaman semacam ini tidak bisa dipenjara dalam rangkaian kata-kata.

Bagi saya, malam ini adalah malam yang istimewa. Selain karena diskusi santai tadi berjalan sukses, selepas acara banyak peserta yang tidak langsung pulang. Kami membicarakan banyak hal bersama dengan pembina Sokola Sogan, Kyai Mahmud Manshur. Berbagi pengalaman, impian, perasaan, semua diobrolkan dari hati ke hati.

Satu per satu dari kami membicarakan masalah-masalah yang kami rasakan, saling menyimak dan pada kondisi tertentu memberikan respon.

Kami belajar banyak mengenai penerimaan. Belajar menerima apa yang selama ini kami alami. Berdamai dengan diri sendiri, maupun orang-orang disekitarnya. Serta berterima kasih kepada diri sendiri yang telah kuat bertahan hingga sejauh ini.

Tidak ada proses yang mudah. Tidak ada proses yang salah. Selama kita masih terus bertahan untuk berjalan. Sambil sesekali menginsyafi apa yang telah dilakukan.

Saya bersyukur, bisa berada diekosistem yang saling mendukung, menasehati dan mendoakan dalam banyak hal. Tidak banyak yang bisa saya temui hal-hal serupa di tempat lain.

Saya mengenang saat-saat dimana berada di basecamp Omah Sinau Sogan, 9 tahun yang lalu, masa-masa menjadi mahasiswa. Menemui banyak persimpangan jalan dalam upaya pencarian jati diri. Bertarung tiap hari dengan diri sendiri. Menggugat banyak hal.

Saat ini, dalam keadaan yang sama, kami berganti peran. Entah apa dan bagaimana, kami ditemukan dengan orang-orang yang mirip dengan kami di masa lalu. Seolah-olah alam semesta menagih kami untuk membantu menyelesaikan permasalahan yang sedang mereka alami. Walaupun kami tahu diri, kami tidak bisa menyelesaikan masalah mereka. Tapi setidaknya kami menunjukkan bagaimana kesungguhan kami, sebisa-bisanya.

Mungkin ini yang dinamakan hutang rasa, hutang kebudayaan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline