Lihat ke Halaman Asli

Faradillah Andin Dianisma

Mahasiswa S1 Keperawatan UMM

Opini: FOMO Cromboloni dan Terjadinya Potensi Diabetes Melitus

Diperbarui: 6 Desember 2023   21:51

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Saat ini, platform media sosial dipenuhi dengan fomo dengan satu makanan manis yang disebut dengan cromboloni. Bentuknya yang unik, filling atau isian krim yang tersedia berbagai macam rasa dan melimpah ruah, serta sensasi makan yang unik membuat banyak orang tertarik untuk mencobanya. Pengaruh pesat dari media sosial dan beberapa content creator yang mencoba mencicipi varian pastry viral tersebut membuat banyak orang “fomo” akan trend makanan khas dari negara Eropa ini. FOMO (Fear of Missing Out) adalah sebuah reaksi psikologis nyata yag dialami oleh manusia akibat kecemasan atau ketakutan akan ketertinggalan terhadap suatu hal. Maka, tidak heran lagi jika banyak orang yang berlomba-lomba untuk mencicipi cromboloni. Namun ternyata dibalik nikmatnya sensasi manis dari cromboloni memiliki kadar gula (glukosa) yang sangat tinggi dan dapat menyebabkan resiko tinggi terjadinya penyakit diabetes mellitus.

            Menurut WHO sekitar 422 juta orang di seluruh dunia menderita diabetes, sebagian besar tinggal di negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah, dan 1,5 juta kematian disebabkan oleh diabetes setiap tahunnya. Jumlah kasus dan prevalensi diabetes terus meningkat selama beberapa dekade terakhir. Berdasarkan riset kesehatan dasar (Riskesdas) tahun 2018, angka prevalensi diabetes di Indonesia mencapai 10,9 persen yang diprediksi juga akan terus meningkat. Jumlah penderita Diabetes Melitus di Indonesia berdasarkan data Riskesdas tahun 2018 oleh Departemen Kesehatan menunjukkan terjadi peningkatan sebesar 1,6 % dari tahun 2013 ke 2018 dengan jumlah penderita kurang lebih 4 juta orang.

            Cromboloni adalah hasil olahan pastry perpaduan antara croissant dan bomboloni. Croissant adalah sejenis roti berlapis yang berasal dari Prancis. Kue ini dikenal karena bentuknya yang berbentuk bulan sabit dan memiliki lapisan-lapisan tipis yang lembut dan berongga di dalamnya. Croissant dihasilkan dari proses pembuatannya yang melibatkan adonan tepung, ragi, garam, gula, susu, dan mentega. Proses pembuatan croissant melibatkan adonan laminated, yaitu adonan yang dilipat dan dilapisi mentega berulang kali untuk menciptakan lapisan-lapisan tipis. 

Hasilnya adalah kue yang renyah di luar dan lembut di dalam, dengan aroma dan rasa mentega yang khas. Bomboloni adalah sejenis kue donat atau doughnut yang berasal dari Italia. Kue ini biasanya berbentuk bulat dan diisi dengan berbagai macam selai, krim, atau adonan manis lainnya. Salah satu ciri khas dari bomboloni adalah isian di dalamnya. Isiannya bisa berupa selai buah, krim vanila, cokelat, atau bahkan custard. Kue ini sering disajikan sebagai camilan atau sarapan, dan populer di beberapa kafe dan toko roti.

            Terlihat dari bahan-bahan dan cara pembuatannya cromboloni ini sudah mengandung nilai gula yang tinggi. Banyak kandungan gula yang tercampur dalam proses pembuatan cromboloni, baik dari adonan luar maupung filling/isian di dalamnya. Kebiasaan mengonsumsi makanan dengan gula yang relatif tingi merupakan salah satu yang dapat menyebabkan potensi DM (Diabetes Mellitus). Diabetes mellitus, atau yang lebih dikenal sebagai diabetes, adalah kelompok penyakit metabolik yang ditandai oleh kadar gula (glukosa) yang tinggi dalam darah. Hal ini terjadi karena tubuh tidak dapat memproduksi atau menggunakan insulin dengan efisien. Insulin adalah hormon yang diproduksi oleh pankreas dan berperan dalam mengatur kadar glukosa dalam darah. Ada beberapa jenis diabetes mellitus, antara lain:

  • Diabetes Tipe 1: Pada diabetes tipe 1, sistem kekebalan tubuh menyerang sel-sel yang memproduksi insulin di pankreas. Ini mengakibatkan kurangnya insulin dalam tubuh, dan penderita diabetes tipe 1 perlu menggantikan insulin ini melalui suntikan.
  • Diabetes Tipe 2: Diabetes tipe 2 umumnya terjadi ketika tubuh tidak dapat menggunakan insulin dengan efektif (resistensi insulin) atau tidak memproduksi cukup insulin. Ini adalah jenis diabetes yang lebih umum terjadi dan seringkali dapat dikendalikan dengan perubahan gaya hidup, diet, dan, jika diperlukan, obat-obatan.
  • Diabetes Gestasional: Diabetes gestasional terjadi pada beberapa wanita selama kehamilan. Meskipun umumnya kondisi ini dapat dikendalikan dengan perubahan pola makan dan olahraga, terkadang diperlukan pengelolaan glukosa lebih lanjut.

Saat ini, penyakit DM tidak hanya dimiliki oleh lansia saja. Namun, segala usia juga dapat menderita DM. Gaya hidup dan faktor genetik dapat memicu terjadinya penyakit DM. Penyakit DM ini tergolong penyakit yang sukar sembuh dan secara tidak langsung juga dapat menyebabkan resiko kematian yang tinggi serta komplikasi penyakit lain. Mungkin, beberapa orang tidak dapat menyadari akan adanya penyakit DM dalam dirinya. Kebiasaan makan manis terus dilakukan, sehingga efek yang dirasakan pada saat masa tua atau lansia. Sehingga, banyak orang yang berpendapat bahwa DM adalah penyakit pada saat lansia.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline