Lihat ke Halaman Asli

Andi Harianto

TERVERIFIKASI

Kesederhanaan adalah kekuatan

Terjebak Problem Bagasi Lion Air

Diperbarui: 8 September 2019   20:46

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi koper (SHUTTERSTOCK) | travel.kompas.com

Cukuplah saya merasakan derita ini, Anda jangan. Berat.

Sebelum ke Majalengka, terakhir saya naik pesawat setahun yang lalu. Burung besi yang saya tunggangi ketika itu, Garuda Indonesia. Tiketnya mahal, namun pelayanan sepadan. Citilink Airlines, juga demikian, walau tiketnya tidak semahal Garuda.

Semasa mahasiswa, pernah saya menumpang Batik Air. Saya bahagia, pramugarinya semampai berpakaian nasional batik cantik, harga tiketnya terjangkau. Ketika itu. Sekarang semuanya muahaal. saya belum mau tahu mengapa banyak harga melonjak saat ini. Pening.

Lion Air adalah maskapai yang paling sering saya tumpangi, tetapi itu kira-kira sejak 5-7 tahun lalu. ketika itu tiketnya masih sangat terjangkau walau sering merasakan lapar di badan pesawat karena dinginnya AC menggoda perut untuk diisi. Lion tidak menyiapkan makanan, kecuali Anda merongoh kantong. Harganya tentu bombastis.

Tujuan perjalanan yang paling sering saya lalui, Makassar-Jakarta. Tugas pekerjaan yang menjadikan Jakarta sebagai kantor pusat, mengharuskan saya sering kesana. Bea terbang bukan saya yang bayar, Negara yang fasilitasi. Itu dulu, ketika masih aktif bekerja kantoran, sekarang tidak lagi. Setahun ini, pekerjaan saya menunggu kartu pra kerja, ehe.

Beberapa waktu lalu saya ke Tasikmalaya, pilihan terbang saya landing di Bandara Kertajati, Majalengka. Bandara Internasional yang baru diresmikan bulan Mei tahun lalu itu, memberi saya pengalaman yang kurang menyenangkan, tapi saya buat lucu saja. Pasalnya, mungkin saya yang kurang update info penerbangan.

Maksud hati hendak memilih penerbangan murah, ternyata malah tekor. Bagasi yang harus saya bayar hampir sama dengan harga 1 tiket. Karena saya bersama keluarga pelesiran, barang bawaan tentu berjubel. Penyebabnya, saya kelebihan bawaan sekitar 20 kg. Sempat protes, tapi akhirnya mengalah karena aturan Lion Air, minimal barang untuk disimpan di kabin hanya 7kg. Mau diapalagi.

Saat memesan tiket lewat online, saya tidak memerhatikan ketentuan bagasi. Pengalaman terbang sebelumnya, saya tidak pernah dimintai tambahan bea bagasi. Ternyata, jika Anda kelebihan berat bawaan di Lion Air, maka costumer service mengharuskan Anda membayar 40.000 per kilogramnya. Kejadiannya di Bandara Hasanuddin, Makassar.

Berbeda, jika anda memesan di travel online, harga yang tercantum hanya Rp. 32.000 per kilogramnya. Andaikan saya tahu sebelumnya, maka saya melunasi bagasi saat memesan tiket. Masalahnya, pihak travel tidak menyediakan informasi untuk pelanggan tentang batas minimal bagasi. Disitu hanya tertulis "0 Kg". Benak ndeso saya membatin, bahwa maksud "0 kg" itu gratis.

Ternyata ada informasi lain ketika mengklik fitur bagasi yang mencantumkan harga bagasi per kilogramnya. sayang, saya tidak membukanya karena dipenuhi bayangan perjalanan pertama saya ke tanah yang katanya dicipta Tuhan saat tersenyum. Negeri Parahyangan yang indah. Tempat kisah Dayang Sumbi dan Sangkuriang yang melegenda.

Benarkah semua ini menjadi kesalahan saya? Betulkah pameo yang mengatakan bahwa memang konsumen ditakdirkan dipihak korban?

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline