Lihat ke Halaman Asli

Andi Harianto

TERVERIFIKASI

Kesederhanaan adalah kekuatan

Baling-Baling; Desain Sejuk Imajinasi Kopi

Diperbarui: 26 Juni 2015   08:28

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

12980941931714483747

Baling-Baling, tersimbolkan pasang surut kehidupan. Sesuatu yang dinamis, terus beputar. Ke bawah, kemudian ke atas. Itu jikalau energi terus mensuplai tenaga , atau diam membiarkan angin menunjukkan arah putaran. Perubahan terkadang alami, bisa pula terdesain dalam rencana-rencana yang runtut. Baling-Baling, adalah sebuah nama dari bangunan. Arsitek sekaligus pemiliknya, menyebut karyanya minimalis tropis.

[caption id="attachment_90746" align="alignright" width="318" caption="Fasad dan Interior Khas Baling-Baling"][/caption] Seperti putaran baling-baling, ia bergerak melingkar namun tetap konsisten pada porosnya. Faktor alam dan suplai modal, membuat tempat ini berdinamisasi mengikut kehendak pengunjung. Awalnya terdesain restoran, kemudian berubah menjadi café lengkap dengan fasilitas pertunjukan musik. Kini, desain ruangnya yang fleksibel itu, kembali termodifikasi sebagai warung kopi dengan fasilitas akses internet yang tiap hari ramai pelanggan.

Dimana letak konsistensinya sebagai sebuah poros? Nama Café Baling-Baling tetap tidak berubah. Pertunjukan musik dari B Gallery Band, yang juga adalah binaan pemiliknya tetap rutin. Kadang, dilaksanakan festival musik Indie, kadang pula pertunjukan akustik. Bahkan jug abaca puisi. Desain bangunan yang memakai tiang pancang dari pohon kelapa tua ini juga tidak berubah, tetap seperti semula. Hanya jualan saja yang mengikuti mekanisme pasar.

Dinamis dan multi fungsi, seperti itulah café yang terletak di Jl. Raya Lanto ini dirancang dengan arsitektur yang alami, lapang dan unik. Para anak muda yang senang berselancar dengan perangkat instannya, kadang sampai larut betah nongkrong di tempat ini, hanya dengan Rp. 5000, fasilitas Wifi bisa terpakai sepuasnya. Itu dulu, sekarang sepertinya sudah gratis.

[caption id="attachment_90738" align="alignleft" width="300" caption="Suasana malam cafe baling-baling"]

12980908151901898875

[/caption]

Bagi yang sekadar ingin bersantai menikmati suasana, cukup dalam ruangnya yang terbuka dan tanpa air conditioner sudah begitu menyenangkan. Penyejuk ruangannya adalah terpaan sepoinya angin serta bebungaan dan pohon-pohon pelindung yang setahun ke depan akan menambah sejuknya café. Café ini mudah dinikmati, karena lekuk ruangnya jelas nampak dari jalan raya. Kita pun tak akan terganggu dengan debu dan deru kendaraan, karena halamannya demikian lapang.

Biji Kopi dari dinginnya pegunungan Loka, Kabupaten Bantaeng, dapat dinikmati di tempat ini. Jalang kote , ubi goreng dan bakwan, penganan khas Makassar juga siap menemani para penggila kopi. Sore hari adalah waktu yang pas, karena di samping kanan café terdapat lapangan tennis. Menikmati kopi sambil nonton para orang tua berlarian mengejar bola tennis adalah kelucuan tersendiri. Setidaknya bagi saya yang tidak mengerti jenis olah raga ini.

Lucu, karen olahraga ini sepertinya akrab untuk para pensiun dan bagi yang merasa terlambat berolah raga. Sekaligus bagian dari life style. Tetapi ini di Bantaeng, bukan daerah lainnya. Setidaknya itu yang saya lihat. Aroma kopi, memang kadang membuat liar pikiran kita. Imajinasi kadang melambung tidak realistis. Café baling-baling, telah mencipta banyak kreatifitas. Situasi ruangnya dengan ekspose batu bata yang berwarna-warni memang memancing daya imajinasi itu melanglang buana. [caption id="attachment_90742" align="aligncenter" width="640" caption="Arsitek Ir. Arfan Doktrin, Pemilik Cafe Baling-Baling "]

1298093440285021336

[/caption] Ir. Arfan Doktrin, adalah sosok di balik desain café ini. Sebagai arsitektur dan konsultan yang cukup dikenal di Bantaeng dan Makassar, desainnya memang khas. Rumah saya dengan tanah sempit juga dirancang apik menjadi lapang dan alami oleh beliau, yang saya panggil Kak Appang ini. Khasnya, terletak pada komitmennya menjaga lingkungan. Desain ruangannya sangat jeli mempertimbangkan arah angin dan sinar matahari.

Hemat energi, itulah komitmen arsitek yang alergi asap rokok ini. Diusahakan pada siang hari, tak ada lampu yang menyala, walau itu di kamar kecil. Fasilitas penyejuk ruang berenergi listrik Ia hindari. Taman yang lapang dan hijau serta cat yang serasi, sebenarnya adalah ornament saja, tetapi Kak Appang sangat memperhatikannya.

1298094104988158140

Ruang, tidak sekadar untuk keindahan dan keluasan, tetapi bagaimana tempat itu dapat nyaman di didiami” kata beliau pada saya, disuatu kesempatan. Ia juga mengatakan, bahwa suasana psikis pemiliknya sangat penting diperhatikan.

Baling-baling, yang bersebelahan dengan rumah jabatan Bupati Bantaeng, Sulsel ini, sering saya sewa untuk kegiatan rapat dan diskusi. Perangkat rapat, seperti sound sistem,perangkat OHP dan ruang berkapasitas kurang lebih tiga puluh orang, cukup untuk pertemuan terbatas. Beberapa LSM dan event Organiser yang juga adalah bagian dari kegiatan Kak Appang, sering menjadikan tempat ini untuk membahas kegiatan.

Baling-Baling, juga bermakna lautan. Penghidmatan pada perahu-perahu nelayan Bantaeng yang menderukan mesinnya untuk menggerakkan baling-baling perahu. Penghargaan atas jerih payah nelayan yang mensuplai kandungan omega 3 dari ikan laut, demi kecerdasan generasi masa depan bangsa.

Baling-baling, bisa pula semakna kincir angin yang menjadi salah satu ciri khas kota Rotterdam, Belanda. Maklum, Bantaeng adalah salah satu dari tiga Kabupaten di Sulawesi Selatan yang pernah dijadikan afdeling, pusat administrasi pemerintahan Belanda. Bagunan berdesain belanda masih bisa ditemukan di Kabupaten, yang berjarak 120 KM dari Makassar ini.

Baling-baling di sore hari akan terasa sejuk dari terpaan angin laut yang tersaring pepohonan mangga dan trembesi. Malam harinya, kadang semarak dengan lampu-lampu saat pertunjukan musik digelar. Di saat lain, bisa berubah romantis dengan desain lampion dan obor bambu. Hitung-hitung, untuk mengantisipasi pemadaman listrik yang pada tiga hari ini kembali sering terjadi di sulsel.

Kopi!? Gila saya dengan aromamu.

Salam Kopisiana

Bantaeng, 19 Februari 2011

[caption id="attachment_90740" align="aligncenter" width="520" caption="Sawai Resort, di Maluku Tengah yang di desain Ir. Arfan Doktrin dan Ghazali Thaha (Foto: Reza Tuasikal)"]

12980907311676189679

[/caption]

Postingan terkait , Arfan Doktrin Kreasi Tiada Henti // Indonesia di Mata Dion, Hanya Cinta Sederhana

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline