Di antara celah bebatuan, air itu mengalir jernih. Membentuk anakan sungai kecil. Di atasnya, semburat air terjun mini, kepercik di batang-batang pohon besar menjulang tinggi. Pepohonan yang tumbuh alami itu, entah berapa ratus tahun umurnya. Di antara hijau pepohonan, terdapat dua kolam bertingkat. Satu untuk dewasa yang berada di bagian atas, satunya lagi kolam untuk anak-anak mandi bermain air.
[caption id="attachment_83285" align="alignleft" width="389" caption="Bingkai Permandian Alami Eremerasa"][/caption]
Permandian alam Eremerasa, adalah nama obyek wisata paling dikenal di Bantaeng. Terletak di desa Kampala, Kecamatan Eremerasa, Kabupaten Bantaeng, Sulsel. Hanya kurang lebih 30 menit perjalanan dari pusat kota, kita sudah tiba di gerbang permandian. Menuju ke sana, kita akan melewati lahan pesawahan dan pekebunan jagung. Jalannya cukup mulus, sedikit menanjak dan berkelok.
Di sisi kiri kanan jalan masih banyak kita temui rumah panggung, rumah tradisional Bugis-Makassar. Bahkan kuda, sapi, ayam dan itik peliharaan warga, terkadang nyelonong begitu saja melintasi jalan beraspal. Di sekitar permandian tumbuh banyak tanaman hortikultura seperti, durian, manggis dan rambutan. Dengar-dengar, strawberry juga akan dikembangkan di sana, setelah sebelumnya tanaman ini sukses menarik wisata di pegunungan dingin Uluere, Bantaeng.
Eremerasa sendiri adalah perpaduan nama dalam bahasa Makassar. Ere berarti air dan berasa’ adalah beras. Eremerasa berarti air beras. Mungkin karena permandian ini terletak di lembah pegunungan yang diatasnya adalah dataran berlahan pesawahan, maka disebutlah permandian berair sejuk-dingin ini, Eremerasa. Menuju ke lokasi kolam, kita akan menuruni 70 anak tangga. Perginya sih gampang, tetapi pulangnya bisa ngos-ngosan. Untung, di tiap belokan tangga tembok, terdapat terali besi untuk bersandar melepas penatnya lutut.
Memanfaatkan waktu liburan anak sekolah, kami sekeluarga bersama anak-anak kompleks berkunjung ke permandian itu. hiruk pikuk rasanya mengawasi anak-anak yang lagi mandi. Kami harus mencegahnya untuk tidak ke kolam orang dewasa yang kadang menipu. Dari pingir kolam, ubin nampak jelas karena jernihnya air. Disangka dangkal, ternyata sayapun pernah mengap-mengap tenggelam sewaktu pertama kali berkunjung ke sana. Untung saya hobbi memancing, banyak gaya renang sudah saya kuasai. Termasuk gaya katak. Tetapi tak perlulah khawatir, disana ada penjaga dengan sempritannya yang melengking.
[caption id="attachment_83290" align="aligncenter" width="477" caption="Kolam dilihat dari tangga ke 32 dari atas"]
[/caption]
Pagi itu, suasana masih lengang. Sengaja orang lokal seperti kami sekeluarga berkunjung pagi hari, biar suasana sejuknya terasa asli dan kolam belum dipenuhi muda-mudi yang bisa saja membuat mata jelalatan tak bisa dikontrol. Membawa keluarga ke tempat wisata perlu waspada. Jangan hanya mata yang dimanjakan, tetapi juga perasaan yang kita temani. Bisa jadi pemandangan indah di lokasi wisata, berubah menjadi muka masam ketika tiba di rumah. Ini untuk yang sudah berkeluarga, dan didampingi pasangan yang begitu cinta dengan cemburunya.
[caption id="attachment_83286" align="alignright" width="402" caption="Potret Pengunjung Eremerasa"]
[/caption]
Lapak pedagang di sekitar permandian, juga berdaya tarik kuliner gorengan. Pisang goreng, bakwan, ubi goreng dan jagung bakar khas dijual di lapak beratap rumbiah itu.
terlihat, ibu-ibu penjual tak memakai kompor gas elpiji, tetapi potongan ranting kering pepohonan. Pisang, ubi, jagung, wortel, bawang, kol, seledri adalah bahan alam disekitar tempat itu. Kopi yang saya pesan pun, adalah kopi tubruk yang pohonnya banyak disekitar tangga permandian, yang ditahun 2008 ini telah dijajal 36.000 wisatawan. Masih sedikit,makanya saya ikut promosi.
Terlalu banyak untuk diceritrakan berkenaan dengan indah, sejuk, hijau dan dinginnya Eremerasa. Lelah aku berbual. Datanglah ke kota kami. Siapkan uang masuk, Rp. 3.500 untuk anak-anak dan Rp. 4.500 untuk dewasa.
Biasanya kalau berombongan dapat diskon. Bahkan saya masuk ke tempat itu gratis, karena penjaga yang saya kenal itu, tidak mau mengambil uang saya walau sedikit saya paksa. Saya telah merugikan pariwisata daerahku sendiri, karena petugas loket yang masih sedikit kolutif. Entah bagaimana kalau pembaca juga mendapati situasi seperti saya. tentu gratis lebih asyik. He he he
[caption id="attachment_83287" align="aligncenter" width="440" caption="Gerbang dan 70 Anak Tangga"]
[/caption]
Tolong jangan jadikan saya sebagai calo wisata karena mau gratis. Sayapun menuliskan ini untuk membayar gratifikasi yang saya alami itu. semoga tulisan ecek-ecek ini dapat menambah pengunjung ke lokasi wisata Eremerasa. Saya tidak yakin, brosur wisata yang dibuat Pemda yang sangat tidak menarik itu bisa memberi informasi menarik bagi pengunjung. Saya menuliskannya, dan berharap pembaca meluangkan waktu berkunjung ke permandian kebanggaan kami ini.
Bantaeng, 4 Januari 2011
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H