Lihat ke Halaman Asli

Andi Harianto

TERVERIFIKASI

Kesederhanaan adalah kekuatan

Kembang, Kumbang dan Kambing (Episode Cinta Rangkat #56)

Diperbarui: 26 Juni 2015   10:11

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

12937229171672009292

Mommy menyebutku pesinggah yang setia, petualang penyisir pantai, senang berkontenplasi bersama ikan. Memancing dan kopi itulah diriku. Rangkat lagi berbunga-bunga indah. Ada yang merangkai mawar putih dan merajutnya menjadi cinta. Paman Petani dan Si Lembut Uleng sebentar lagi akan menikah.

[caption id="attachment_82537" align="alignright" width="358" caption="Kembang Kecil"][/caption]

Jeng Pemi hampir disalib Juragan Rawa, Mas Hans terkapar. Rey penyair sableng hendak pingsan tapi urung. “Lelaki kuat, pantang menangis. Apalagi pingsan.” Demikian kata sahabat, juga pesaing beratku ini. kami berebut. Berlomba menambatkan cinta di hati Ningwang. Ningwang bingung, kami bingung.

Batu bersusun dua di pinggir sungai rangkat pun jadi saksi hati kami yang membuncah. Inilah pedih mawar merah berduri.

Jingga entah bagaimana kabarnya. Refo si Rajawali, asyik saja terbang melambung. Menukik ke hati siapapun gadis Rangkat . Syairnya memang menyihir indah. Membuai gadis muda yang mau saja tertipu. Di sudut kamar sana, ada pemuda tampan menyalahkan lilin. Merangkai kata dengan kertas-kertas lusuhnya. Ia kesepian. Lala Sangkak Laranta, peniup gombal yang tak bersambut. Adakah Neng Swan mengetahuinya? Ia lebih baik dari Mr. GPS yang genit kedip matanya bertanda buaya.

Aha, mengapa aku hanya bergosip. Tidakkah diriku juga memendam cinta? Persinting dengan Rey. Kembang Ningwang di depan namanya berstatus janda. Dia kembang Bradher….,! perlu dicatat. Rey sempat patah hati. Ningwang cantik pujaannya, ternyata klepek-klepek dengan Arif adik Pak Kedes sekaligus calon menantunya. Kumbang Rey nelangsah. Si Kembang tak siap madunya dihisap.

“Rey, aku mundur. Tak tega diri ini melihatmu hanya berdiam di batu bersusun dua itu”

“Daeng….., tidakkah dikau juga seperti daku? Sama memendam cinta yang sama”

“Tak apalah, dikau lebih menderita. Kulepas kembang itu buatmu”

Singkat dialog itu, cukup membuat lega hati Rey dan mebuat berkecamuk dendam hati ini. Ia pun memelukku. Sebenarnya saya ogah dipeluk penyair sinting, sainganku ini. Tapi tak apalah, saya ingin menyenangkannya. Biarlah aku berevolusi dari kumbang menjadi kambing. Kumbang penghisap sari madu kembang, dan kambinglah yang membabat daun mudanya. Aku pergi menyimpan cinta. Pergi dari desa Rangkat untuk sejenak melupakan penat hati ini.

[caption id="attachment_82539" align="alignleft" width="300" caption="Kambing yang saya pelihara bersama dengan Rey"]

12937236421435741442

[/caption]

Tahun baru sebentar lagi akan menjelang. Banyak eposide cinta Rangkat yang abai kupantau. Berbekal tiket hasil menjual ikan, sayapun menelpon Juragan Rawa untuk dapat diskon maskapai Perkutut Airlines miliknya. Alhamdulillah, Juragan berbaik hati. Dari kampungku di tepian pantai Bantaeng, sayapun memantapkan hati untuk kembali menjadi pesinggah di Rangkat.

Kenangan tentang Ningwang sudah terlupa. Tak tahulah saya kisahnya dengan Rey. Kalaupun ada yang ingin memberi tahu, saya tidak gubris. Bebal sudah hati ini. Hanya satu tujuanku, ingin menghadiri pesta Uleng dan Arif, sambil berharap ada kembang layu tak tersiram disana. Ya, Sutralah…………

-ooOOoo-

Mengisi lahan kosong (Episode Cinta Rangkat #56)

Berkat Sahabat Desa Rangkat, Berapa Fiksiku yang susah paya aku tulispun hadir: Desa Rangkat Saat Aku Singgah // [FF] Lelaki Di Seberang Maya // Batu




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline