Lihat ke Halaman Asli

Andi Harianto

TERVERIFIKASI

Kesederhanaan adalah kekuatan

Kompasiana Bukan Sertifikat Hak Milik

Diperbarui: 26 Juni 2015   10:49

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

1292072256112924488

Tidak ada Sertifikat Hak Milik kita di dalam tanah Kompasiana..  Yang ada adalah harapan silaturrahmi dan ramah-tamah sehingga menjadi teman abadi dan persaudaran yang abadi. Kita paling hanya mengucapkan “Terimakasih ya, Kompasiana..”

(Abang Geutanyo)

Ketika Bapak Taufik H. Mihardja, memposting tulisan “Mohon Masukan dari Kompasianers”. Komentar pun berhamburan. Seolah kompasianer ingin melepaskan semua unek-uneknya. Pak Taufik, yang juga super admin kompasiana ini, meminta saranberkaitan dengan penampilan Kompasiana. Beberapa topik bahasan yang beliau harapkan masukan adalah, penyelesaian akhir pembenahan infrastruktur, kontroversi blog tamu dan blog jurnalis, peningkatan pelayanan publik oleh admin, gagasan pembentukan Dewan Kompasianers, dan hal lainnya.

[caption id="attachment_79476" align="alignleft" width="300" caption="http://media.kompasiana.com/new-media/2010/12/10/mohon-masukan-dari-kompasianers/"][/caption]

Terkait postingan Pak Taufik ini, saya sangat berterima kasih. Sebagai kompasianers, saya merasa begitu diperlukan. Komentar saya pada postingan itu hanya mendukung dan tetap menyepakati hadirnya penulis tamu, blog jurnalis dan dewan kompasianers. Selalu terlintas tulisan yang saya kutip dari Abang Geutanyo di atas.

Tidak ada Sertifikat Hak Milik kita di dalam tanah Kompasiana…..”. Bukan berarti, saya tidak ada rasa memiliki, justru sebaliknya. Hanya saja, perlu saya sedikit memaknai arti diri saya berkompasiana. Boleh sepakat atau tidak, toh saya membicarakan diri sendiri.

Beberapa kompasianers menggugat keberadaan penulis tamu. Alasan yang saya dapatkan, terkait dengan kesetaraan, persamaan. Jangan pilih kasih. Beberapa diantara sahabat kompasianersku menganggap bahwa penulis tamu diistimewakan, punya jatah headline (HL). Bahkan ada yang menganggap penulis tamu, kualitas tulisannya kurang bermutu. Bahkan kompasianers lain lebih baik.

Tentu yang menganggap seperti ini tulisannya minimal bermutu, atau paling tidak mengharapkan penulis tamu kualitas tulisannya lebih baiklah dengan kompasianers lainnya. Penulis tamu adalah tauladan. Begitu kira-kira. Sepanjang saya berkompasiana, penulis tamu ini selalu menjadi rujukan saya. tulisannya jauh lebih baik dari tulisanku. Bahkan sangat jauh. Karena itu, saya tetap berharap penulis tamu dipertahankan. Jika perlu ditambah. Catatannya, Penulis tamu itu tulisannya focus. Semisal Kafi Kurnia yang nulis motivasi bisnis, Mbak Linda dengan puisi-puisi menggugahnya.

Bagaimana dengan blog jurnalis?, saya pun sangat sepakat dipertahankan. Bahkan jikalau perlu, meminta jurnalis dari berbagai media mainstream untuk bergabung, walau sepertinya sulit sebab kompasiana bagian dari portal Kompas. Bagi saya blog jurnalis menjadi mata inspirasi kita untuk belajar menulis yang lebih baik, menulis buku, dan memperkenalkan hal-hal terbaru di dunia media. Apakah penulis tamu atau blog jurnalis harus HL?, tentu saja. Kriteria HL telah ditentukan oleh admin. Siapapun bisa bertengger di box istimewa itu. Termasuk penulis fiksi yang sepertinya jarang bertengger.

Tentang HL, dipostingan Pak Taufik juga banyak yang mempertanyakan. Bahkan ada yang mengusul agar dihilangkan saja. Wah, kalau tentang ini saya kurang sepakat. Media itu selalu ada yang namanya Headlines. Tetapi saya beranggapan bahwa pengusul agar HL dihilangkan itu, mungkin berharap kualitas HL itu ditingkatkan. Kualitas tulisan, bahasa, daya actual, menginspirasi dan keunikanlah yang sepertinya perlu menjadi kriteria penting dalam HL. Tetapi tentu admin lebih tahu tentang kriteria HL ini. Saya hanya menebak-nebak.

Sekedar usul nih, sebelum admin menampilkan tulisan HL perlu dirichek dulu apakah ada unsur plagiasi, pencantuman sumber kutipan dan foto. Bahkan jikalau perlu, tulisan yang tidak sesuai dengan tata bahasa Indonesia yang benarpun perlu diedit admin. Atau kalau perlu memberi informasi ke calon penulis HL untuk memperbaikan tulisannya. Sayang yah, admin hanya ber lima. Begitu berat tugas mereka melayani para kompasianer bawel, cerewet, tukang protes, seperti saya ini.

DEWAN KOMPASIANERS?, ini adalah usul dari kompasianers Andi Syukri Amal (Bang ASA). Banyak juga yang tidak setuju. Saya adalah salah satu yang justru setuju. Wartawan saja ada dewan pers yang bertugas mengawasi lalu lintas jurnalis, agar menjadi terarah, menjemput aspirasi dari anggotanya. Seperti halnya kompasiana, saya kira diperlukan dewan ini. Hitung-hitung membantu admin. Tentu dengan tata kerja yang sudah disepakati lebih dulu. Dewan kompasianers ini tentu tidak perlu perjalanan dinas ke luar negeri, apalagi disuap. cukup menjelajahi dunia maya kompasiana. Gratis.

Terakhir, berkenaan dengan tulisan-tulisan provokatif, memicu perdebatan SARA, dan menyerang pribadi sepatutnya diberi teguran keras, jikalau perlu dibanned saja. Saya berkali-kali melaporkan kompasianers yang seperti ini, tetapi tetap saja mengulangi perbuatannya. Seperti sudah menjadi watak saja. Perkataan “kamu bodoh”, “tolol “dan kata kasar lainnya tetap saja menjadi kosa kata favoritnya. Ini sangat mengganggu.

Tidak ada Sertifikat Hak Milik kita di dalam tanah Kompasiana…..”

Bantaeng 11 Desember 2010

--------------------------

Tulisan ini sebagai usulan, menanggapi tulisan Pak Taufik. Kolom komentar Pak Taufik, rasa-rasanya tidak cukup, bagi saya yang suka ngelantur dan menulis yang panjang-panjang ini. Hanya usul.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline