[caption id="attachment_75197" align="alignright" width="289" caption="Fotoscape dari : http://epaper.tribun-timur.com/index.php?hal=3"][/caption] “Seni Korupsi Itu Bernama Perjalanan Dinas”. Berita ini headine di media online Tribun-Timur Makassar. Headline itu bertengger pada rubrik tribun politik. Berita ini sebenarnya hal biasa bagi saya, seandainya telepon dari kawanku yang anggota DPRD itu tidak masuk di ponselku. “Sudah baca Tribun hari ini ?, namamu dikutip wartawan tetang tulisanmu di kompasiana”. Demikian kata kawanku itu. Saya terhenyak, khawatir. Jangan-jangan banyak orang yang akan saya buat marah, gara-gara tulisanku tanggal 6 November lalu yang juga Headline di Kompasiana.
Mungkin kawanku itu menyadari ke khawatiran saya. Iapun mengatakan untuk siap membuka kartu, kalau ada yang marah dan meminta tulisan saya dipertanggung jawabkan. Bukan apa-apa, nama yang aku samarkan Pak Legi, di Tulisan Rahasia Dibalik Perjalanan Dinas Legislator itu, adalah memang dia. Saya memutus pembicaraan, dan mencari ePaper Tribun Timur yang merupakan media utama terpopuler di Sulsel ini.
Ternyata benar. Hari Minggu ini, media yang kalau tidak salah, juga berada dalam naungan kelompok kompas Gramedia ini, menjadikan tulisan saya di kompasiana sumber kutipan. Hebatnya lagi, masuk dalam liputan khusus Tribun Timur Makassar. Judulnya, “Yang Menggiurkan dari Study Banding”. Saya tidaklah seheboh Blindie Lee dan Okti Li yang beberapa waktu lalu menggemparkan Indonesia, karena tulisannya tentang Indomie yang diboikot di Taiwan. Tulisan ini, dikutip oleh kompas dan juga tergambar di layar TV One, saat ditayangkan berita tentang boikot Indomie ini.
Secara Khusus, Kang Pepi Nugraha, admin kompasiana, juga membahasnya khusus melalui tulisannya, Media Sosial, Ketika Berita Warga Mulai Diperhitungkan. Kang Pepi, demikian beliau akrab disapa kompasianer, menyebut fenomena ini sebagai Era “Hybrid”. Kang Pepi mengutip, mantan Editor Senior Poynter Institute Steve Outing melalui tulisannya, The 11 Layers of Citizen Journalism, bahwa kolaborasiantara pewarta warga dan jurnalis profesional itu sebagai hybrid, seperti cara kerja OhmyNews di Korea Selatan. Jurnalis di ruang redaksi menerima laporan warga, mengedit, dan memuatnya di media online.
Kembali ke Tribun Timur dan tentang saya yang masih terheran-heran. Kambie, Sang Wartawan yang menulis berita itu. Saya tahu nama itu diakhir tulisan beritanya. Si wartawan tidak mengkonfirmasi tulisanku, juga tidak pernah berkomentar di tulisan saya itu, untuk memohon izin misalnya. Saya sebenarnya mau protes, karena khawatir tulisan saya itu berbuah protes terhadap pribadiku. Maklum, penguasa yang tidak mau diprotes biasanya garang dengan penyebar berita yang membongkar kedoknya. Apalagi tulisan saya itu memang blak-blakan .
Saya sadar, bahwa saya tidak berhak untuk protes berita itu, karena memang kompasiana media publik dan saya termasuk pewarta warga. Beruntung rasanya, saya tidak menyebut nama asli legislator di tulisan itu, juga tidak menyebut di kabupaten mana asal anggota DPRD teman curhat saya itu berasal. Karena berita ini saya menjadi sadar, bahwa walaupun kompasiana adalah media online dan kita bebas menulis, tetapi tetap perlu hati-hati. Kemarin Pak Marzuki Ali, bahkan terpancing masuk kompasiana karena Tulisan Ibu Linda Jalil.
Dalam berita disebutkan, “ini menurut pengakuan seorang anggota DPRD Kabupaten kepada seorang penulis Kompasiana, Andi Harianto, 6 november lalu. Curhat itu dilakukan di salah satu warung kopi di kabupaten Maros” demikian pembukanya, kemudian dilanjut keberita inti yang hampir semuanya dikutip dari tulisan saya itu. Untuk jelasnya, tulisan saya bisa di baca disini: Rahasia Dibalik Perjalanan Dinas Legislator.
Terlepas apakah berita tulisan itu mengganggu stabilitas hati anggota legislative di Sulsel ini khususnya atau tidak, yang pasti saya merasa bangga telah memberikan setidaknya secercah kebaikan buat negeri tercinta ini. Sebuah tulisan curhat sebenarnya, tetapi saya berharap kebijakan perjalanan dinas itu diperketat. Jangan lagi dikorupsi. Itu pajak hasil keringat rakyat.
Saya menuliskannya, karena tahu korupsi kecil-kecilan perjalanan dinas itu telah dilakukan banyak orang. Juga sudah menjadi rahasia umum, Baik oleh legislator ataupun eksekutif. Dan saya yakin, eksekutif lebih banyak. Hanya saja belum ada Bupati atau kepala dinas yang mau curhat dan mengaku kepada saya. apalah saya ini. he he he
Akhirnya mari kita berterima kasih kepada Pak Legi, nama samaran yang saya tuliskan itu. Berterimakasih, karena pengakuannya. Kini baik anggota dewan mapun birokrasi akan ketar-ketir, kalau membaca berita itu. Dan mungkin nantinya akan lebih berhati-hati menggunakan perjalanan dinas. Di dalam liputan khusus itu, juga diberitakan tentang usulan perubahan regulasi tentang perjalanan dinas itu, agar tidak mudah dikorupsi.
Terima kasih Kompasiana, Terima Kasih Tribun Timur Makassar.
Oleh : Daeng Andi
Makassar, 14 Nopember 2010
[caption id="attachment_75198" align="aligncenter" width="720" caption="Fotoscape dari : http://epaper.tribun-timur.com/index.php?hal=3"] [/caption]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H