Lihat ke Halaman Asli

Andi Harianto

TERVERIFIKASI

Kesederhanaan adalah kekuatan

Bencana dalam Tautan Purnama

Diperbarui: 26 Juni 2015   12:01

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

26.2006.2004.2+4

Di sini, saya membacanya, membayangkan sebuah dentuman dahsyat yang 30.000 kali lebih besar dari bom atom Hiroshima. Debu vulkanis Krakatau menutupi atmosfer, menggelapkan dunia selama dua setengah hari. Matahari bersinar redup sampai setahun berikutnya. Hari itu 26 Agustus 1883, tepat sebulan ketika Henry O Forbes, naturalis Inggris datang ke sana, menyaksikan indahnya pesisir Anyer yang tenang,pohon kelapa tumbuh berjejer dan di puncak Krakatau yang perkasa itu, terlihat pemandangan puncak bersaput awan. Peta Forbes yang dibuat sebelum dan sesudah krakatau meletus, menggabarkan dahsyatnya letusan itu. Sekitar 36.000 jiwa berpulang, bersama aliran lava, dan debu panas serta hantaman tsunami yang kini mengubah peta Indonesia.

[caption id="attachment_306725" align="alignleft" width="276" caption="Foto Gerhana Matahari Cincin 26 Januari 2009 (oleh Chantal Steyn dari Gough Island) "][/caption] Beberapa abad kemudian, tepatnya 26 Desember 2004, terjadi gempa disertai tsunami paling hebat melanda Aceh, Sumatera dan beberapa negara di Asia Tenggara. Bencana ini menewaskan 210.000 jiwa. Film documenter Syawal was Very Scared, telah menggambarkan duka anak-anak Aceh yang diperankan Tokoh Syawal. “Laut segala-galanya bagi saya. Tapi laut telah mengambil mamak, kakak, dan adik saya. Walau begitu, saya tidak membeci tsunami”. Demikian penggalan cerita kisah Syawal tentang duka tsunami Aceh dalam film garapan sutradara terkenal Belanda, Wilma Ligthart. Tsunami Aceh, terjadi saat bulan purnama.

Dua kejadian dalam waktu tanggal yang sama. Untuk sementara, mari kita jadikan hal ini sebagai sesuatu yang unik. Kebetulan. Mari kita positif melihat kesamaan tanggal kejadian ini. Sekali lagi untuk (sementara) kita anggap saja kesamaan ini adalah untuk memudahkan kita mengingat kejadian-kejadian besar itu, sebut saja asosiasi untuk menautkan ingatan kita pada sebuah peristiwa. Kesamaan, akan memudahkan pembentukan hubungan kegiatan pancaindra. Guru saya sewaktu SMA, selalu menekankan pentingnya asosiasi untuk menghapal sesuatu. Kata Bu Guru, kalau kau ingin mengingat Enstein, maka rabahlah rambutmu. (Rambutku dulu mirip Enstein). He he he.

Meremehkan kesamaan ini, juga tidak mengapa. Saya kira Anda tidak akan dipenjara. Belum tentu juga masuk neraka. Yang Mulia Marzuki Ali, pimpinan wakil rakyat kita, bisalah jadi contoh. Pembina Partai Demokrat saja belum menegurnya, padahal ‘beliau’ telah meremehkan gempa bumi dan tsunami di kepulauan Mentawai yang telah menewaskan 113 jiwa dan ratusan lainnya masih hilang. Kata Pak Marzuki, “Siapa pun takut kena ombak jangan tinggal di pinggir pantai….” bahkan Bapak yang tinggal di “gedung miring” ini, menyarankan agar warga Mentawai dipindahkan saja. “kalau tahu beresiko pindah sajalah, Banyak kok tempat di daratan”. He he he, santai amat omongnya Bapak terhormat ini. Malas saya membicarakannya !.

Di tanggal yang sama saat Mentawai terimbas tsunami, awan menjadi gelap di langit merapi. Bulan purnama yang baru saja berlalu menambah tragis suasana. Debu di rambut para reporter tivi dan masker yang digunakannya terlihat sebagai dampak letusan Merapi Yokyakarta. Malam itu 26 Oktober 2010, dua kejadian bencana alam telah terjadi. Indonesia berduka. Saya yang termangu di depan tivi, merasakan sesuatu yang mencekam. Sesak dada ini menyaksikan, bencana demi bencana terjadi di negeri tercinta ini. Mbah Marijan menjadi tokoh sentral di balik letusan merapi kali ini, Meminjam bahasa seorang senior, Tugas Sang Ksatria Penjaga telah selesai. “Kunci” yang sekian tahun ia emban, saatnya ia serahkan pada Sang Pemilik “kunci” yang sebenarnya. Selamat jalan Mbah, engkau telah pergi dalam pelukan merapi yang engkau cintai.Dalam sujudmu. Bak Nahkkoda Kapal Titanic.

Sudah sekian banyak tulisan dan komentar yang mengabarkan berita Mentawai dan Merapi, Doa telah terlantun di seantero negeri. Tsunami bantuan telah mengalir, atas nama solidaritas kemanusiaan. Presiden Indonesia segera balik dari Hanoi untuk ke Mentawai. Sampai saat tulisan ini dibuat, saya belum mendengar apa isi pidato beliau. Walaupun belum mendengar saya sudah bisa menebak isinya: “….Turut berbela sungkawa”. Biasanya kalau ada bencana pasti beliau berpidato. Beliau memang ahli berpidato, termasuk pernah menyinggung video porno Ariel dan Luna Maya dalam satu kesempatan pidatonya. Tentang yang ini, saya juga malas menceritakannya.

Saya mau bercerita saja tentang penutup pidato Ayatollah Khameneie Rahbar Iran, saat gempa bumi hebat meluluh lantakkan kota Bam pada titik balik bulan purnama, 26 Desember 2003. Kepeduliannya telah mengembalikan kota itu di tahun 2005, menjadi kembali bersemangat. Berikut penutup Pidato Beliau: “Ilahi, demi Muhammad dan keluarga Muhammad, curahkan kelembutan, anugerah, rahmat dan berkah-Mu kepada masyarakat kota ini. Ilahi, berilah kesuksesan kepada para pejabat kami dalam mengabdi kepada rakyat yang mulia dan cerdas ini. Ilahi, sembuhkan semua penderitaan masyarakat ini dengan kasih sayang dan rahmat-Mu yang berlipat ganda. Ilahi, jadikan kami sebagai orang yang mengerti akan kedudukan masyarakat ini. Wassalamu'alaikum wa rahmatullahi wa barakatuh.”Gempa 6,5 SR di Kota Bam ini, menewaskan 45.000 jiwa.

Karena Iran adalah negara Muslim, saya tertarik untuk membuka aplikasi Al Qur’an Digital. Pada Surah ke 26, Asy Syua’raa menceritakan hikmah kisah para nabi yang ummatnya harus dihukum dengan bencana, seperti kisah Nabi Musa yang denggan tongkatnya menenggelamkan Fira’un di laut merah, Nabi Hud dan kaum Ad, Nabi Shaleh dengan kaumnya Tsamud, serta kisah bahtera Nabi Nuh yang mengalami tsunami terbesar sepanjang sejarah bumi. pada muatan surah tersebut, juga dijelaskan tentangKebinasaan suatu bangsa atau umat disebabkan mereka meninggalkan petunjuk-petunjuk agama.

Masih banyak kisah bertaut bulan purnama dan tanggal 26 ini, tetapi karena ini sudah terlalu bertele-tele dan bisa jadi hanya dianggap menghubung-hubungkan hal yang berbau klenik, atau paham agama tertentu, saya berhenti. Tetapi sebelum berhenti, sedikit saya ingin menyinggung semburan pertama lumpur Lapindo yang terjadi 26 Mei 2006. Sehari setelahnya terjadi pula gempa dahsyat di Yokyakarta. Pada tanggal 26 November 2006 pipa pertamina juga meledak di sekitar lumpur dan menewaskan 12 warga. Komnas HAM mencatat 18 jenis pelanggaran berkaitan dengan fakta-fakta ekologis lumpur Lapindo. Menurutnya, UU Nomor 26 Tahun 2006, bisa menghukum Pemilik Lapindo yang telah melakukan pelanggaran HAM Berat. Apanya yang berat ?, pemiliknya kok masih……

Indah bulan purnama, bisa jadi memang adalah peringatan bencana untuk saat-saat tertentu. Waktu yang bersamaan bisa juga adalah peringatan. Nabi Muhammad Lahir dan Meninggal pada tanggal 12 Rabiul Awal pada hari Senin. Karena tanggalnya nya sama, maka umat Islam mudah mengingatnya. Kata Kawan saya yang Ustad, waktu memang adalah peringatan, bahkan telah di ‘Demi’ kan pada surah Al Ashar. Demi Masa, Sesungguhnya manusia itu benar-benar berada dalam kerugian,kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal shaleh dan nasihat menasihati supaya menaati kebenaran dan nasihat menasihati supaya menetapi kesabaran.(QS:103, Al Ashr). Bagaimana menurut Anda ?

-----------------------------------------

Sampai Disini Anda Boleh Berhenti Membaca. Karena dibawah ini hanyalah daftar bencana alam yang bertaut bulan pernama (setidaknya berdekatan) adalah sebagai berikut:

  • 26 Desember 1932 terjadi gempa di Kansu China yang menewaskan sedikitnya 70.000 jiwa. Tanggal tersebut bertepatan dengan 27 Syaban 1351 yaitu titik balik bulan purnama.
  • Bencana gempa bumi 7,9 SR tercatat mengguncang Erzincan Turki tanggal 26 Desember 1939 hingga menewaskan 41.000 jiwa. Tanggal 26 Desember 1939 bila dicek ke penanggalan Islam maka tepat malam bulan purnama yaitu 14 Dzulkaidah 1358 Hijriah.
  • Merapi Meletus26 Mei 2006, 27 Rabiul Akhir 1427 (H),( yang ini saya tidak tahu bulan purnama atau bukan)
  • 2001 January 26 Gujarat, 2001 September 26 Chennai, 2002 December 26 China, 2003 January 26 Newzealand, 2003 May 26 Japan / Taiwan, 2003 September 26 Japan(Hokaido), 2003 October 26 China (Sunsu), 2003 December 26 Iran (yang ini saya kutip di sini)

---------------------------------------------- ‘Juru Kunci” saya pinjam dari bahasa Bapak Armin Mustamin Toputiri, Terima kasih Bung Armin. Tulisan ini juga di buat atas permintaan sahabat kompasioner David Evendi juga diinspirasi oleh tulisan sahabat Kompasianer lainnya: Arbi Syah dan Novianto Adji. Sumber Foto : Chantal Steyn dari Gough Island dan Bumi Sangat Kecil, pernah di posting Oleh Tenribuana Lapangka

------------------------------------------------

[caption id="attachment_306734" align="aligncenter" width="500" caption="Kita ini sangatlah kecil (Link sumber foto, saya cantumkan di akhir tulisan)"][/caption] Agar Link tidak mengganggu sahabat-sahabat sekalian dalam membaca, maka Berturut-Turut dari Paragraf Pertama sampai terakhir, saya mengambil sumber pada link di bawah ini :

Daftar bencana, saya link kesini http://www.bangkapos.com/2010/10/28/mengapa-bencana-alam-sering-tanggal-26/ dan http://newsgroups.derkeiler.com/Archive/Soc/soc.culture.indonesia/2006-09/msg00007.html




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline