Lihat ke Halaman Asli

Andi Harianto

TERVERIFIKASI

Kesederhanaan adalah kekuatan

Sensasi Singkong Rebus Menteri Yuddy

Diperbarui: 17 Juni 2015   14:46

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

14191623062043481677

[caption id="attachment_342516" align="aligncenter" width="496" caption="Semarak Rakornas KPU RI, di gedung Ecopark Ancol, 17 Desember 2014"][/caption]

Tidak sekadar singkong, kacang rebus dan sepotong jagung. Maksud menteri Yuddy Crisnandi adalah spirit untuk berhemat, memanfaatkan fasilitas negara dan menghapus mental priyayi dikalangan Pegawai Negeri Sipil, para abdi rakyat. Ide makananan lokal, pelarangan berkegiatan di hotel serta pembatasan undangan resepsi pernikahan ini cukup menarik dari menteri pemberdayaan aparatur negara ini. Walau menarik, tak sedikit pula menganggapnya kontroversi. Tunggu saja efek baiknya, sebab sudah menjadi lumrah kebijakan itu ditentang dan didukung.

Nuansa dari penerapan kebijakan Menteri Yuddy ini terasa demikian bersahaja kala KPU RI menggelar Rakornas dan penerimaan penghargaan KPU berprestasi. Kegiatan yang berlangsung di gedung Ecopark Ancol ini bertabur batik warna warni dari tiga ribuan komisioner pemilu seluruh Indonesia. Saya yakin, minimal 30% dari para komisioner itu termasuk saya yang dari kampung ini membeli batik baru, produksi asli Indonesia. KPU dalam undangannya memang mewajibkan batik kepada peserta dan melarang celana berbahan jeans yang biasa favorit saya kenakan.

Di tempat acara, kami sempat risih, saling berbisik kala kotak bungkusan snack kami buka. Teman disamping saya sempat menghawatirkan giginya yang bakal belepotan singkong dan pisang rebus saat memakan konsumsi yang disajikan itu. Mungkin pula ada yang khawatir giginya yang berlubang bakal kemasukan biji jagung.

Saya memperhatikan betul cara makan para peserta Rakornas kali ini agak berbeda. Mereka makan penganan tradisional itu dengan gaya tertunduk di belakang kursi. Pasti mereka melindungi kosmetiknya agar tidak tergores tongkol jagung. Saya termasuk yang ikut-ikutan gaya mereka.

[caption id="attachment_342517" align="aligncenter" width="300" caption="sajian snack wong ndeso"]

1419162401250584209

[/caption]

Karena lapar sebab tak sempat sarapan, sedikit pun saya tidak sempat jaim memakan ludes seluruh isi kotak, kecuali tissunya. Ternyata rasanya aduhai. Jagung kuningnya manis, potongan rebusan pisang raja demikian lembut, kacang rebusnya juga terasa akrab di lidah kampungan saya.

Saya hanya bermasalah dengan ketelanya, saya kebagian potongan yang sedikit pahit dan hasil kunyahannya memenuhi seluruh celah gigi saya. Walhasil, tissu yang biasanya bertugas di area mulut, sempat masuk tak sengaja melap gigi saya yang sedikit belepotan singkong dan pisang rebus. Saya sebenarnya hanya menjaga senyum manis saya tidak terganggu.

Gedung Ecopark Ancol sepertinya lama tidak dimanfaatkan untuk kegiatan-kegiatan resmi berkaliber nasional. Gedung yang berkapasitas lima ribuan ini sepertinya baru saja dibenahi beberapa bagian menjelang acara. Mushallah di rancang dengan membangun tenda di luar ruangan, demikian halnya dengan tempat makan prasmanan. Toilet juga diadakan dalam bentuk boks termasuk fasilitas wudhunya yang dapat dipindah-pindahkan. Fasilitas seperti ini cukup efesien. Makan di luar ruangan sambil bersila di bawah pohon terasa nikmat, mirip pesta taman walau sesekali semut nakal mengganggu bagian bawah tubuh.

Sehari sebelum pelaksanan kagiatan di Ancol, saya menghadiri kegiatan yang digelar KPU Sulsel di gedung RRI Makassar. Jikalau di Ancol fasilitasnya cukup mentereng, di Makassar justru sangat memprihatinkan. Kursi-kursi yang perkiraan saya pengadaannya sudah sejak 20 tahun lalu itu sudah sobek di beberapa bagian. Plafon dan beberapa bagian dinding juga sudah tidak nyaman dipandang mata. Cukup gerah, karena pendingin ruangan juga tak berfungsi maksimal.

Kebijakan menteri Yuddy terkait penggunaan fasilitas gedung pemerintah ini patut diapresiasi, kecuali yang berkait pembatasan undangan resepsi yang menarget maksimal 400 undangan bagi PNS yang akan menggelar hajatan. Anggaran pemeliharaan gedung bisa di dapat dari uang sewa. Biaya nya juga tentu lebih murah dibanding ruang hotel, yang bagi saya hanya untuk gaya-gaya an. Biarkanlah ruang hotel dimanfaatkan untuk kegiatan-kegiatan swasta saja.

Di Bantaeng kampung saya, terdapat beberapa gedung pemerintah yang cukup layak dijadikan tempat acara. Bahkan terdapat hotel di kawasan wisata Pantai Marina yang juga dikelola oleh Pemda. terdapat pula gedung pemerintah yang sudah dimanfaatkan. Sebagai tempat resepsi pernikahan. Setahu saya, Bupati Bantaeng memang tidak pernah menggelar acara di hotel karena fasilitas gedung pemerintah justru lebih layak dari fasilitas meeting hotel di kota kami.

[caption id="attachment_342518" align="aligncenter" width="699" caption="Fasilitas ruangan gedung RRI Makassar yang memprihatinkan"]

14191625461272708201

[/caption]

Berkegiatan di hotel, study banding di luar negeri, plesiran di akhir tahun dan pengadaan konsumsi kegiatan dengan kue-kue modern di acara resmi pemerintahan memang bagi saya bagian dari mentalitas priyayi. Anda tahu, makanan yang berlimpah di hotel terkadang tidak semuanya mampu kita habiskan. Nasi kotak ataupun snack dengan isi berwarna-warni kadang mubasir dan menjadi santapan semut atau kemasannya menjadi sampah plastik yang merusak alam.

Sebagai orang yang berkerja dengan menggunakan fasilitas pemerintah, saya akan serius menyambut kebijakan penghematan ala Menteri Yuddy ini. Tidak ada yang salah, walau tak sedikit pula menganggapnya lebay. Terobosan snack berbahan “makanan kampung” atau “wong ndeso” ini cukup akrab di lidah, walau setelah memakannya sikat gigi harus disiapkan. Ide berhemat harus dimulai dari pemerintah, karena kenaikan BBM memang memaksa kita untuk harus berhemat.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline