Ketika rasa haus akan kekayaan menjadi umum dan dicari dengan cara yang tidak jujur melalui penipuan dan pelanggaran batas, melalui kelicikan perdagangan, spekulasi serakah yang tidak berperasaan, melalui perjudian saham dan komoditas yang segera melemahkan moral seluruh masyarakat.
Kepala rumah tangga berspekulasi di arena judi.
Gelembung-gelembung ekonomi pecah, memiskinkan banyak orang, yang diledakkan oleh tipu muslihat yang licik karena sifat mudah percaya yang bodoh.
Kebangkrutan besar-besaran yang mengejutkan suatu negara seperti gempa bumi dan lebih fatal lagi, penipuan dan penggelapan tabungan masyarakat, ekspansi dan keruntuhan mata uang.
Jatuhnya bank-bank, depresiasi surat berharga pemerintah, memangsa tabungan negara.
Kesulitan ekonomi dan kehancuran moral masyarakat memenuhi halaman rumah ibadah, rumah sakit jiwa dan penjara.
Para spekulan akan tumbuh subur dan menjadi gemuk.
Jika ada yang membantu negara tersebut memungut retribusi besar-besaran, membantu negara tersebut mendepresiasi surat berharga negara tersebut sehingga dia dapat mengumpulkan jumlah uang yang sangat besar dengan pengeluaran yang sedikit pada hakikatnya semua itu demi keuntungan pribadinya juga.
Jika tetangganya kesusahan, dia malah membelikan harta tetangganya itu untuk sebuah aset tak berharga.
Jika ia mengurus suatu harta warisan, ternyata harta itu bangkrut dan anak-anak yatim piatu menjadi miskin.
Masyarakat akhirnya memuja raja-raja kertas dan kredit seperti halnya orang-orang dahulu yang menyembah berhala-berhala mereka yang tidak berharga.