Beberapa hari yang lalu, saya mengunjungi sebuah restoran cepat saji favorit saya untuk menikmati makan siang. Saat dia mengantri untuk memesan, saya mengamati sekeliling untuk mencari meja yang tersedia. Saya melihat sebuah meja kosong tapi penuh dengan berbagai macam sisa makanan.
Ada gelas plastik, ada yang setengah berisi minuman serta piring berisi peralatan plastik dan sisa makanan, nasi dan bungkus saos yang sudah dibuka. Pemandangan yang sangat menjijikkan. Saya memutuskan untuk menunggu meja dibersihkan agar tidak kehilangan nafsu makan.
Kapan kita akan belajar membereskan bekas makan kita sendiri! Kita makan di tempat umum, meninggalkan sampah dan lantas pergi begitu saja. Penyelenggara dan peserta acara kampanye politik atau konser musik tidak pernah repot-repot membersihkan semua sampah setelah acara. Saya pernah melihat sebuah truk sampah yang sampahnya terbang ke jalan tanpa mau berhenti dan mengambilnya.
Di beberapa negara, saat Anda makan di pusat makanan, Anda diharapkan mengembalikan nampan di konter, memisahkan sampah dan membuangnya ke tempat sampah. Tidak perlu lagi pelayan membersihkannya saat Anda pergi.
Kebijakan ini disebut Clean As You Go atau sederhananya CLAYGO. Dipraktikkan di hampir seluruh Amerika Serikat. Jepang juga mempraktekkan hal ini di setiap restorannya. Meskipun tidak ada tempat sampah di tempat tersebut, pengunjung diharapkan membawa tas untuk menaruh bungkus, botol atau sampah lainnya yang terkumpul setelah mereka makan.
Setiap orang harus berlatih CLAYGO, tidak hanya saat makan di gerai makanan cepat saji atau warung makan tetapi di setiap tempat umum. CLAYGO artinya kebersihan adalah urusan semua orang. Jika kita ingin bicara tata krama dan disiplin, maka semua itu harus dimulai dari rumah.
Praktik ini sekaligus cara kecil kita untuk menunjukkan betapa kita peduli terhadap lingkungan. Daripada mengandalkan sepenuhnya pada penyapu jalan atau petugas kebersihan kota, kita setidaknya harus berupaya membereskan sampah kita sendiri.
Mempraktikkan CLAYGO dalam kehidupan sehari-hari menunjukkan banyak hal tentang Anda. Seakan memberi tahu orang lain tentang nilai-nilai dan karakter Anda. Saya melihatnya bukan sebagai praktik atau kebijakan kebersihan di suatu tempat, melainkan sebagai sikap yang berakar pada nilai dan kebajikan yang sudah melekat dalam DNA budaya bangsa kita.
Menerapkan nilai-nilai yang melekat ini adalah salah satu cara untuk menumbuhkan disiplin diri dan ketertiban serta rasa tanggung jawab.
Namun praktik ini tidak akan mudah dilakukan meskipun kita memasang segala macam tanda CLAYGO di tempat makan umum dan bahkan mengenakan denda. Hal ini mengingatkan saya pada Wang Yangming, seorang sarjana Konfusianisme terkenal dari Dinasti Ming yang mengatakan: "Menangkap bandit di perbukitan itu mudah; menangkap pencuri dalam diri kita sendiri itu sulit."
Hal ini karena meskipun CLAYGO tampak seperti tugas yang sederhana, hal ini perlu dikembangkan dalam diri kita yang mungkin memakan waktu seumur hidup dan semakin dini dikembangkan semakin baik. Praktik ini harus mengakar kuat di dalam diri kita sehingga menjadi otomatis dan refleksif dan kemudian diterapkan dalam aspek lain kehidupan kita sehingga menjadi cara hidup kita.