CARA KITA MEMANDANG MASALAH
Sebenarnya yang penting bukanlah apa dampak kehidupan terhadap Anda, melainkan bagaimana Anda menghadapinya. Begitu kata filsuf Yunani Epictetus.
Saya mengenal dua orang yang mengalami masa sulit baru-baru ini dan inilah tanggapan mereka.
R. adalah seorang seniman. Saya ingat dia sebagai orang yang periang, selalu melontarkan lelucon. Saya sudah kehilangan kontak dengannya tetapi seseorang yang dekat dengannya mengatakan kepada saya bahwa dalam beberapa tahun terakhir, R. merasa putus asa, murung dan menelepon teman-temannya untuk meminta, tanpa mengemis, agar ditraktir. Tidak ada yang lebih menyedihkan daripada seseorang yang memohon kebersamaan kepada temannya.
Satu atau dua orang teman akan menuruti R. dan akan menjemputnya di rumah serta mentraktirnya makan siang. Saya diberitahu jika dia tampak sangat bahagia pada saat tertentu tapi kemudian tiba-tiba gelisah dan cemas di waktu lain. Ini mulai mengganggu teman-teman saya dan mereka mulai menganggapnya sebagai pengganggu.
Tak lama kemudian, bahkan keluarga dekatnya pun merasakan hal yang sama dan mulai menghindari kehadirannya. Sepertinya semua orang merasa seperti tersedot ke dalam lubang hitam depresinya si R. Makanya mereka mulai menghindarinya.
Muram? Inilah sisi lain dari kisah teman-teman saya yang sedang mengalami krisis.
Lain lagi cerita T. Beliau didiagnosis menderita kanker stadium lanjut.
Setelah mengetahui bahwa kunjungan diperbolehkan, kami mampir ke rumah tempat dia tinggal selama dirawat.
Biasanya penderita kanker stadium lanjut hanya bisa terbaring di tempat tidur dan tampak kurus, didera nyeri, botak, sulit bernapas dan sebagainya.
Namun saat kami memasuki kamarnya, sungguh mengejutkan. T. terlihat sangat berbeda dari yang kami perkirakan. Duduk di kursi dia tersenyum dan menyambut kami dengan hangat. Tidak ada selang di hidungnya. Dia bernapas dengan normal saat berbicara, tidak pernah terengah-engah. Secara keseluruhan, dia tampak tenang, damai dengan dirinya sendiri, menimbulkan semacam perasaan hangat yang bersinar yang menurut kami begitu menyejukkan dan menenangkan. Lucunya, T. yang sakit, tapi kami yang sehat malah terhibur dengan kehadirannya. Kami pulang hari itu dengan perasaan ringan dan penuh kekaguman pada T.