Media sosial telah mengalami pertumbuhan luar biasa selama 20 tahun terakhir. Facebook yang mulai populer hampir dua dekade yang lalu memberikan kita tempat untuk tetap berhubungan dan berkomunikasi.
Microblogging berkembang seiring dengan munculnya Twitter dimana orang-orang memposting tentang apa saja yang terjadi dalam kehidupan dan pikiran mereka. Kemudian Instagram menyediakan album foto online yang apik untuk mendokumentasikan kehidupan pengguna.
Kini, sekitar 20 tahun kemudian, media sosial terpuruk akibat kapitalisme yang semakin menyebar.
Instagram dan Facebook sekarang menampilkan iklan di antara foto-foto dari teman kita yang dipromosikan oleh platform. TikTok dan Snapchat isinya hanyalah kumpulan influencer yang mencoba menjual produk dan layanan. Twitter atau X malah meningkatkan postingan dari pelanggan yang membayar. Mengikis fenomena 'viral' yang organik.
Media sosial dalam banyak hal, menjadi kurang sosial. Jenis postingan di mana orang-orang memberi kabar terbaru kepada teman dan keluarga tentang kehidupan mereka semakin sulit dilihat karena platform-platform tersebut semakin "terkorporatisasi".
Pengguna jarang sekali melihat pesan dan foto dari teman dan kerabat tentang liburan atau makan malam mewah mereka. Pengguna Instagram, Facebook, TikTok, Twitter dan Snapchat kini hanya sering melihat konten profesional dari para influencer dan pihak lain yang membayar untuk itu.
Perubahan ini berdampak pada perusahaan jejaring sosial dan cara orang berinteraksi satu sama lain secara digital.
Hal ini juga menimbulkan pertanyaan tentang ide inti Platform online.
Selama bertahun-tahun, gagasan tentang platform online yaitu sebuah situs all-in-one yang dapat dilihat oleh publik, tempat orang-orang menghabiskan sebagian besar waktunya kini menjadi jejaring sosial besar yang menghubungkan orang dengan merek sebagai prioritas dibandingkan menghubungkan mereka dengan orang lain. Makanya kini ada beberapa pengguna mulai mencari situs dan aplikasi berorientasi komunitas yang dikhususkan untuk hobi dan masalah tertentu.
"Platform yang kita tahu sudah berakhir," kata profesor komunikasi di Universitas Illinois-Chicago Zizi Papacharissi yang mengajar kursus media sosial. "Mereka telah melampaui kegunaannya."
Pergeseran ini turut membantu menjelaskan mengapa beberapa perusahaan jejaring sosial yang terus memiliki miliaran pengguna dan menghasilkan pendapatan miliaran dolar kini menjajaki jalur bisnis baru.