Lihat ke Halaman Asli

ANDI FIRMANSYAH

Guru yang Belum Tentu Digugu dan Ditiru

Sanggupkah Rubel Melawan Dolar Amerika?

Diperbarui: 5 Agustus 2023   21:45

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Rubel itu sudah ada sejak abad ke-13. Bahkan jauh sebelum Tsar Rusia. Waktu itu Rusia adalah kumpulan etnis yang bersatu dalam Knyazhestvo. Tapi untuk disebut sebagai kerajaan ga bisa juga.

Nah untuk berdagang diantara mereka, ada alat ukur yang namanya Rubel yaitu satuan berat yang sama dengan 204 gram perak. Jadi misalnya mereka ingin membeli sapi seharga 5 Rubel maka bukan berarti pembeli sapi itu mengeluarkan 5 keping Rubel. Bukan. Tetapi si pembeli harus menyediakan 5x204 gram perak atau sama dengan 1.020 gram perak.

Jadi kalau harga perak naik, maka naiklah harga Rubel. Sehingga Rubel tergantung sekali dengan sumber daya alam.

Tahun 1704 Peter The Great ingin mereformasi penggunaan Rubel. Satu Rubel sama dengan 28.1 gram perak.

Seratus tahun kemudian Catherine The Great menyerang kerajaan Usmani karena ingin menguasai Laut Hitam dan Laut Azov. Tahun 1783 mereka berhasil merampas Krimea dari tangan kerajaan Usmani.

Sejak saat itu rentetan peperangan demi peperangan selalu dilakoni Rusia dan setiap kali melakukan peperangan mereka terpaksa melakukan devaluasi mata uangnya. Asumsinya jika mau Rubel kuat maka berhenti berperang. Tapi waktu itu penguasa Rusia pada gila perang semua.

Masalah utama yang dialami oleh Rusia sebenarnya adalah saat Rusia dipimpin oleh para Tsar. Para Tsar ini berpikir bahwa mereka mampu melakukan kontak dagang dengan barat. Dasar pemikiran mereka karena mereka melihat para bangsawan dan hartawan Rusia pada mengilai barang-barang dari barat. Akibatnya impor lebih besar dari ekspor.

Apalagi Rusia pada waktu itu seperti ketergantungan sekali dengan Eropah. Sampai-sampai harus meminjam. Jadi ekonomi Rusia waktu itu seperti gali lubang tutup lubang.

Bahkan sampai sekarang pun Rusia masih tergantung dengan Eropah. Rusia tergantung pada sumber daya alamnya. Pada saat ekspor siapa konsumennya? Tetap aja Eropah.

Sebenarnya Rusia tidak menyangka NATO bakal sehabis-habisan ini dalam mempertahankan Ukraina. Mengapa demikian? Jika melirik pada sejarah tahun 2014 sampai 2021 NATO sebenarnya tidak peduli pada Ukraina. Jadi saat NATO bertempur habis-habisan begitu, sebenarnya Rusia kaget juga. Kok bisa?

Akibatnya mata uang Rubel jatuh. Sangsi pun telah membuat investor pada kabur. Akibatnya Putin harus bergerak cepat. Maka mereka naikkan Interest Rate sampai 20 persen. Setelah itu mereka melakukan capital control agar dana ga bisa keluar.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline