Lihat ke Halaman Asli

ANDI FIRMANSYAH

Guru yang Belum Tentu Digugu dan Ditiru

Kekejaman Jepang di Korea

Diperbarui: 1 Agustus 2023   20:15

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Katanya Jepang ingin menguatkan militernya. Bahkan mau buka kantor di NATO. Padahal di Artikel 9 disebutkan bahwa Jepang tidak boleh membangun kekuatan militer. Hanya boleh membangun kekuatan pertahanan. Nah apa bedanya?

Kalau kekuatan pertahanan artinya tidak boleh menggunakan rudal balistik dan Cruise. Sementara Jepang punya rudal Cruise. Tapi tidak boleh dibuat untuk menyerang negara lain. Hanya boleh untuk membalas saja. Jadi harus diserang dulu baru bisa balas.

Sekarang katanya mereka ingin mengubah kebijakan mereka. Ingin mengubah tameng menjadi pedang. Perdana Menteri mereka pun sudah menegaskan. Jepang harus punya kapal selam. Alasannya akhir-akhir ini Tiongkok mulai berani mengirimkan kapal Coast Guard nya ke perairan Jepang. Belum lagi Korea Utara yang suka uji coba rudal. Apalagi seperti sudah tidak ada lagi kepercayaan ke PBB sejak Rusia menginvasi Ukraina. Bisa saja itu dilakukan oleh Tiongkok. Mungkin itu pikir mereka. 

Sepertinya menurut mereka PBB sudah tidak bisa diharapkan lagi. Namun dibalik itu semua bisa jadi Jepang mungkin ingin kembali menjadi kekuatan regional seperti dulu lagi. Bagaimana jika memang Jepang kembali menjadi kekuatan regional?

Mungkin kita sudah hapal bagaimana sejarah pendudukan Jepang di Indonesia dari buku sejarah. Ada baiknya kita meninjau sejarah negara lain yang pernah mengalami hal yang sama dengan kita. Apakah sejarah mereka berkaitan dengan pendudukan Jepang sekelam kita?

Jawabannya ya. Kita ambil contoh Korea. Bagi bangsa Korea, pendudukan Jepang di negaranya adalah masa-masa paling kelam dalam sejarah mereka. Padahal hanya 35 tahun tapi semua ditindas. Mulai dari budaya. Tidak boleh pakai bahasa Korea. Bahkan belajar adat istiadat sendiri tidak boleh. Sampai mau belajar sejarah bangsa sendiri dilarang.

Berkomunikasi harus dalam bahasa Jepang. Sebagai salah satu cara untuk memusnahkan bahasa Korea sekaligus mengubah sejarah Korea menjadi sesuai dengan keinginan Jepang. Bukan itu saja. Penduduk Korea juga banyak yang dijadikan Romusha. Sama seperti di Indonesia.

Romusha adalah senjata Jepang untuk mengeksploitasi ekonomi negara jajahan mereka. Semua diperuntukkan bagi kejayaan industri Jepang saat itu.

Mereka bilang Let the past be the past. Jangan ungkit-ungkit lagi sejarah kelam kami.

Masalahnya ada ga Jepang minta maaf atas kesalahannya terhadap negara-negara yang dulu pernah dieksploitasinya seperti Tiongkok, Korea atau Indonesia?

Padahal dalam budaya Jepang ada istilahnya Dogeza. Yaitu apabila orang ingin minta maaf maka dia harus bersujud dihadapan orang yang telah dizaliminya itu. Ada ga Hirohito atau Perdana Menteri Jepang sekarang melakukan hal ini?

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline