Lihat ke Halaman Asli

ANDI FIRMANSYAH

Guru yang Belum Tentu Digugu dan Ditiru

Belajar dari Bed Bath and Beyond

Diperbarui: 18 Juni 2023   17:39

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Entrepreneur. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Jcomp


Perusahaan ini ambruk karena penjualan menurun drastis. Dividen saham tak mampu dibayar. Hutang bejibun.

Tapi sebenarnya yang paling krusial adalah karena mereka telah kehilangan identitas...

Di Amerika Serikat yang namanya bisnis ritel harus kuat ngasi diskon. Makanya mereka harus bisa beli dalam jumlah banyak agar bisa kasi diskon.

Perusahaan ini awalnya adalah berupa sebuah departemen store yang bernama Arlan's. Di kelola oleh keluarga imigran Palestina namun kemudian bangkrut pada tahun 1973 karena kurang beradaptasi dengan kemauan pasar. Sebab pada saat itu di Amerika sudah banyak berdiri toko-toko dengan konsep yang beragam. Ada specialty store. Ada big box store. Nah bagi yang belum tahu apa itu specialty store maka itu toko yang mirip dengan Mr. DIY. Jadi semua barang khusus yang jarang ada di pasaran umum ada disitu.

Nah setelah bangkrut, dua pekerja Arlan's yang bernama Warren Eisenberg dan Leonard Feinstein mencoba peruntungan dengan mendirikan sebuah perusahaan yang berbasis Specialty store ini. Lantas mereka waktu itu hanya fokus di Bed and Bath dulu. 

Jadi perkakas yang berkaitan dengan kamar tidur sama kamar mandi aja. Setelah itu pelan-pelan mereka mulai mengembangkan produk menjadi perkakas seluruh rumah. Pada tahun 1971- 1985 adalah masa penting perusahaan ini karena pada waktu inilah perusahaan ini berkembang sampai memiliki 17 gerai di seluruh Amerika. Setelah merasa cukup percaya diri akhirnya mereka memutuskan untuk mengubah core bisnis mereka dari Specialty store menjadi Big box store karena ada rencana ingin bersaing dengan big box store yang telah ada waktu itu yaitu Linen n Things dan Pacific Linen dan kemudian mengubah nama perusahaannya menjadi Bed, Bath & Beyond.

Dari satu big box kemudian berkembang menjadi 7 big box. Merasa pasarnya sangat menjanjikan, mereka memutuskan untuk menambah lagi gerainya dengan cara menerima suntikan dana dari luar. Untuk itu mereka mulai bermain di lantai bursa saham sehingga pada tahun 1999 mereka berhasil membukukan penjualan hingga 1 juta dolar Amerika. Sampai tahun 2011 saja mereka telah memiliki 1.142 gerai di seluruh Amerika.

Sejak adanya perusahaan ini, maka perusahaan pesaing mulai guncang. Di mulai dari Linen 'n Things. Tahun 2006 perusahaan ini sempat beralih kepemilikan sebelum akhirnya bangkrut karena penjualan menurun.

Setelah itu diikuti oleh Pacifik Linen dengan permasalahan yang sama. Sampai disini Bed Bath & Beyond melihat dua perusahaan diatas bangkrut karena kehadiran mereka. Namun mereka gagal menyadari permasalahan yang timbul di dalam diri perusahaan mereka sendiri.

Pada tahun 2019 sebenarnya tiga perusahaan besar sebagai pemegang saham perusahaan ini melihat ada aktivitas Nepotisme di tubuh perusahaan ini yang menurut mereka tidak bagus bagi kelangsungan bisnis perusahaan ini. Menurut mereka sumbernya ada di CEO saat itu yang dipegang Steven Temares. Jadi mereka berencana ingin menyingkirkan CEO yang satu ini.

Mengapa?
Sebab mereka menganggap Temares terlalu lemah menghadapi ahli waris pendiri perusahaan ini.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline