Lihat ke Halaman Asli

Kloning Embrio Manusia

Diperbarui: 17 Juni 2015   06:45

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Perkembangan bioteknologi saat sekarang ini makin “ menggila “. Keberhasilan manusia menggandakan sepotong gen dari satu organism ke organism lainnya memungkinkan protein manusia di produksi oleh binatang. Selanjutnya protein tersebut dapat dimanfaatkan manusia untuk tujuan-tujuan tertentu. Walaupun tingkat keberhasilan teknologi tersebut masih relative rendah.

Penemuan yang satu belum beres, muncul penemuan yang lain lagi. Pada teknologi ini bukan gen lagi yang dikloning melainkan embrio manusia. Embrio yang baru berumur dua hari dapat digandakan jumlahnya sehingga semua embrio tersebut menjadi manusia-manusia kembar.

Percobaan cloning embrio manusia tersebut saat ini masih menggunakan embrio dengan tiga sel kromosom pada setiap sel somatiknya. Embrio jenis ini digunakan karena embrio jenis ini tidak akan bisa bertahan untuk menjadi manusia sempurna. Hal ini dilakukan untuk mencegah adanya perdebatan di dalam masyarakat yang keberatan dengan para ilmuwan karena menggunakan manusia sebagai objek utuk direkayasa.

Apabila teknologi cloning embrio ini sudah semakin mapan dalam dunia kedokteran, ini akan menjadi suatu harapan bagi wanita-wanita yang kebetulan sulit mempunyai keturunan. Apalagi teknologi cloning ini dapat juga digunakan dalam proses bayi tabung dimana dalam proses tersebut untuk memperbesar peluang terjadinya kehamilan , harus lebih dari satu embrio yang ditanam kedalam rahim ibu dengan harapan agar embrio tersebut dapat berkembang biak di dalam rahim.Karena ada pasangan yang tidak  bisa menghasilkan lebih dari satu embrio, maka kemungkinan kehamilannya Cuma 10-20 persen. Sehingga dengan teknologi cloning embrio, si ibu tidak perlu “dipaksa” menghasilkan lebih banyak sel telur. Tentu saja hal ini dapat mengurangi tingkat stress yang dialami si ibu pada saat menjalani metode ini.

Sekali embrio yang dihasilkan dari pertemuan antara sel telur sang istri dengan sel sperma suami terbentuk, maka embri tersebut saja yang di cloning. Jadi, selain dapat meningkatkan efisiensi dalam teknologi bayi tabung, pasangan tersebut juga dapat menentukan jumlah anak yang akan dilahirkan. Lantas interval kelahirannya pun dapat ditentukan oleh pasangan tersebut. Begitu juga dengan jenis kelaminnya. Semua dapat ditentukan oleh pasangan tersebut.

Tinggal kita yang menentukan, apakah teknologi ini pantas buat kita atau tidak….

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline