Tidak ada patokan baku dalam pembentukan sebuah joint venture. Dalam suatu perjanjian dikenal adanya azas kebebasan berkontrak, yaitu bahwa setiap orang pada dasarnya boleh membuat perjanjian mengenai apa saja, sepanjang tidak bertentangan dengan undang-undang, melecehkan agama, kesusilaan, dan ketertiban umum. Artikel ini bertujuan untuk membantu secara garis besar, agar para pihak yang melakukan negosiasi dalam pembentukan joint venture bisa mendapatkan manfaat seoptimal mungkin.
Karena joint venture merupakan kesepakatan antara dua badan hukum atau lebih untuk melakukan bisnis bersama, maka saling percaya dan saling menghargai merupakan modal utamanya. Oleh karenanya, sebelum memulai negosiasi pembentukan joint venture, maka para pihak harus mempunyai niat dan itikad yang baik untuk bekerjasama dalam jangka panjang.
Seperti Permainan Catur
Negosiasi itu seperti permainan catur. Kita harus memilih langkah yang harus diambil, termasuk mengantisipasi langkah-langkah pihak lawan selanjutnya, dengan tujuan men-skak mat pihak lawan, atau minimal bermain remis. Bedanya, kalau dalam pembentukan joint venture tujuan kita bukan untuk men-skak mat calon partner, tetapi untuk mencapai kesepakatan sehingga para pihak bersedia melakukan kolaborasi dengan saling menguntungkan.
Bagi negosiator yang sudah berpengalaman, langkah para pihak dalam melakukan negosiasi biasanya bisa diprediksi, karena biasanya akan ada pola-pola tertentu yang bisa dibaca, walaupun tidak selalu sama. Sebaliknya bagi yang belum terbiasa melakukan negosiasi, alur jalannya perundingan mungkin terasa begitu lama dan membingungkan, bahkan bisa membuatnya terbawa arus di dalamnya.
Contoh sederhana adalah ketika hendak membeli karpet di Turki. Penjual yang menemui kita pertama kalinya pasti akan menawarkan dengan harga yang dia inginkan. Kalau kita langsung setuju, maka karpet itu akan dikirim ke rumah kita di Indonesia. Kalau tidak, maka akan terjadi tawar-menawar antara penjual dan pembeli sampai pada suatu titik mereka setuju dengan karpet dan harganya. Namun bisa juga pada akhirnya transaksi tidak terjadi karena kedua belah pihak tidak menemukan kecocokan.
Sama halnya dengan calon partner joint venture kita, pada saat pertama kali bertemu biasanya mereka akan langsung membuka ekspektasi tertinggi mereka. Apalagi bila mereka datang dari perusahaan kelas dunia yang mempunyai nama besar, merek terkenal, dan uang banyak. Misalnya saja mereka akan membuka dengan kepemilikan minimal 75% saham atas perusahaan joint venture. Bagaimana reaksi kita?
Jangan panik. Sebelum keluar kata sepakat dari mulut kita dan terjadi tandatangani perjanjian joint venture dengan mereka, anggap belum ada pengaruh apa-apa bagi kita. Anggap yang ada di depan kita adalah calon pembeli yang berpotensi membeli karpet yang kita miliki. Kalau cocok ya dipaketkan, kalau tidak ya jangan. Kita harus berhitung dengan cermat, menguntungkan atau tidak tawarannya?
Tentukan Batasan
The Economics Book terbitan Dorling Kindersley Limited (2012) membuat bagan teori game yang merupakan ringkasan dari berbagai teori game yang ada, bahwa pada dasarnya pada suatu negosiasi akan terjadi hal sebagai berikut: