Lihat ke Halaman Asli

Mewaspadai Diaspora Teroris

Diperbarui: 6 Juni 2017   08:28

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Posisi ISIS di Suriah dan Irak semakin terjepit, beberapa hari lalu pasukan pemerintah Suriah kembali merebut Aleppo dari tangan pasukan ISIS. Kondisi tersebut membuat ISIS harus mencari habitus baru untuk mempertahankan eksistensi kelompoknya dari kehancuran. Pengikut ISIS terdiri dari petempur yang berasal dari berbagai negara termasuk dari Indonesia. Posisi ISIS yang semakin terdesak di Timur Tengah akan mendorong masuknya sel-sel/jaringan ISIS ke berbagai negara khususnya Asia Tenggara seperti Philipina dan Indonesia.  Saat ini Marawi di Philipina Selatan sudah menjadi mandala perang antara pasukan pemerintah Philipina melawan kelompok Maute yang merupakan bagian dari ISIS. Pertempuran pasukan pemerintah Philipina dengan  kelompok Maute di Marawi menyebabkan ribuan penduduk mengungsi dan mencari tempat perlindungan yang aman.

Philipina Selatan merupakan wilayah yang kondusif bagi diaspora ISIS karena selama ini wilayah Philipina Selatan (Mindanao) terdapat pasukan Muslim yang sejak masa pemerintahan Ferdinand Marcos berusaha untuk memisahkan diri dari Philipina (Moro National Liberation Front/MNLF pimpinan Nur Misuary). MNLF adalah ibarat duri dalam daging dalam pemerintahan Philipina karena hingga saat ini masalah tersebut belum mampu diselesaikan dengan baik kecuali hanya sebatas mengurangi ketegangan konflik dengan pemberian otonomi khusus melalui perjanjian Tripoly.   Wilayah Marawi yang dikuasai oleh kelompok Maute (ISIS) jelas menimbulkan kekhawatiran karena cukup dekat  dengan  Indonesia.

Di Mindanao terdapat  4 kelompok ISIS yaitu: 1) Kelompok Abu Sayyaf Group (ASG) dibawah pimpinan Isnilon Hapilon berpusat  di Basilan didukung  sejumlah petempur  asing sebagian besar dari Malaysia.  2) Kelompok Maute atau IS (Negara Islam )- Ranao dipimpin oleh Abdullah Maute berpusat di Lanao del Sur beribukota Marawi dan bermarkas  di Mindanao State University (MSU) di Marawi. Salah seorang pemimpin NI-Ranao yakni Omarkhayam Romato Maute mempunyai isteri asal Indonesia mereka bertemu saat bersekolah di Mesir. Kelompok Maute memiliki anggota yang terpelajar dan cerdas  serta memiliki pengalaman dibandingkan dengan  semua kelompok ISIS  di Philipina.

3) Kelompok Ansarul Khilafah Philippines (AKP) dipimpin Mohammad Jaafat Maguid alias Tokboy beroperasi di wilayah  Sarangan dan Sultan Kudarat serta memiliki hubungan dengan Surian dan Indonesia . 4)  Kelompok Bangsamoro Islamic Freedom Fighterss(BIFF) bermarkas di Laguasan Marsh, Maguindanao, BIFF lahir  pada 2010 merupakan  sempalan  Moro Islamic Liberation Front (MILF), MILF adalah sempalan dari Moro National Liberatian Front (MNLF). Keempat kelompok tersebur ASG adalah pasukan bersenjata yang paling sadis yang beroperasi di Philipina yang selama ini banyak melalukan perompakan, ASG berjuang untuk memisahkan diri dari Philipina, ASG juga merupakan kelompok pecahan dari MNLF.

Philipina Selatan merupakan wilayah yang bergejolak dan menjadi tempat pelarian  orang-orang Asia Tenggara yang pulang dari  Irak dan Suriah, juga menjadi daerah tujuan bagi  mereka  tidak bisa berangkat  ke Irak dan Suriah . Ditempat itu mereka membentuk kelompok-kelompok  bersenjata dan melakukan pelatihan militer untuk mencapai harapan yang dicita-citakan.

Kebaradaan ISIS di Philipina dengan jarak yang cukup dekat dengan Indonesia sangat memungkinkan masuknya sel/jaringan mereka ke wilayah-wilayah tertentu di Indonesia. Poso di Sulawesi Tengah merupakan salah satu daerah yang memiliki kelompok teroris (ISIS) yang saat ini masih dalam pencarian oleh TNI/Polri. Operasi militer yang dilancarkan pemerintah Philipina terhadap kelompok Maute ataupun kelompok bersenjata lain yang ada di Philipina saat ini dapat masuk dan bergabung dengan embrio kelompok bersenjata yang ada di Indonesia (Poso). Diaspora kelompok militan Philipina ini bila masuk ke Indonesia dapat menimbulkan ancaman keamanan nasional.

Kelompok-kelompok teror/militan yang ada di Indonesia yang saat ini masih “tiarap” dapat muncul kepermukaan untuk bergabung dan menciptakan instabilitas dalam negara.  Serangan teror di kota Manila Philipina  dan London Inggris bila ditelusuri dengan seksama mungkin terdapat benang merah dengan kelompok ISIS.  Posisi ISIS yang semakin terdesak menyebabkan kelompok ini akan mencari wilayah-wilayah baru yang dapat dijadikan sebagai basis untuk meneruskan perjuangan mereka.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline