Lihat ke Halaman Asli

Toni Si Macan Kecil

Diperbarui: 24 Juni 2015   05:30

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ada sebuah negeri yang sangat indah dan megah dengan kekayaan alam yang sangat melimpah. Negeri tersebut memiliki dua wilayah yang bertetanggaan, masing masing wilayah tersebut di huni oleh binatang dan manusia. Mereka hidup saling menghormati dan saling melengkapi.

Di sebuah perkampungan kecil wilayah binatang. Hiduplah sepasang macan yang bernama Pak Leo dan Bu Gina, serta anaknya si macan kecil Toni.

Pada siang hari yang panas,  Toni si macan kecil pulang dari sekolahnya. “Ayah aku pulang.”

“Oh Toni anakku sudah pulang, bagaimana sekolahmu hari ini nak?” Tanya Pak Leo kepada anaknya.

“Lihat ayah, aku mendapat nilai 100 nih..” Jawab Toni sambil menunjukkan kertas ulangan pada ayahnya dengan bangga.

“Wah hebat anak ayah. Sebagai hadiah dari ayah, siang ini kita makan daging yang lezat.”

“Horee…” Toni membentangkan tangannya ke atas.

“Ini belilah tiga daging di tempatnya Pak Brian monyet. Satu daging untuk kamu sendiri dan yang dua untuk ayah dan ibu.”  Pak Leo memberikan selembar uang bernilai 50 kepada Toni.

Segera Toni berlari dengan kencang ke tempatnya Pak Brian monyet. Sesampainya disana, Toni melihat warung tampak sepi. “Beli… Pak Brian beli…”

“Iya sebentar.. Oh Toni si macan kecil, maaf ya bapak tadi ada di belakang rumah makan pisang. Mau beli apa?” Pak Brian monyet bertanya pada Toni.

“Beli daging tiga potong, pilihkan yang besar ya pak.” Balas Toni sambil menggerakkan lidahnya, yang kelihatan sudah sangat lapar.

“Ini dagingnya..” Pak Brian monyet menyerahkan daging yang telah dimasukkan kedalam kantong plastik besar kepada Toni. Setelah menerima daging tersebut, Toni memberikan uang ke Pak Brian.

“Satu daging harganya 10 jadi kalau tiga… 30… dan ini kembaliannya 20.” Pak Brian memberikan selembar uang bernilai 20 kepada Toni.

“Terima kasih Pak Brian monyet.” Ucap Toni.

Saat dalam perjalanan pulang setelah membeli daging, Toni berjalan pelan-pelan sambil bernyanyi. Tiba-tiba dia berhenti di depan sebuah toko mainan milik Pak Henry singa.

“Pak Henry, mainan robot yang itu harganya berapa?” Tanya Toni sambil menujuk ke arah mainan yang dia maksud.

“Oh yang itu, harganya 10.“ Jawab Pak henry singa.

Toni melihat uang kembalian membeli daging. “Uangnya masih sisa 20. Aku belikan mainan ah, nanti bilang saja ke ayah kalau harga dagingnya naik.” Gumam Toni.

“Saya beli robot itu pak, ini uangnya.”  Uang diserahkan kepada Pak Henry singa, dan Toni mendapatkan mainannya serta kembalian selembar uang bernilai 10.

Setelah membeli mainan, sampailah Toni si macan kecil di depan rumah. Namun dia tidak langsung masuk ke dalam rumah, sambil mengendap-endap dia menyembunyikan mainan robotnya di bawah pohon mangga yang tertutup semak-semak.

“Ayah aku pulang. Ini dagingnya dan ini uang kembaliannya.” Toni menyerahkan sekantong plastik besar berisikan daging dan selembar uang bernilai 10.

“Loh kenapa kembaliannya hanya 10? Kamu beli tiga daging atau empat daging?” Pak Leo bertanya kepada anaknya.

“Beli tiga. Umm, kata Pak Sonny monyet, harga daging itu naik. Tiga daging harganya 40.” Jawab si macan kecil Toni terbata-bata.

“Ah masa? Kamu tidak berbohong kan sama ayah?” Sahut Pak Leo sambil menaruh curiga kepada anaknya,

“Tidak ayah, aku tidak bohong.” Balas Toni sambil menundukkan wajahnya.

Sambil memandangi wajah anaknya, Pak Leo mengangguk-anggukan kepala. “Baiklah ayah percaya, kalau begitu ayo lekas makan. Tolong kamu panggil ibumu yang sedang tidur, kita makan bersama-sama.”

Malam harinya diruang keluarga, ketika Pak Leo sedang asyik menonton siaran tv dari wilayah manusia. Si macan kecil Toni menghampiri ayahnya.

“Ayah, aku sudah selesai belajar. Boleh menonton tv?

“Boleh.. ayo duduk sini.” Jawab Pak Leo.

“Acaranya apa yah? Tanya Toni si macan kecil.

“Ini lihatlah.. semakin parah saja korupsi di wilayah para manusia. Banyak yang tertangkap anakku.” Pak toni menjawab, sambil masih memandangi tv.

“Korupsi itu apa yah?“ Si macan kecil kembali bertanya. Mendengar pertanyaan anaknya itu, Pak Leo sedikit kaget dan kebingunga, namun akhirnya sambil tersenyum dia mulai menjelaskan.

“Korupsi adalah perbuatan yang tidak terpuji dan tidak jujur, baik itu di wilayah manusia atau binatang sangat tidak diperbolehkan anakku.”

“Misalnya adalah ketika ayah memberikan kamu uang untuk membeli sesuatu lalu ada kembaliannya, namun kembaliannya itu kamu gunakan untuk keperluan lain tanpa minta izin terlebih dahulu kepada ayah, itu adalah korupsi…. dan kalau ketahuan, bisa dihukum penjara dan masuk neraka.”

Toni terdiam mendengar penjelasan ayahnya. Dia memikirkan apa yang telah dilakukannya tadi siang mirip dengan yang diucapkan ayahnya barusan.

“Kamu kenapa anakku?” Tanya Pak Leo. “Maafkan Toni ya yah.. Toni sudah korupsi, Toni tidak mau dipenjara..”

“Loh kenapa?” Pak Leo kembali bertanya. “Tadi siang, uang kembalian membeli daging itu sebenarnya adalah 20, tapi yang 10 aku gunakan untuk membeli mainan.”

“Mainan ini maksudmu? Ibu tadi sore menemukannya di bawah pohon mangga ketika menyirami bunga.” Bu Gina tiba-tiba duduk disamping Toni dengan memegang mainan robot.

“Iya, ayah… ibu… Toni tidak mau dipenjara. Maafkan Toni.” Jawab si macan kecil sambil menangis tersedu-sedu.

“Ayah sebenarnya sudah tahu kamu berbohong. Ayah maafkan, asal jangan di ulangi kembali. Dan... kamu tidak akan dipenjara karena sudah mau berkata jujur.”

Pak Toni dan Bu Gina saling pandang dan tersenyum.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline