Lihat ke Halaman Asli

andi chairil

Mantan wartawan dan praktisi media

(Jelang) Pesta yang Senyap Bernama Asian Games 2018

Diperbarui: 5 April 2018   19:10

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Halte Transjakarta mulai dihiasi ornamen Asian Games 2018, Rabu (10/1/2018) | megapolitan.kompas.com (Stanly Ravel)

Sebagai Member INASGOC alias anggota Panitia Pelaksana Asian Games 2018 Jakarta Palembang, tentu kurang elok bila mengkritisi kinerja organisasi yang dibentuk pemerintah dalam menyiapkan dan menangani perhelatan olahraga akbar Asia tersebut.

Namun niat untuk mengkritisi itu akhir tak terbendung kala beberapa hari belakangan ini, Erwinyantoro, seorang rekan yang memang dikenal sebagai wartawan olahraga senior, banyak "menghajar" kebijakan INASGOC di halaman FB-nya. Toro melontar kritikan keras meski data yang disampaikan belum tentu tepat, maklum tak banyak data yang bisa diasup oleh Toro. 

Bahkan media-media mainstream saja lebih banyak menyorot persiapan stadion-stadion serta atlet-atlet Indonesia yang akan berlaga di Asian Games 2018. Itu pun isi berita cenderung berisikan kekhawatiran daripada memancing masyarakat untuk antusias menyambut keseruan, kemeriahan, keriuhan dan kedatangan sejumlah atlet-atlet kelas dunia ke Jakarta dan Palembang pada Agustus kelak.

Melalui akun Cocomeo, Toro ngomel-ngomel karena adalah soal penutupan Asian Games 2018, yang tidak diawali dengan pertandingan final sepak bola di Stadion Gelora Bung Karno. Sebagai sebuah rangkaian acara pemuncak, harapan Toro sesuatu yang wajar. Tetapi tak banyak tersedia info bahwa karena cabang track and field atau atletik juga mengambil tempat di Stadion GBK dan baru berakhir 2 hari jelang Closing Ceremony, maka sulit mengharapkan keleluasan untuk mempertandingan final sepak bola sebagai rangkaian Closing Ceremony, yang juga butuh waktu untuk general rehearsal.

(18th ASIAN GAMES Jakarta-Palembang Indonesia 2018/Facebook)

Sebagai orang yang pernah terlibat dalam perhelatan akbar beberapa Olimpiade dan Asian Games --bahkan pernah di-hire sebagai produser di Pesta Olahraga Persemakmuran Commonwealth Games Kuala Lumpur 1998, jujur saja Asian Games 2018 ini terlalu senyap untuk sebuah pesta olahraga multievent benua Asia.

Masyarakat tidak diajak untuk terlibat secara emosi. Publikasi Asian Games sepanjang Jalan Thamrin-Sudirman, halte-halte Busway dan termasuk di Transjakarta, di kawasan Senayan dan Jakabaring Palembang, dan bandara, sifatnya tak lebih promosi event. Ada maskot, logo dan vertikal banner yang menggambarkan aksi atlet cabang olahraga tertentu. Di televisi pun yang tayang cuma versi yang dibuat oleh OCA sejak akhir tahun lalu. Tak banyak info menarik dan greget yang didapatkan masyarakat tentang Asian Games 2018 Jakarta Palembang ini. Sehingga tidak heran bila Toro melontarkan kritik tajam dengan fakta yang kurang lengkap.

Dengan sekitar 120 hari menjelang Pembukaan Asian Games 2018 ini, seharusnya INASGOC dan stakeholder --yakni Emtek sebagai host broadcaster, Pemda DKI dan Sumsel-- sudah melancarkan strategi yang lebih massif untuk membuat animo penonton datang, membangun semangat nasionalisme untuk mendukung atlet Indonesia dan meramaikan Asian Games sebagai sebuah pesta yang bisa membuat efek ekonomi, khususnya bagi daerah dimana Asian Games digelar. Yakni di Jakarta, Palembang, Jawa Barat dan Banten. 

Memang saya dan banyak masyarakat yang tidak tahu bagaimana kesiapan kontingen atlet Indonesia. Karena yang ramai cuma masalah kesiapan stadion dan dana, saya tidak yakin atlet-atlet Indonesia memiliki keuntungan luar biasa berlaga di stadion sendiri. Bagaimana mereka bisa memetik keuntungan dengan mengenal setiap inchi lekuk dan sudut stadion, jika untuk berlatih saja jangan-jangan belum leluasa.

Menjadi "orang asing" di stadion sendiri. Dengan kondisi, yang mudah-mudahan tidak begitu, dukungan penonton menjadi salah satu kunci kemenangan. Karena itu, belum terlambat jika INASGOC beserta stakeholder membuat sebuah pesan komunikasi yang berbeda. Yang penuh emotional dan touchy. Yang membuat masyarakat akan datang "membela" pahlawan olahraga mereka. Yang berbondong-bondong terbang jauh dari daerah masing-masing membawa rasa nasionalisme. Jangankan ke Samarinda, jika kita ke Lampung atau Yogyakarta, pasti minim pesan Asian Games bagi masyarakat Lampung dan Yogyakarta bahwa saudaranya, tetangga atau kawannya akan berlaga di Jakarta dan Palembang untuk harumkan nama Indonesia.

Demikian juga dengan Torch Relay yang masih senyap. Padahal kegiatan kelilingi Obor Asian Games itu juga merupakan momentum dalam menyampaikan pesan ke masyarakat tentang Asian Games. Dan masih banyak pesan yang belum disiapkan, padahal pesan-pesan itu bukan saja akan menyemarakan Asian Games, tapi juga bagian dari mendatang devisa bagi negara. Paket-paket wisata, bahkan ojek online pun harus dibuatkan sebuah strategi.

Begitu pula pesan komunikasi melalui radio dan televisi, seperti event Asian Games ini bukan pesta olahraga milik banyak orang. Bahwa hak siar Asian Games 2018 ada di Group Emtek, idealnya stasiun televisi lain tetap memiliki kepedulian. Terlebih dalam atura KPI, stasiun-stasiun tv memilihi kewajiban penayangkan Iklan Layanan Masyarakat dan ini harusnya bisa dimanfaatkan INASGOC bekerja sama dengan Kominfo dan KPI. Sayangnya juga, Emtek juga tidak total dalam menyiapkan Asian Games sebagai sebuah tayangan yang bergengsi. Materi promo yang berbulan-bulan cuma itu saja. Selain minim pesan, juga membosankan. Padahal setahu saya, di INASGOC ada beberapa materi yang menarik untuk dijadikan sebagai pesan komunikasi.

Banyak hal yang sebenarnya ingin saya sampaikan. Tapi sekali lagi, karena status saya, maka tidak elok menyampaikan secara vulgar apa yang perlu ditingkatkan kinerja INASGOC agar Asian Games 2018 Jakarta Palembang tidak saja sukses penyelenggaraan, sukses prestasi, tapi juga sukses ekonomi dan sukses menyatukan hati masyarakat melalui perjuangan atlet-atlet Indonesia yang berasal dari berbagai daerah dan latar belakang. Semoga tidak ada kata terlambat.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline