Kisah bermula ketika seorang anak kecil yang bernama Andi, hidup bersama orang tuanya disebuah daerah di kota Bengkulu. Andi kecil yang pindah ke daerah baru mereka tempati bersama orang tuanya, tinggal di suatu daerah dekat rawa-rawa di tengah kota tersebut menjadikan mereka harus beradaptasi dengan lingkungan yang agak asing.
Asing dikarenakan pada awalnya mereka tinggal di daerah pedesaan dan irigasi sungai daerah bernama Kuro Tidur, Bengkulu Utara yang begitu akrab dengan petani dan irigasi. Ayahnya pada mulanya bekerja di sebuah proyek irigasi di daerah Kuro Tidur tersebut. Setelah beberapa tahun memutuskan untuk hijrah ke kota untuk mendapatkan penghidupan yang lebih baik.
Berada di sebuah kota kecil yang belum begitu berkembang di tahun 1980-an, menjadikan mereka tidak bisa banyak berharap. Kondisi jalan dan gedung pada sebuah ibukota provinsi yang kala itu masih bercirikan ibukota kecamatan dengan pohon-pohon rimba yang tersebar dan rumah-rumah yang masih jarang ditemukan.
Layaknya "kontraktor" yang berpindah dari satu rumah ke rumah yang lain. Akhirnya tinggallah mereka di sebuah daerah yang yang cukup strategis ditengah kota, walaupun daerah rawa dan sedikit gambut. Memanafaatkan situasi dan kondisi yang ada disekitar tempat baru akhirnya keluarga tersebut memutuskan untuk bertani sayur kangkung demi menyambung hidup dan memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Dari hasil penjualan sayur yang dijual kepada pedagang pasar minggu setiap subuh, keluarga ini mendapatkan tambahan belanja harian untuk makan. Kerjasama diantara anggota keluarga sangat terasa di masa-masa itu.
Pada masa itu, anak-anak memang belum merasakan berbagai fasilitas teknologi dan komunikasi layaknya anak sekarang. Mungkin pada masa itu anak-anak kelas menengah kebawah lebih akrab dengan radio dibandingkan televisi dan handphone pada masa ini.
Namun memang perbedaan mendasar anak anak yang hidup di era 80-an atau 90-an mendapatkan perhatian dan pembinaan yang cukup besar dari orang tuanya baik dalam hal sikap atau etika maupun pergaulan.
Andi, anak yang penurut dan bertanggungjawab terlebih untuk dirinya sendiri, ia sering membantu orang tua bekerja. Dididik dengan keras sesuai aturan yang telah ditetapkan kedua orang tuanya. Menjadikan dirinya mandiri dan cukup tahan banting untuk menempuh kehidupan yang penuh tantangan kedepannya.
Selesai menemani ayahnya ke pasar setiap pagi. Andi langsung bersiap ke sekolah untuk belajar bersama teman-temannya di Madrasah Ibtidaiyah setingkat SD umumnya. Ia termasuk anak yang rajin, penurut dan berprestasi akademik di sekolah.
Kedua orang tuanya begitu bangga dengan anaknya yang satu ini. Karenanya ia sering mendapatkan hadiah dari orang tuanya. Sampai ketika duduk di kelas 6 dan akan menghadapi ujian akhir. Andi yang bertubuh kecil dibanding teman sekelasnya yang lain mampu memberikan kejutan buat orang tua dan sekolahnya karena berhasil mendapatkan nilai evaluasi tahap akhir nasional tertinggi untuk sekolahnya.
Ada 'nice story' ketika Andi yang masih berjuang dalam ujian EBTA (Evaluasi Belajar Tahap Akhir) sekolah. Pada saat ujian sekolah, kebetulan pada hari itu ujian ada dua mata pelajaran namun entah mengapa Andi yang masih begitu polos tergerak hati untuk segera pulang kerumah padahal ujian masih tersisa satu mata pelajaran lagi.