Lihat ke Halaman Asli

Kisah Pembanding Derita Suparmo, Korban Talangsari 1989

Diperbarui: 18 Juni 2015   00:28

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Kisah pembanding derita Suparmo, korban Talangsari  1989

Saya tertarik mengomentari Tulisan Agung Soni yang berjudul Suparmo korban Talangsari Kecamatan Way jepara kabupaten Lampung Timur ( yang dulunya sebelum dimekarkan Kabupaten lampung tengah ) tahun 1989 yang bertengger di HL Kompasiana.

Sayatidak berkepentingan dengan sejarah tragedi Talangsari 1989. Namun kenapa saya memposting tulisan ini, hanya sebagai pembanding tulisan Agung Soni, dimana ditulis seolah olah pemerintah waktu itu , bertindak sewenang wenang,mentang mentang , tanpa ba bi bu menyerbu dan memusnakan kelompok Warsidi yang lemah. Orang orang yang tidak berdaya. Seolah olah pemerintah itu salah besar. !!!

Pertanyaannya mengapakelompok jemaah Warsidi diserbu oleh aparat penegak hukum. Mengapa kelompok kelompok pengajian lainnya yang bertebaran dan banyak bertumbuhan / bermunculan di lampung saat itu tidak diutuik utik aparat penegak hukum ???Pertanyaan ini harus dijawab oleh Agung Soni. Jelaskan !!! jangan sepihaksehingga membuat opiniyang menyesatkan. Namun saya dapat memaklumi Agung, karena Agung Soni tidak mengalami sendiri tragedi itu !!!!Adung Sonihanyalah kompasioner yang yang dapat menulis dengan baik, tapi bukan pelaku sejarah tragedi Talangsari 1989.

Saat kejadian Tragedi Talangsari 1989 , saya saat itu mukim di Lampung. Dan saya punya saudara yang kebunnya tidak jauh dari pondok yang dijadikan jemaah Warsidi sebagai pusat pengajiannya. Sebelum kejadian saudara saya tersebut, banyak mengeluh karena ajaran kelompok Warsidi saat itu, menjadi buah bibirwarga sekitarnya . Dan keanehan ajaran kelompok Warsidi inisetelah tragedi Talangsari, terungkap diberbagai media di Lampung sepertimurid sekolah dilarang mengangkat tangan menghormat bendera ketika upacara bendera. para aparatur negara dianggapmusuh karena mereka dinilai “ Kapir “ ,itu salah satu ajaran yang masih saya ingat..... sebenarnya banyak lagi.

Jika demikian kokhanya perbedaanatau selisih pendapat itu aja aparat penegak hukum sampai menyerbu ke pondok jemaah Warsidi ?

Kisahnya memang agak berbeda dengan ceritera Mas Agung Soni..... MaafMas Agung , jika ceritera kita berbeda sudut pandang. Saya akan menceriterakan seobjek mungkin. Dan mudah mudahan dengan Tulisan ini, Mas Agung Soni , tidak dapat menghapus postingan ini, seperti yang mas soni lakukan di Lapak Mas Agung Soni. Beberapa Kompasioner yang bertemu dengan saya tertawa terpingkal pingkal, menurut mereka komentar mereka yang berbeda dengan ceritera Mas Agung Soni dihapus oleh Mas Agung Soni.... ha..haa....hhasorrrrry.. Pada hal komen para kompasioner yang Mas Agung Soni hapus itu adalah mereka yang masih mukim di Lampung dan mengalami sendiri tragedi Talangsari.... ha..haa

Kita lanjutkan ceritera kita tentangTragedi Talangsari. Penyerbuan aparat penegak hukum itu ke pondok jemaah talangsari, sebelumnyaCamat Kecamatan Way Jepara saat itu, Zulkifli Maliki BA, sudah dua kali berkunjung ke Pondok Jemaah Warsidi. Kunjungan Camat Zulkifli, hanya untuk mengklarifikasi isu isu santer keanehan ajaran para jemaah Warsidi saat itu. Pada kedatangan Camat Zulkifli yang pertama , Camat disambut dengan baik oleh pimpinan pondok jemaah warsdi tersebut dan camat mengundang pimpinan Pondok untuk datang ke kantor kecamatan. Tapi .... pimpinan Pondok tidak pernah mengindahkan.... lalu Camat Zulkifli datang untuk kedua kalinya kepondok jemaah warsidi.... pada kedatangan kedua kali inilahCamat Zulkifli mulai terlihat ketidak sukaan baik pimpinan maupun jemaah Warsidi terhadap Camat dan stafnya. Isu isu santertersebar dimasyarakat sekitar pondok jemaah warsidi , bahwa disamping ajarannnya dipandang aneh oleh penduduk sekitarnya , kelompok warsidi mulai membuatpanah beracun, tombak, bambu runcing yang ditempatkan di tempat tempat strategis seperti di jendela pondok pondok.

Kemudian masyarkata sekitar melaporkan ke Camat dan kades , di pemondokan jemaah warsidi tersebut diketahui banyak kedatangan tamu dari luar daerah seperti dari Solo, Wonogiri, banten dan daerah lain di jawa Tengah. Tidak satupun tamu tamu pondok itu yang dilaporkan oleh pimpinan pondok Jemaah warsidi ke pada aparat desa setempat.Kehidupan para jemaah Warsidi eksklusif dan tertutup. Mereka tidak pernah bergaul dengan penduduk desa sekitarnya. Isu isu tersebut mengusik Uspika kecamatan.Maka ditetapkanlah jadwal untuk berkunjung ke lokasi.

Namun sayang pada kedatangan Camat untuk ketiga kalinya k elokasi jemaah warsidi, sebelum rombongan Uspika Kecamatan tiba di pondok jemaah warsidi , ditengah jalan menuju kepondok Warsidi ,Uspika kecamatan tersebut diserang dan dihujani dengan panah beracun dan bambu runcing. Tragis memang !!!! Dan ramil kecamatan Way Jepara , Letnan Sutiman saat kejadian tewas ditempat. Tragisnya karena kalah jumlah dan untuk menghindari serangan prontal, Camat dan rombongan melarikan diri dan menyelamatkan diri masing masing, Mayat letnan Sutimanterpaksa ditinggal ditempat kejadian yaitu di komplek pondok jemaah warsidi.

Selama tiga hari mayat tersebut dibiarkan oleh para jemaah Warsidi tergeletak di tempat . Jemaah Warsidi mengancam siapa yang berani mengevakuasi mayat Sutiman akan dihabisi.Itu lah awalnya penyerbuan aparat penegak hukum ke lokasi pengajian jemaah Warsidi..... akhirnya terjadilah tragedi yang diceriterakan oleh Mas Agung Soni dengan judul Kisah derita Suparmo korban talangsari 1989.

Setelah penyerbuan aparat penegak hukum ke lokasi pengajian Kelompok Warsidi dan mayat Letnan sutiman dapat di evakuasi, ternyata banyak darijemaah warsidi yang dapat meloloskan diri dari serbuan aparat penegak hukum malam itu , Ratusan jemaah yang bisa lolos dari serbuan aparat malam itu. Para jemaah Warsidi tersebut tercerai berai sampai ke beberapa kota lain di Lampung. Oh ya,,, Untuk informasilokasi Desa Talangsari tersebut tidak kurang dari 130km dari dari ibu kota Proipinsi Lampung yaitu Kota Bandar Lampung. Desa talangsari salah satu desa terpencil dan masuk kawasan hutan.

Yanglebih prihatin lagi , Ternyata para wanita jemaah Warsidiyang tertangkap kembali dan dijebloskan lemebaga pemasyarakatan di berbagai Lembaga pemasyarakatan di ibu kota kabupaten/kota di Propinsi lampung , ternyata rata rata mereka hamil.... termasuk anak anak yang belum cukup umur. Ketika ditanya suami mereka........maaf dalam postingan iniSaya tidak ingin menbahas masalah ini.

Mas Agung Soni mohon maafkalau ceritera kita berbeda sudut pandang..... terserah para kompasioner menilai...... saya ngak punya kepentingan terhadap sejarah tragedi talangsari.... saya hanya menceriterakan kejadian yang sebenarnya yang saya tau.He.. he.. salam Mas Agung Soni.

Hanyalah sebagai data pembanding para kompasioner...

Saya mengharap para kompasioner dari Lampung , tolong komen tulisan ini... Apapun komen anda dijamin tidak akan dihapus pada lapak ini ..... he..... sudah malam..... selamat malam .

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline