Lihat ke Halaman Asli

Andianissa Naurasyakira P

Mahasiswa S1 Ilmu Komunikasi Universitas Airlangga

Remaja iGeneration Cerdas dan Sehat dalam Bermedia Sosial

Diperbarui: 20 Juni 2022   22:39

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Alam dan Teknologi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Anthony

Media sosial atau jejaring sosial merupakan suatu wujud yang paling terkenal dari komunikasi, menyampaikan informasi, dan media berinteraksi antar orang satu ke orang lainnya dari segenap kalangan umur yang ada di seluruh dunia, khususnya kaum muda. Penggunaan internet dan media sosial selalu meningkat dari tahun ke tahun. Seperti yang kita ketahui bersama bahwa platform media ini memiliki berbagai varian, yang paling umum diantaranya adalah instagram, facebook, twitter, dan whatsapp.

Derasnya perkembangan arus gelombang generasi muda diikuti dengan majunya era teknologi informasi dan digital menjadikan mudahnya media sosial ini untuk diperoleh mereka dibanding dengan usia lain. Maka dari itu, tidak bisa dipadakan dengan generasi sebelumnya, remaja i-Generation condong mendapatkan dampak lebih rumit dan kompleks dalam kehidupannya. Masa remaja merupakan sebuah masa dimana suatu proses perubahan dari era anak-anak atau belum cukup umur menuju usia yang matang atau dewasa. Masa remaja adalah masa seseorang untuk mencari jati diri dan identitasnya sehingga, mereka cenderung mempunyai tingkat keingintahuan yang tinggi, namun umumnya belum bisa berfikir secara matang dengan emosi belum stabil dan kondisi psikologisnya yang masih labil sehingga, mereka harus diperhatikan lebih serius. Remaja generasi Z atau bisa disebut juga i-Generation tumbuh dan besar besama media sosial. Sehingga mereka tak dapat terlepas dari media sosial.

Media sosial memiliki berbagai manfaat yang baik bagi remaja namun, tidak semua remaja mampu baik dan cerdas dalam menggunakannya. Para remaja yang menghabiskan waktu banyak untuk bermedia sosial dapat menyebabkan depresi, stress, tidak tenang, dan kurang istirahat kemudian bisa berpengaruh pada kesehatan mental mereka. Beberapa jenis permasalahan kesehatan mental yang dipengaruhi oleh media sosial:

  1. Narsistik (selfistis) atau suka membagikan kegiatan sehari-harinya untuk dilihatkan ke orang banyak melalui media sosial dengan percaya diri, kemudian gemar selfie tanpa batas sehingga mengganggu aktivitas sehari-hari atau yang disebut juga dengan selfistik merupakan bagian dari gangguan narsistik pula.
  2. Body Dysmorphic Disorder atau gangguan kesehatan mental akibat tidak percaya diri (insecure).
  3. Kecanduan (addict) untuk memposting atau mengecheck medsos tanpa kenal waktu.
  4. Compulsive shopping atau sikap gemar berbelanja online secara berlebihan.
  5. Fear Of Missing Out merupakan gangguan mental yang dirinya merasa harus selalu mengikuti trend atau sesuatu yang sedang booming di dunia maya.

Permasalahan spesifik yang biasa menjadi momok yang dialami oleh remaja di media sosial antara lain adalah komentar ujaran kebencian atau perilaku kasar online yang biasa menimbulkan cyberbullying, kekerasan berbasis gender online, pelaggaran privasi atau perundungan siber, dan juga pornografi online. Cyberbullying adalah suatu tindakan tercela dengan mengintimidasi orang lain melalu teknologi digital berupa mengirimkan atau menyebarkan pesan, komentar, gambar dan video ke jejaring sosial yang merugikan korban. Menyebarkan sesuatu milik pribadi orang lain yang bersifat privacy tanpa persetujuan pemilik merupakan suatu pelanggaran. Sebenarnya makna dari definisi cyberbully dengan perundungan siber cukup mirip. Perundungan siber juga merupakan perilaku menyakiti orang lain melalui media elektronik. Bentuk perundungan siber ini seperti memposting pesan atau gambar yang mengancam, menyebarkan fitnah, hinaan, membahayakan, dan merugikan secara sengaja. Gangguan-gangguan tersebut rentan terjadi pada remaja. Semakin sering bermedia sosial maka, semakin tinggi pula tingkat ketidakpekaan atau ketidakpedulian (apatis) dirinya kepada lingkungan sekitar seperti hubungan dengan keluarga, teman, guru, dosen, dan sebagainya. Tentunya hal ini tidak boleh disepelekan.

Oleh karena itu, solusi tepat untuk menghindari gangguan mental yang disebabkan oleh media sosial adalah:

  • Tidak berlebihan dalam menggunakan media sosial.
  • Jangan mudah insecure, tidak boleh menyamakan diri dengan orang lain.
  • Mampu membedakan dunia nyata dan dunia maya.
  • Menerapkan pola hidup sehat.
  • Memperbanyak melakukan kegiatan positif seperti membantu oranglain.
  • Jangan membiasakan diri untuk memendam masalah, usahaan untuk selalu bercerita kepada orang terdekat seperti orangtua, sahabat, atau pacar.

Setidaknya ada yang bisa memberikan solusi dan secara langsung dapat melegakan kita sehingga tidak sampai menimbulkan dampak ke penyakit mental.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline