Dalam perjalanan hidup yang akan membuat hidup kita semakin baik, kita akan menjalani rintangan-rintangan hidup yang berat, tapi semuanya itu kita lewati dengan senyuman.
Inilah secuil kisah anak yang ditinggalkan sang Ayahanda.
Renol dan Renal adalah dua bersaudara yang ditinggalpergikan sang Ibu sejak mereka masih kecil. Sejak kepergian Ibu kasih sayang dari seorang Ibupun ikut pergi. Sejak itu pula tanggung jawab ayah bukan hanya sebagai pencari nafkah tapi rangkap menjadi ibu rumah tangga.
Tak terasa Renol beranjak remaja dan dia harus menempuh pendidikan ke jenjang lebih tinggi ke tingkat sekolah menengah pertama, sedangkan adiknya Renal masih duduk di bangku SD. Kebutuhan hidup semakin meningkat maka krisis ekonomipun melanda keluarga Renol dan Renal,
Ayahnya pun memutuskan untuk merantau dengan satu pesan "aku pergi untuk kepentingan kalian berdua" keduanya pun menyetujui keputusan Sang Ayah.
Kedua kakak beradik itu tinggal bersama tanta (adik sang ayah), mereka harus belajar mandiri segala sesuatu dikerjakan sendiri, tanta sangat menyayanngi mereka, walau kadang mereka harus mengalami kesedihan tapi tetap dijalani dengan prinsip "jangan menyerah" karena itu adalah pelajaran.
Menjelang ujian semester pihak sekolah memberitahukan kepada siswa/ i agar segera melunasi SPP dan Renol salah satunya, Renol sangat sedih. Ia pun memberanikan diri menyampaikan kepada sang tanta tapi sang tanta tidak memiliki uang untuk membantu melunasi tunggakan SPP, semakin sedihlah hati Renol, tpi bukan berarti Renol menyerah, dia tetap berusaha.
Dunia semakin modern manusia menciptakan alat komunikasi.
Tapi Renol tak miliki semua itu, dia terus berusaha, usaha dan usaha untuk menghubungi sang ayah, jika kita berusaha selalu ada jalan keluar, dengan bermodalkan pinjman dari teman Renol bisa menghubungi sang Ayah, Renol memberitahukan kepada sang ayah bahwa dia harus mengikuti ujian semester tapi masih ada tunggakan SPP, sang Ayah berjanji untuk memenuhi permintaannya tapi tunggu seminggu lagi. Seminggu Renol menunggu tapi tak ada kabar, Renol menyimpan semuanya dalam hati maka muncullah kebencian terhadap sang ayah.
Kebencian dan kepahitan semakin hari semakin dirasakan oleh keduanya ketika sebulan kemudian mendengar berita Sang Ayah menikah lagi.
Sang Ayah mengikari apa yang pernah diucapkannya dulu sebelum pergi "pergi bukan untuk keduanya tapi pergi untuk orang lain".
Tidak ada kata menyerah, keduanya terus berusaha berjuang demi kebahagian di kemudian hari. Manusia hidup berada di antara manusia yang lain, berita pahit itupun didengar oleh pihak sekolah, Tuhan tidak pernah memberikan cobaan di luar kemampuan manusia Renol mendapat beasiswa.