Lihat ke Halaman Asli

Dendam, Harta, atau Psikopat di Balik Kopi Vietnam?

Diperbarui: 27 Januari 2016   19:09

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Media. Sumber ilustrasi: PIXABAY/Free-photos

Sampai saat ini masih belum diumumkan siapa orang di balik pembunuh Mirna, wanita muda, cantik dan kaya yang harus menghadap Tuhan setelah minum kopi Vietnam plus sianida. Polisi harus menerapkan strategi ala Sherlock Holmes dalam mengungkap kasus itu. Tidak bisa terburu-buru seperti mengungkap kasus pembunuhan biasa yang misalnya melibatkan brandal jalanan.

Selama ini yang sudah diperiksa Jessica, pembantu Jessica, Hanny, dan Arif (suami Mirna). Orang-orang itu adalah orang terdekat pada saat kematian Mirna. Perlu disediki apakah Mirna punya masalah pribadi dengan orang lain atau dengan keluarganya baik di Australia ataupun di Indonesia. Perlu disorot juga apa ada pihak yang mengincar hartanya. Perlu ditelusuri kisah asmaranya sebelum menikah. Bahkan perlu juga diperiksa kondisi kejiwaan orang-orang di sekitar Mirna. Tidak bisa dikesampingkan bahwa pembunuhnya diluar lingkaran pihak yang telah diperiksa itu.

Jika kita menonton film Wild Thing (baik edisi 1, 2, 3, 4), pembunuh akan memanfaatkan orang-orang lain untuk mengeksekusi korban. Pembunuh sudah merancang sedemikian rapi, detil, dan cermat sehingga yang tampak membunuh adalah orang-orang yang saat kejadian berada di sekitar korban. Ada persamaan antara film Wild Thing dengan kasus ini, yaitu sama-sama melibatkan persahabatan wanita muda dari kalangan jetset.

Mata publik tertuju pada Jessica. Namun apakah Jessica sedemikian bodohnya menuangkan racun di hadapannya yang artinya korban akan langsung tersungkur dan tewas di depan dia? Artinya dia mau tidak mau harus siap dimintai keterangan. Kecuali ada kecenderungan bahwa Jessica seorang psikopat yang akan merasakan kepuasan melihat melihat seseorang kesakitan dan meregang nyawa di depan matanya. Ketenangan Jessica saat diwawancara seakan ingin mengatakan bahwa tidak alasan untuk panik jika tidak bersalah, entah karena dia memang bukan pelaku atau sekedar untuk menutupi.
Banyak fakta menarik, diantaranya Mirna baru saja menikah sebulan sebelum kejadian setelah berpacaran 10 tahun, Mirna punya saudara kembar, dan ada celana Jessica yang dibuang. Untuk fakta yang terakhir cukup aneh juga, mungkin jadi kebiasaan orang kaya ketika celana sudah robek dibuang.

Polisi sadar pembunuh itu bukan orang sembarangan, namun orang pintar, berpendidikan, tahu hukum, dan yang jelas kaya. Daripada buru-buru menetapkan tersangka namun pada akhirnya terpental karena dikembalikan kejaksaan atau kalah dalam pra peradilan, polisi memilih tiarap dulu sambil mencari bukti tambahan. Polisi mungkin sedang memainkan psikologi pelaku atau memang karena memang masih blank, belum menemukan titik terang.
Masyarakat Indonesia dan mungkin juga Vietnam (karena kopi-nya terkena imbas) cuma berharap pembunuh yang sebenarnya akan tertangkap siapapun itu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline