Lihat ke Halaman Asli

ANDI BAHRODIN

Urip Migunani tumraping liyane

Kesenian Rebana Klasik Mengusik

Diperbarui: 26 Oktober 2022   13:32

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dok.Alfasalam

Temanggung, Gambasan merupakan desa paling ujung selatan berbatasan dengan kabupaten Magelang. Di desa tersebut, salah satu kesenian yang dilestarikan hingga saat ini adalah kesenian rebana klasik.

Meski terlihat mudah memainkannya, namun rebana klasik tersebut cukup berat. Masing-masing rebana memiliki bobot sekitar 1-2 kg. Selain itu, mereka juga harus menjaga koreografi dalam memainkan rebana klasik.Kesenian rebana klasik itu terus dilestarikan karena dinilai bersejarah dalam perkembangan agama Islam.

"Rebana itu peninggalan Wali Songo, yaitu Sunan Kali Jaga. Pelajaran Islam juga masuk ke Pulau Jawa dengan menggunakan gamelan-gamelan, yang dikembangkan menjadi rebana. Santri-santri pun kemudian diajari, dibimbing untuk melestarikannya," ujar Sutris, Ketua grup rebana klasik “Alfa Salam” .

Meski kesenian rebana memiliki banyak model seperti gambus, bergaya modern dan banjari, namun kesenian rebana klasik masih dipertahankan di desa tersebut.

"Untuk mempertahankan budaya asli dari Islam. Kesenian Budaya Klasik, yang Asyik dan Mengusik pendengar untuk ikut bernyanyi," sambung Sutris.

Rebana ini biasa dimainkan pada malam jum’at sholawatan ,ketika ada acara memberi nama pada kelahiran bayi dan acara tertentu lainnya.

Rebana klasik Alfa Salam juga memberi pelatihan kepada santri-santri taman pendidikan Al qur'an yang kebanyakan masih sekolah dasar. Disamping dalam main rebana dapat musiknya kita juga bisa sambil mendekatkan diri untuk meningkatkan ketaqwaan kita lewat lagu shalawatnya. 




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline