Dalam teori struktur modal diasumsikan bahwa perubahan struktur modal berasal dari penerbit obligasi dan pembelian kembali saham biasa atau penerbitan saham baru. Teori-teori struktur modal antara lain:
a) Agency Theory yaitu Teori inimenurut Jensen dan Meckling (1976: 163) yang menyebutkan bahwa manajemen merupakan agen daru pemegang saham, sebagai pemilik perusahaan. Para pemegang saham berharap agen akan bertindak atas kepentingan mereka sehingga mendelegasikan wewenang kepada agen. Biaya yang ditimbulkan dari pengawasan yang dilakukan oleh manajemen tersebut biaya agensi. Biaya agensi adalah biaya-biaya yang berhubungan dengan pengawasan manajemen untuk meyakinkan bahwa manajemen bertindak konsisten sesuai dengan perjanjian kontraktual perusahaan dengan kreditur dan pemegang saham (Horne dan Wachowicz, 2007:132).
b) Signaling Theory yaitu Isyarat atau signal menurut Brigham dan Houton (2008:143) adalah suatu tindakan yang diambil manajemen perusahaan yang memberi petunjuk bagi investor tentang bagaimana manajemen memandang prospek perusahaan. Perusahaan dengan prospek yang menguntungkan akan mencoba menghindari penjualan saham dan mengusahakan setiap model baru yang diperlukan dengan cara-cara lain, termasuk penggunaan utang yang melebihi target struktur modal yang normal. Pengumuman emisi saham oleh suatu perusahaan merupakan suatu isyarat (signal) bahwa manajemen memandang prospek perusahaan suram. Apabila suatu perusahaan menawarkan penjualan saham baru lebih sering dari biasanya, maka harga sahamnya akan menurun, karena menerbitkan saham baru berarti memberikan isyarat negatif yang kemudian dapat menekankan harga saham sekalipun prospek perusahaan cerah.
Struktur modal merupakan kebijakan pembelanjaan jangka Panjang perusahaan yang dapat diukur dengan membandingkan utang jangka panjang dengan modal sendiri. Ada beberapa cara untuk mengukur struktur modal, seperti laba bersih operasi, yang memperhitungkan biaya modal tetap pada berbagai tingkat leverage. Selain itu, pendekatan tradisional menunjukkan adanya struktur modal operasi dan memungkinkan perusahaan untuk meningkatkan nilainya dengan menggunakan tingkat hutang tertentu.
Debt to Equity Ratio adalah salah satu rasio yang dipakai untuk menilai hutang dan equity. Rasio ini membandingkan antara seluruh utang lancar dengan seluruh ekuitas Kasmir (2010). Sedangkan menurut Sofyan (2010) mempunyai difinisi lain yaitu rasio yang menjelaskan sejauh mana modal pemilik dapat menutupi utang -- utang terhadap pihak luar.
Struktur modal adalah perimbangan pendanaan dengan menggunakan hutang yaitu rasio leverage (Chasanah, 2018). Debt to Equity Ratio (DER) adalah rasio yang mengukur sejauh manna perusahaan dibiayai atau didanai oleh hutang (Hery, 2016). Tujuan dari struktur modal adalah menciptakan suatu perbandingan paling tepat dan yang paling menguntungkan antara hutang dan modal usaha dari segi keuangan maupun dari segi hutang (Saerang, Tommy, Prasetia, 2014). Berikut adalah cara menghitung Debt to Equity Ratio: (Hery, 2016).
Salah satu pertanyaan yang sering membingungkan manajer keuangan adalah hubungan antara struktur modal dan nilai perusahan (harga saham). 2 ahli manajemen keuangan Franco Modigliani dan Merton Miller mengajukan suatu teori yang ilmiah tentang struktur modal Perusahaan.
- Risiko bisnis Perusahaan diukur dengan EBIT (deviasi Standar Earning Before Interest and Tax).
- Investor memiliki penghargaan yang sama tentang EBIT Perusahaan dimasa mendatang
- Saham dan obligasi diperjualbelikan disuatu pasar modal yang sempurna.
- Hutang adalah tanpa risiko sehingga suku bunga pada hutang adalah suku bunga bebas risiko.
- Seluruh aliran kas adalah perpetuitas (sama jumlahnya setiap periode hingga waktu tak terhingga). Dengan kata lain, pertumbuhan Perusahaan adalah nol atau EBIT selalu sama.
2.1.1 Debt to Equity Ratio (DER)
Tingkat risiko perusahaan dapat tercermin dari debt to equity ratio yang menunjukkan seberapa besar modal sendiri yang dimiliki oleh perusahaan dalam memenuhi kewajiban--kewajiban perusahaan. Kewajiban berupa hutang jangka panjang dan hutang jangka pendek. Semakin tinggi tingkat hutang yang dimiliki perusahaan, maka semakin berisiko perusahaan tersebut, sebaliknya semakin rendah tingkat pengembalian hutangnya maka risiko perusahaan juga semkain rendah.
Untuk mencari seberapa besar struktur modal perusahaan yaitu dengan menggunakan Debt to Equity Ratio (DER) yang membandingkan total keseluruhan dari hutang dengan modal sendiri milik perusahaan. Rasio ini akan memperlihatkan bagaimana kemampuan perusahaan dalam melunasi seluruh hutangnya dengan menggunakan modal sendiri milik perusahaan. Dengan memperbesar tingkat leverage, maka hal ini akan menunjukkan bahwa tingkat ketidakpastian return yang dihasilkan akan semakin tinggi pula Subramanyam (2014).
2.1.2 Faktor-Faktor Keputusan Struktur Modal